TIGA-BYAKTA FAMILY

Sambil nunggu cerita ini direvisi, jika berkenan, yuk baca cerita baru aku, judulnya loading

Tiga

Pagi hari memang merepotkan bagi kebanyakan orang, termasuk Laqueta, dia harus menyiapkan perlengkapan suami dan anak-anaknya, kalau mereka tidak banyak ulah pasti pekerjaan Laqueta menjadi lebih ringan. Tetapi tidak semudah itu karena ada-ada saja ulahnya.

"Sayang, kamu ada lihat map aku yang warna biru tua?"

"MAMI! OCHI NGAMBIL IKAT PINGGANG OGYA!"

"MAMI! OGYA PAKAI ROMPI OCHI!"

"Mami, aku lapar."

Ya, dari empat aduan tadi, hanya aduan Ojwala yang bisa Laqueta selesaikan lebih dulu karena itu yang paling mudah.

"Mami tinggal dulu, ya, habisin sarapannya." Laqueta mengacak rambut Ojwala sekilas lalu menuju kamarnya untuk melihat suaminya yang tadi melapor bahwa mapnya hilang.

"Kenapa bisa hilang? Kamu nggak nyimpan bener-bener, nih," gerutu Laqueta.

"Aku udah nyimpan di meja, nggak tau kenapa sekarang malah hilang."

Kamar yang tadinya sudah rapi karena Laqueta rapikan, kini sudah kembali berantakan, sudah pasti itu adalah ulah suami tercintanya itu.

"MAMI! JAM TANGAN OGYA DIBANTING OCHI!"

Tolonglah, Laqueta bahkan belum menyelesaikan satu masalah, tetapi masalahnya bertambah lagi. Dia bahkan belum bersiap-siap walaupun nanti akan pergi ke kantor.

"Kamu cari dulu, aku lihat anak-anak."

Laqueta berjalan dengan cepat menuju lantai dua dan langsung masuk ke kamar anak kembarnya yang juga berantakan, pasti mereka bertengkar lagi.

"Kenapa?" tanya Laqueta kesal, rasanya kepalanya ini panas walaupun tadi dia sudah keramas menggunakan air dingin.

"Ikat pinggang Ogya dipakai Ochi." Ogya yang lebih dulu mengadu.

"Ochi, ikat pinggang kamu mana?"

"Tukeran," jawab Ochi lugu.

"Ogya, pakai ikat pinggang Ochi."

Ogya menggeleng menolak. "Ikat pinggang Ochi ada gambar elsa, nggak mau."

Astaga! menambah pekerjaan saja, ingatkan Laqueta untuk membeli ikat pinggang yang tidak ada gambarnya.

"Ochi, lepas ikat pinggangnya."

Ochi manyun, dia ingin sekali memakai ikat pinggang Ogya yang bergambar spiderman.

"Nggak mau," tolak Ochi, dia memang keras kepala.

"Ogya juga pakai rompi, Ochi." Ochi ikut mengadu, dia tidak mau kalah.

Tetapi sepertinya ada yang salah di sini. "Kenapa kalian pakai baju ini?"

"Ini kan baju sekolah, Mi," jawab Ochi lugu.

Iya, sih, tapi ....

"Ini hari jum'at, pakai baju melayu."

Anak kembarnya salah memakai baju, mereka malah pakai baju hari Kamis, mentang-mentang semalam mereka bolos sekolah.

"Cepat ganti baju," titah Laqueta lalu mengambil pakaian mereka di lemari masing-masing.

Ochi dan Ogya sontak melepaskan seragam yang mereka kenakan dan langsung memakai pakaian yang diambil Laqueta. Setelah selesai memakai seragam yang benar, Laqueta mengambil tas si kembar dan memberikannya.

"Turun ke bawah dan langsung sarapan, Mami beresin ini dulu."

Keduanya menurut lalu bergandengan keluar dari kamar, mereka sudah kembali damai walaupun beberapa saat yang lalu melakukan pertengkaran.

Laqueta mengambil seragam anaknya yang terletak di atas lantai begitu saja, mereka benar-benar membuat Laqueta harus memiliki kesabaran ekstra. Setelah itu Laqueta meletakkan pakaian itu di keranjang pakaian kotor, walaupun belum lama dipakai, tetap saja sudah berantakan.

Perhatian Laqueta teralihkan pada sebuah map yang terletak di meja belajar Ogya, ternyata itu map yang dicari oleh Meesam setelah Laqueta memeriksa isinya. Tetapi, kenapa mapnya bisa sampai ke sini? Sudah pasti itu ulah Ogya atau Ochi.

Laqueta mengambil map itu lalu keluar dari kamar anaknya, suaminya belum siap, Laqueta bahkan belum mengganti pakaian. Waktu yang sudah mepet membuat Laqueta senewen.

"Ini mapnya," ucap Laqueta lalu meletakkan map biru tua itu ke atas tempat tidur.

"Kamu langsung sarapan aja, udah aku siapin, kalau udah buru-buru langsung berangkat sendiri aja, aku nanti nyusul."

