19
" Soobin? "
" Huh? Kenapa appa? "
" Kenapa termenung? Appa panggil kamu dari tadi "
Soobin menggaru kepala yang tidak gatal. Pandangannya kembali difokuskan ke hadapan. Sebiji kek dengan nyalaan lilin berada tepat di hadapannya. Beberapa biji roti juga tersusun elok.
Dia memejamkan mata, berdoa perkara yang baik ii akan terjadi. Sekilas, wajah Yeonjun hadir dalam mindanya. Soobin lantas membuka matanya kembali.
" Dah? " tanya appanya, agak pelik kerana terlalu cepat. Soobin hanya mengangguk sambil tersenyum.
" Makan! " Soobin menjerit kecil.
Mereka berdua diam sambil menikmati hidangan masing ii. Rumah besar itu cukup sunyi kerana dihuni oleh Soobin dan ayahnya sahaja.
" Soobin, lepas makan ni appa ada nak cakap sikit " appa Soobin bercakap dengan nada lembut sambil menatap anaknya yang sibuk menelan roti.
" Hurm, ok appa " jawab Soobin acuh. Dia terlalu sibuk dengan rotinya sehingga tak sedar raut kesedihan di wajah appanya.
Usai makan, pembantu rumah segera mengemaskan meja dan makanan. Yup, Soobin memang terlahir dalam keluarga yang cukup senang. Tapi, katanya, kesenangan tak pernah menjamin kebahagiaan.
" Ada apa appa? "
" Nah " Soobin menyambut huluran tersebut. Kotak kecil dengan hiasan cantik.
" Apa ni? " Soobin menggoncang kotak tersebut dan appanya cuma tersenyum.
" Kunci kereta? " Soobin memegang objek kecil tersebut dan menatapnya bingung.
" Lepas ni anak appa tak payah naik bas dah "
Soobin loading. Beberapa saat kemudian dia baru tersedar.
" Appa gumawo! Sayang appa hehe " Soobin tersenyum lebar dengan matanya yang hampir tertutup sepenuhnya.
" Dah besar anak appa... "
" Kalau omma kamu ada, mesti dia boleh tengok Choi Soobin yang sekarang " ujar appanya dengan nada sedih.
Soobin mematikan senyum. Dia berpindah duduk di sebelah appanya dan memeluk satu satunya ahli keluarganya.
" Appa jangan cakap macam tu, omma pergi bukan sebab tak sayang kita tau " Soobin mengingatkan dan pengarah besar syarikat itu tersenyum tipis lalu mengusap kepala anaknya.
" Soobin, appa nak tunjuk sesuatu dekat kamu " Soobin hanya mengangguk dan melihat appanya yang mengeluarkan sebuah album yang dia yakin tak pernah dilihat sebelumnya.
" Album siapa ni? " tanyanya, curiga.
" Cuba kamu buka dulu "
Soobin memerhati sekilas kulit tebal album yang tertulis sesuatu.
" Triple Choi " gumamnya perlahan. Dengan penuh rasa ingin tahu, dia menyelak halaman pertama dan terpampang sebuah foto. Berdasarkan daripada warnanya, Soobin tahu itu ialah foto lama.
Foto yang memaparkan tiga orang kanak ii lelaki dalam lingkungan 9 tahun itu tak asing baginya. Dia seperti pernah melihatnya sebelum ini.
Menyedari suatu fakta penting, matanya membulat, terkejut.
" Appa, mereka ni siapa? " Soobin bertanya cepat dan dalam masa yang sama cuba menenangkan diri yang gelisah.
" Kamu tak tahu? "
" Tak. Siapa budak ni appa? Tolong beritahu Soobin " ujarnya dengan mata berkaca. Persoalan yang tidak pasti jawapannya seakan akan benar ii terjadi.
Tuan Choi tersenyum pahit, jarinya mula bergerak dari kiri ke kanan, seiring dengan nama yang disebut.
" Daniel Choi, Steve Choi dan Ben Choi "
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top