Kecewa

"Pada akhirnya, kebohongan itu menjadi boomerang."

***

Suasana canggung yang dirasakan Indri untuk pertama kalinya sarapan bersama di meja makan. Indri belum siap jika harus bertemu dengan Fabian dan Papa kandungnya. Rasanya, Indri seperti dalam mimpi. Indri mengerling pada Mama. Mama mengusap tangan Indri yang duduk di sampingnya. Indri menahan napas, ketika Papa dan Fabian bergabung bersama.

"Selamat pagi," sapa Papa menilik Indri dan Fabian yang masih berdiam diri.

"Pagi, Pa. Papa mau sarapan apa? Nasi goreng atau roti bakar?" tawar Mama.

"Nasi goreng, Ma. Bian, Indri, kenapa kalian masih diam-diaman?"

Indri dan Fabian saling pandang. Untuk pertama kalinya, Indri memberanikan diri menatap netra Fabian setelah mereka berpisah. Tatapan kerinduan terpancar jelas diantara mereka. Namun, Indri memutuskan kontak mata lebih dulu. Indri bangkit dari duduknya karena suasana hati Indri masih kacau.

"Indri minta maaf, nggak bisa sarapan bersama. Indri pamit ke sekolah dulu."

"Indri! Sayang!"

Panggilan dari Mama tak dihiraukan Indri. Papa memegang tangan Mama untuk memastikan jika Indri akan baik-baik saja. Fabian memandang interaksi kedua orang tuanya. Sejujurnya, Fabian masih belajar menerima kenyataan. Pada nyatanya, kenyataan selalu menyakitkan.

***
Clara menghela napas lega ketika datang lebih awal dari biasanya. Clara duduk di bangku kelasnya. Kilasan memori semalam masih membayangi pikiran Clara. Clara mengambil ponsel, menatap gambar yang membuat hatinya hancur berkeping-keping. Clara menangis tergugu menutup mulutnya. Butiran air mata membasahi wajah Clara yang memerah. Clara menghapus kasar wajahnya yang bersimbah air mata ketika mendengar derap langkah kaki menuju kelas.

"Clara?"

"Iin? Kok, Iin datang lebih awal?"

"Lagi pengen aja. Lo kenapa cepat datang Cla?"

"Oh, itu, eum, Clara lagi menghindar dari Kak Cleo Iin. Tahu sendiri, Cleo sekarang agak aneh sama Cla," dalih Clara menghindari tatapan Indri.

"Aneh gimana?"

"Ya, aneh. Semakin hari, sikap Papa, Mama dan Kak Cleo ke Cla bikin Cla nggak nyaman. Kayak ada sesuatu yang mereka sembunyiin. Cla—"

"Lo habis nangis?" tebak Indri memalingkan wajah Clara yang memerah.

"Siapa yang nangis?"

"Cla, gue tahu lo orang yang ceria. Lo jarang, bahkan nggak pernah nangisin sesuatu yang nggak penting. Ini pasti ada hubungannya dengan Devan, kan?"

Clara terkekeh memandang gurat wajah Indri yang khawatir. Dahi Indri mengerut, menatap Clara yang tertawa.

"Cla, gue serius! Emang ada yang lucu?"

"Iin... Clara emang nangis. Tapi... Clara cuma akting. Biar Papa, Mama dan Kak Cleo makin sayang sama Cla. Cla mau cari perhatian mereka terus," kilah Clara memperlihatkan deretan giginya.

"Lo nggak pintar akting Cla. Cerita sama gue, lo pasti udah tahu sesuatu," desak Indri membuat Clara terdiam.

Raut wajah Clara berubah. Clara yang semula menampilkan ekspresi ceria, kini menjadi murung. Tatapan sendu yang terpancar dari netra milik Clara membuat hati Indri berdenyut nyeri.

"Iin udah tahu kan, kalau Devan sama Angel itu pacaran di belakang Clara?"

Wajah Indri pias ketika mendengar ucapan yang terlontar dari mulut Clara. Indri menelan saliva, memikirkan alasan apa yang akan membuat Clara percaya padanya.

Dilain sisi, Angel berdebat dengan Devan. Angel hanya tak ingin masalah semakin rumit, jika Devan bersikeras mengantar Angel ke sekolah. Angel takut, jika Clara mengetahuinya.

"Van, turunin gue depan gerbang sekolah aja," kata Angel yang tak dihiraukan Devan.