Laqueta mengucapkan itu seraya mengambil pakaian kerjanya dan langsung masuk ke ruang ganti, Meesam yang daritadi memperhatikan istrinya itu terkekeh pelan, Laqueta pasti pusing dan Meesam senang melihat kepedulian Laqueta kepada keluarga mereka.

Menurut dengan apa yang dikatakan Laqueta, Meesam mengambil mapnya dan meletakkannya ke dalam tas kerjanya lalu pergi menuju ruang makan.

"Pagi, sayang."

Meesam menyapa anak-anaknya yang sibuk dengan sarapan masing-masing, mereka akur di saat-saat seperti ini, Meesam pun senang melihatnya.

"Pagi, Papi!"

"Makan yang banyak," ucap Meesam.

"Iya, Papi."

Meesam tersenyum dan memakan sarapannya yang sudah disiapkan sang istri, tidak lama kemudian Laqueta datang dengan pakaian yang sudah diganti.

"Mami, mau uang jajan." Ojwala yang meminta.

"Ochi mau jajan juga." Dia ikut-ikutan.

"Ogya juga mau." Ini tidak mau kalah.

Mereka kompak sekali.

"Iya," jawab Laqueta seadanya.

"Udah selesai sarapannya, kan? Cepat berangkat. Mami juga mau pergi."

"Kamu belum sarapan, Ta."

"Nanti aja, aku ada meeting pagi ini," balas Laqueta membuat Meesam gemas, dia juga tau hal itu, tapi kan Laqueta memiliki hak istimewa di perusahaannya, bukan bermaksud untuk mengistimewakan Laqueta, tetapi dia memang istimewa.

"Bawa sarapannya, nanti makan di jalan," titah Meesam, dia tidak ingin dibantah.

Ketiga anaknya turun dari kursi dan memakai tas masing-masing.

"Hari ini pulang lebih cepat, nggak usah bawa bekal, Mi," pinta Ochi.

"Bawa kue aja, mau cheesecake." Ogya si penggemar cheesecake yang mengatakannya.

"Tunggu."

Laqueta pergi ke dapur untuk menyiapkan kue dengan cepat, waktunya sudah semakin mepet.

"Ini, masukin ke tas kalian masing-masing."

Laqueta meletakkan tiga kotak di meja makan lalu mengambil tasnya. "Kamu mau pergi sekarang atau aku duluan?" tanya Laqueta dengan sedikit kesal, suaminya masih belum beranjak dari kursi.

"Bentar."

Meesam mengambil roti tawar dan mengolesnya dengan selai coklat.

"Makan." Laqueta menerima roti itu dan memegangnya, nanti saja makan di mobil.

"Ayo, Mami antar."

Semua anggota keluarga itu langsung keluar dari ruang makan dan menuju teras.

"Belajar yang bener, ya."

"Siap, Mami," sahut Ochi dengan riang lalu melompat kecil untuk meminta pelukan dari sang ibu.

Laqueta yang mengerti langsung merendahkan tubuhnya dan memeluk Ochi. "Jangan bandel."

"Uang jajan." Dia tidak lupa ternyata.

Laqueta mengambil uang dari dalam tasnya dan memberikan bagian mereka, untung Laqueta sudah menyiapkan beberapa uang dengan nominal yang tidak terlalu tinggi untuk jajan anak-anaknya.

Ojwala dan dua adik kembarnya mencium punggung tangan orang tuanya setelah masing-masing mendapat uang jajan dan masuk ke dalam mobil.

"Dadah Mami, dadah Papi!"

Mereka memang berangkat sekolah diantar oleh supir keluarga, sedangkan Meesam pergi bersama Laqueta dengan supir juga.

"Makan rotinya, Ta. Nanti kamu sakit."

Laqueta bergumam dan menggigit rotinya, dia malas berdebat.

"Aku udah bilang, kan, kalau kamu sibuk kerja dan nggak peduliin kesehatan kamu sendiri, aku nggak akan biarin kamu kerja lagi."

Laqueta melayangkan tatapan protes kepada Meesam, dia tidak mau berhenti bekerja.

"Ini nggak terjadi satu kali loh, udah sering, kamu kebanyakan janji palsu."

Meesam ini, jujur sekali, Laqueta memang sering melakukan ini, tetapi tidak perlu dibahas juga.

"Maaf." Meskipun kesal, Laqueta lebih memilih mengalah saja.

"Minta maaf terus, nanti diulangin lagi."

Meesam julid sekali.

Laqueta hanya diam dan memakan rotinya saja, jika melawan ucapan Meesam maka tidak akan bagus untuknya, sudah pasti dia yang akan kalah.

"Maaf, aku nggak bermaksud marah sama kamu. Aku cuma khawatir."

Ini lebih baik, jika Laqueta diam maka Meesam yang akan meminta maaf.

🌸🌸🌸

Rabu, 11 Agustus 2021

Gimana part ini?

Revisi: Minggu, 15 Desember 2024

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top