PROLOG

TARIN, satu-satunya kata yang dapat ia ingat. Itu namanya.

Sistemnya telah didesain sedemikian rupa agar tunduk dan mengenali satu perintah. Sialnya, sang pemberi perintah sedang tidak ada di sini.

Jika dihitung-hitung, ini sudah hari ketiga dia berpisah dari tuannya. Sekujur tubuh Tarin lumpuh walau kesadarannya timbul-tenggelam. Menjadi separuh cyborg tidak serta-merta membuatnya mati rasa. Sekalipun dalam kondisi nonaktif, sensornya tetap bekerja. Tarin dapat merasakan bagaimana dahsyatnya ombak di luar, berusaha memangsa kapal kargo raksasa yang ia tumpangi.

Kalau saja seseorang mengaktifkannya, mungkin Tarin dapat keluar dari kontainer yang mengurungnya, lalu mencari tahu di mana ia sekarang sehingga dapat mengirimkan pesan darurat berupa koordinat pada tuannya. Sayang sekali, ia tak bisa melakukan itu. Orang-orang yang menculiknya telanjur mengira Tarin separuh iblis. Dibunuh berapa kali pun, Tarin tidak bisa mati. Dibiarkan tanpa makan dan minum, Tarin masih bisa bertahan.

Wajar saja. Energinya, kan, berasal dari baterai nuklir yang ditanam jauh di dalam tubuhnya. Baterai itu mampu hidup selama puluhan tahun dan memiliki kekuatan meledakkan sebuah kota. Efek radiasinya juga membuat DNA makhluk hidup mana pun dalam radius puluhan kilometer bermutasi. Dengan kata lain, Tarin merupakan sebuah bom berjalan.

Keberadaannya seperti sisi koin mata uang.

Tarin hanya bermanfaat bagi umat manusia jika pemilik barunya tidak berniat menjadikannya senjata pemusnah massal. Tergantung pada pengetahuan mereka.

Untungnya, orang-orang yang menculik Tarin belum tahu dia ini apa.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top