Dibalik Senyuman
"Gue nggak mau Clara kecewa karena sebuah kepalsuan."
***
Langkah kaki menapaki anak tangga terdengar. Senyum yang terukir dari bibir tipis itu tak pernah memudar sedikitpun. Tak ada hal yang lebih membahagiakan yang dia rasakan seperti saat ini. Di mana, untuk pertama kalinya, dia merasakan kasih sayang dari keluarganya.
"Pagi semua," kata Clara yang menarik kursi meja makan di samping sang kakak.
"Senyum mulu, gigi kering baru tahu rasa," celetuk Cleo, kakak Clara.
Orang tua Clara yang berada di meja makan memperhatikan interaksi Clara dan Cleo. Clara memandang Cleo. Rasanya, Clara seperti mimpi saat ini. Pasalnya, Clara sangat merindukan momen di mana Cleo bersikap hangat padanya.
"Cla sayang sama Kak Cleo,"
Cleo menelengkan kepala melihat senyum Clara. Cleo kembali mengalihkan pandangan pada piring di hadapannya. Perasaan Cleo mulai gelisah. Cleo memutuskan untuk berangkat ke kampus.
"Pa, Ma, Cle berangkat ke kampus dulu," ucap Cleo bangkit dari kursi meja makan mendekati orang tuanya.
"Loh, kenapa buru-buru? Sarapan kamu belum habis Sayang," sambar Mama.
"Cle udah kenyang. Cle pamit Pa, Ma," jawab Cleo menyalami tangan kedua orang tuanya.
"Hati-hati Cle," pesan Papa mengusap rambut Cleo ketika Cleo menyalami tangannya.
Cleo hanya mengangguk. Cleo menatap Clara sekilas, lalu pergi. Papa dan Mama saling melirik melihat Clara menatap sendu piring di hadapannya.
"Ada masalah Cla? Masakan Mama nggak enak, ya?"
"Ah, nggak Ma. Masakan Mama enak kok, Clara lagi kepikiran sesuatu aja," dalih Clara tersenyum.
"Kepikiran apa?" tanya Mama.
"Eum, Clara bingung aja sama sikap Papa, Mama tiba-tiba berubah sama Clara."
Papa dan Mama saling pandang ketika Clara menatap orang tuanya bergantian. Perasaan Clara mengatakan, jika dibalik sikap orang tuanya ada sesuatu yang terjadi. Namun, Clara menepis hal itu dan mensugesti dirinya untuk berpikir positif.
***
Sepanjang perjalanan menuju sekolah, Clara terpekur memikirkan jawaban dari orang tuanya. Karena kami sudah sadar, kalau kami masih punya kamu Sayang. Putri kedua kami yang juga harus mendapatkan kasih sayang yang sama dengan Cleo. Clara menoleh ke samping kanan melihat seseorang yang sangat Clara sayangi.
"Devan, kenapa tiba-tiba jemput Clara?"
"Kamu nggak suka aku jemput?"
"Suka! Clara suka banget!"
Jawaban antusias dari Clara membuat seulas senyum terbit di bibir Devan. Devan memberhentikan mobil miliknya sedikit jauh dari gerbang sekolah Clara. Devan membuka safety belt duduk menyamping mengamati Clara yang hari ini sangat cantik menggerai rambut panjangnya. Tatapan Devan fokus mengamati bibir Clara yang berwarna pink, yang sialnya tampak seksi di mata Devan.
"Kamu cantik."
Clara menoleh ketika mendapat pujian dari Devan. Clara menggigit bibir, menahan senyum. Pipi Clara memerah hanya karena mendengar satu pujian dari Devan. Bagaimana jika Devan lebih memujinya lebih dari ini? Clara tak bisa memikirkannya. Tanpa sadar, Clara tersentak ketika wajah Devan berada tepat di depannya. Devan melepaskan safety belt milik Clara. Jantung Clara memompa cepat. Aliran darahnya berdesir, ketika Devan memajukan wajahnya. Untuk pertama kalinya, Clara merasakan gelanyar aneh ketika Devan menjauhkan dirinya setelah pagutan bibir keduanya terlepas. Pipi Clara semakin memerah ketika melihat senyum Devan. Devan mengelus pipi Clara.
"Kamu makin cantik kalau lagi blushing."
Clara menutup wajah dengan telapak tangan. Tak tahan dengan godaan dari Devan yang terkekeh jahil menggoda Clara. Beberapa saat, Clara menarik napas, lalu mengembuskannya. Clara menatap Devan.