Angel memejamkan mata sejenak, untuk merilekskan pikirannya yang sangat kacau. Beberapa saat, Angel membuka mata ketika mobil berhenti.

"Van! Gue bilang kan, berhenti di depan gerbang! Kenapa lo masuk ke dalam?"

"Kenapa? Kalau perlu, gue antar lo sampai ke kelas," balas Devan keluar dari mobil.

Devan menarik paksa Angel keluar dari mobil. Perdebatan mereka menjadi pusat perhatian. Angel menepis tangan Devan ketika ingin memegangnya.

"Van! Lo pergi sekarang. Gue nggak mau jadi pusat perhatian."

"Kan, lebih bagus. Apalagi kalau Clara tahu."

Angel menarik paksa Devan masuk ke mobilnya yang ditahan Devan.

"Angel! Berapa kali gue bilang sama lo. Kalau gue sayang sama lo bukan Clara! Lo tahu kan, alasan gue pacaran sama Clara? Karena gue sama Clara dijodohkan!"

Seluruh murid berbisik-bisik. Ucapan Devan membuat Angel menelan saliva.

"Lo lihatkan, Clara? Apa yang gue bilang benar. Angel sama Devan pacaran," celetuk Tiara yang berdiri disamping Clara.

Clara yang ingin ke toilet membersihkan wajahnya, di tarik paksa oleh Tiara. Clara tidak menyangka, jika hari ini dirinya mendapati kenyataan yang membuatnya semakin terluka.

"Van!" peringat Angel.

"Sampai kapan lo mau sembunyikan semuanya Ngel? Lo juga tahu, kalau orang tua Clara pura-pura baik karena mau dijodohkan sama gue. Mereka memanfaatkan Clara untuk kepentingan mereka sendiri!" terang Devan.

"CLARA!"

Panggilan dari Tiara membuat Angel dan Devan menoleh. Clara berlari menuju kelasnya. Angel berlari mengejar langkah Clara menuju kelas.

"Cla, dengar penjelasan gue dulu," pinta Angel menahan Clara ketika ingin keluar kelas.

Clara menyandang tas di ranselnya menatap Angel. Senyum miring yang tersungging di bibir Clara membuat Angel waswas.

"Penjelasan kalau lo pacaran sama Devan?"

"Cla, lo harus tahu. Devan itu nggak sebaik yang lo pikirkan. Gue nggak mau merusak persahabatan kita," tutur Angel.

"Stop! Angel! Clara nggak mau dengar alasan apa pun lagi."

"Cla, lo harus dengarin penjelasan Angel dulu. Lo nggak bisa lari dari masalah kayak gini. Persahabatan kita bisa rusak," lerai Indri mendekati Angel dan Clara.

"Persahabatan kita emang udah rusak. Clara percaya sama Indri. Tapi, kenapa Indri rahasiain semua ini dari Cla? Pada akhirnya, kebohongan itu menjadi boomerang," tandas Clara menatap Angel dan Indri dengan tatapan kecewa.

"Cla!" panggil Angel.

"Ngel, tenangin diri lo dulu. Biarkan Clara sendiri dulu," peringat Indri menahan tangan Angel yang ingin mengejar langkah Clara.

Tepuk tangan mengalihkan perhatian Angel dan Indri. Tiara CS melangkah mendekati mereka dengan tawa yang sangat menjengkelkan.

"Wow, pertunjukkan yang hebat. Ck, kalau gue jadi Clara, pasti gue udah tampar tuh, cewek yang rebut pacar sahabat sendiri," cerocos Tiara.

"Maksud lo apa, hah!"

Indri yang terpancing emosi, menarik kerah seragam Tiara. Angel menenangkan Indri.

"Angel, lo nggak boleh diam aja. Tiara—"

"In, kenapa harus marah? Kalau apa yang di bilang Tiara itu kenyataan?"

Angel pergi menerobos Tiara CS yang tertawa mengejek kepergian Angel. Indri mengepalkan tangan menatap Tiara. Indri menarik rambut Tiara refleks.

"Lo dengar baik-baik, Tiara. Gue, Indri Alfiani nggak akan tinggal diam kalau lo masih ikut campur dalam persahabatan kita bertiga!"

"Indri sialan! Gue bakal balas lo!" teriak Tiara meringis memegangi rambutnya yang terasa ingin lepas dari kepalanya.

TBC


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top