"Devan ... ta-tadi itu, first kiss Clara,"
Senyum Devan memudar. Devan berdehem untuk menetralkan suasana. Devan memperbaiki posisi duduknya kembali, lalu menjalankan mobil untuk sampai di depan gerbang sekolah Clara. Devan melirik arloji di pergelangan tangannya.
"Bentar lagi masuk, nanti kamu telat. Pulang aku jemput."
Anggukan dari Clara membuat Devan menghela napas. Clara keluar dari mobil. Sejenak, Clara melirik mobil Devan yang pergi meninggalkan pelataran sekolah Clara. Clara ragu, akan sikap Devan yang berubah. Tak di pungkiri, Clara bahagia karena untuk pertama kalinya Devan memperlakukannya seperti Princess. Senyum Clara tak pernah luntur dari bibirnya. Clara menuju kelas. Sesekali Clara melempar senyum pada teman-teman yang dikenalnya. Di bangkunya, Clara masih tersenyum membayangkan kejadian tadi sembari memegang bibirnya. Tanpa Clara sadari, jika Indri serta Angel ikut memasuki kelas.
"Ngel, Clara kenapa?" tanya Indri yang melupakan masalahnya dengan Angel ketika duduk di bangkunya.
"Kesambet kali."
Indri mendengkus mendengar jawaban Angel, lalu menepuk pundak Clara yang terkejut.
"Iin? Ngagetin Cla aja deh. Cla kan lagi bayangin sesuatu," omel Clara menatap Indri.
"Lo ngapain senyum nggak jelas kayak kesambet? Lo mikir jorok ya pagi-pagi gini?" tuding Indri.
"Ih, Iin. Nggak lah. Cla senang, akhirnya hari ini untuk pertama kalinya orang tua Cla, Kak Cleo dan Devan sikapnya berubah sama Cla,"
"Berubah gimana maksud lo?" sambar Angel penasaran.
Clara memutar arah duduknya menyamping menatap Indri dan Angel bergantian.
"Papa, Mama, Kak Cle udah bersikap baik sama Cla. Tadi... Devan juga udah mulai perhatian lagi sama Cla. Terus ...."
Ucapan Clara terhenti ketika membayangkan kejadian tadi pagi di mobil bersama Devan. Pipi Clara kembali memerah membuat Indri dan Angel semakin penasaran.
"Lo ciuman sama Devan?" tebak Indri memelankan suaranya melirik sekitar.
"Ih, Iin! Cla malu ...."
Angel memperhatikan Clara. Mata Clara berbinar-binar ketika Indri menggodanya. Angel terpekur mengingat apa sebenarnya tujuan Devan mendekatinya juga Clara.
"Tadi, lo bilang sikap orang tua lo berubah? Terus, Devan juga kan? Apa lo nggak berpikir ada maksud dibalik itu semua Cla?"
Wajah Clara yang ceria, perlahan berubah. Binar-binar mata Clara meredup ketika memikirkan ucapan Angel.
"Ngel, maksud lo apa pengaruhi Clara kayak gitu? Lo nggak suka?" sambar Indri melihat raut wajah Clara menjadi sendu.
"Bukan In. Coba lo pikir, kenapa tiba-tiba sikap orang tua dan kakaknya Clara berubah? Belum lagi Devan? Pasti ada sesuatu," tutur Angel mengeluarkan argumennya.
"Ngel, coba berpikir positif. Nggak usah parno. Lo lihatkan gimana reaksi Clara? Lo jangan pernah mematahkan kebahagiaan Clara dengan asumsi buruk lo itu," peringat Indri tak suka.
"Gue bukan mematahkan kebahagiaan Clara In. Gue nggak mau Clara kecewa, karena sebuah kepalsuan."
"Termasuk lo Ngel?" sindir Indri.
Angel bangkit dari bangkunya keluar dari kelas. Sebelum Angel pergi, ucapan Angel semakin membuat Indri bingung.
"Suatu saat, lo akan tahu In yang sebenarnya. Di saat itu terjadi, gue minta lo sama Cla percaya sama gue. Karena kalian berdua sahabat terbaik gue."
Clara melihat interaksi Indri dan Angel. Dahi Clara mengerut, tatkala melihat mereka berdua yang sepertinya menyimpan rahasia.
"Kalian berdua simpan rahasia yang nggak Cla tahu?
TBC
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top