ENAM-BYAKTA FAMILY
Sambil nunggu cerita ini update, jika berkenan, ayo baca cerita baru aku, judulnya loading
Enam
"Ochi nggak mau maafin Ogya?" tanya Ogya dengan sedih, daritadi adiknya itu selalu menghindar dan tidak mau bicara dengannya, padahal Ogya hanya bermaksud bercanda saja, tetapi Ochi malah marah beneran.
"Nggak mau! Ogya nakal!"
Wajah Ogya sudah memelas, apa yang harus dia lakukan agar adiknya itu memberinya maaf? Ochi keras kepala sekali.
"Iya Ogya nakal, maafin Ogya."
Ogya mengaku saja, daripada tidak ditemanin dan Ochi semakin marah.
"Nggak mau!" Ochi menolak mentah-mentah, Ochi sudah memeluk boneka lumba-lumbanya dan berjalan ke luar dari kamar.
"Ochi mau kemana? Nggak mau tidur? Udah malam."
"Ochi mau tidur sama Mami, nggak mau sama Ogya."
Ogya semakin memelas, padahal papi dan abangnya juga ikut menjahili Ochi, tetapi cuma dirinya yang diambekin seperti ini. Ochi memang tidak adil. Padahal Ogya adalah kembarannya sendiri.
"Ogya minta maaf, besok Ogya beliin cokelat sama jepit rambut," bujuk Ogya.
Ochi yang mulai goyah perlahan menatap Ogya, tetapi Ochi tidak puas hanya dengan cokelat dan jepit rambut, gadis kecil itu menginginkan hadiah lebih banyak.
"Nggak mau!"
Ogya berpikir dengan keras, apa lagi yang harus dia berikan sebagai hadiah permintaan maaf.
"Sekalian bando, boneka barbie juga."
Ogya mulai berpikir, uangnya cukup atau tidak ya untuk membeli semua itu?
Tetapi usaha Ogya kali ini tidak sia-sia karena Ochi tertarik dan langsung memeluk kembarannya itu.
"Ochi sayang Ogya."
Huu, ada maunya aja baru sayang sama kembarannya.
Tetapi Ogya tetap sayang pada Ochi walaupun kelakuannya seperti itu, terbukti dengan Ogya membalas pelukan Ochi dengan erat. "Ogya juga sayang sama Ochi. Sayang banget."
Bagi Ogya tidak masalah jika uang tabungannya akan terkuras, yang penting Ochi tidak merajuk lagi dan mau tersenyum padanya. Ogya sangat menyayangi Ochi, jadi dia tidak suka jika diabaikan oleh adiknya itu.
"Nggak jadi tidur sama mami, kan?" tanya Ogya memastikan, kan nggak lucu kalau dia udah akan keluar uang tetapi Ochi tetap minggat dari kamar.
"Jadi."
Muka Ogya langsung sepet, Ochi benar-benar membuatnya gemas, sanking gemasnya Ogya ingin membuat Ochi menjadi mochi.
"Tapi kan Ochi udah maafin Ogya."
"Iya, kita tidur sama mami. Ayo."
Oooh, ternyata gitu, toh. Ogya juga diajak rupanya, kirain Ochi minggat.
Ochi memegang tangan Ogya dan menariknya pelan agar langkah mereka beriringan, tetapi tidak lama kemudian langkah Ochi terhenti karena teringat sesuatu.
"Ogya jangan lupa ya beliin Ochi cokelat, jepit rambut, bando sama boneka barbie."
Ochi hanya sekedar mengingatkan, mungkin saja Ogya melupakannya karena sudah dimaafkan.
"Iya, tapi jangan banyak-banyak ya." Ya kalau banyak uang Ogya juga nggak bakalan cukup!
"Kenapa?" Ochi sepertinya tidak setuju dengan ucapan Ogya yang memintanya untuk tidak membeli banyak barang.
"Nanti uang Ogya nggak cukup, emangnya Ochi mau tinggal di tokonya sampai uang Ogya cukup?"
Maksud Ogya itu, Ochi dijadikan jaminan.
"Uang Ogya kan banyak."
Ochi tau kalau uang yang dimiliki kembarannya itu jauh lebih banyak daripada yang ia miliki, soalnya Ogya itu rajin menabung, Ochi juga rajin menabung sebenarnya, tetapi dalam bentuk makanan yang disimpan di dalam perut. Jika mereka diberi uang, maka Ogya akan menyimpan uang itu, sedangkan Ochi langsung menghabiskannya, mereka berdua memang berbeda walaupun pernah berbagi makanan ketika di dalam kandungan.
"Tapi cepat habis kalau Ochi jajanin." Ogya jujur sekali.
"Iya-iya, nggak beli banyak-banyak. Lima aja."
Anak satu ini emang beda, dia pikir lima itu sedikit? Lima batang cokelat, lima pasang jepit rambut, lima bando dan lima boneka barbie. Apa Ochi pikir Ogya sekaya Meesam sehingga bisa membeli semua itu.
"Dua aja, ya." Ogya mulai bernegosiasi.
"Empat!"
"Dua aja, ya."
"Tiga, deal? Kalau enggak, Ochi nggak mau maafin."
"Yaudah, tiga."
"Ochi sayang Ogya!"
Kan, kan, lihatlah anak kecil satu ini. Ogya pasrah saja.
🌸🌸🌸
"Kalian mau kemana?" tanya Laqueta ketika melihat anak kembarnya keluar dari kamar, Ochi membawa boneka dan Ogya membawa mainan. Ini, kan sudah malam, masa iya mereka mau main di luar.
"Mau tidur sama Mami." Ogya yang menjawab.
"Oh, oke, kalian duluan ke kamar, Mami mau beresin barang-barang kalian."
Laqueta berniat untuk menyiapkan barang-barang yang akan anaknya bawa untuk pergi besok, mulai dari pakaian hingga peralatan mandi, kulit Ochi yang sensitif membuatnya tidak bisa memakai sembarangan produk.
"Kamarnya bersih kok, Mi."
Ochi yang tidak mengetahui maksud Laqueta sebenarnya berkomentar, dia pikir Laqueta akan membereskan kamar mereka yang berantakan.
"Iya, udah sana pergi." Laqueta tidak ingin banyak berkomentar.
Ochi dan Ogya langsung menuju kamar orang tuanya.
"Papi!"
"Papi dimana?" tanya Ogya pada Ochi, padahal sudah jelas Ochi tidak akan tau, daritadi kan mereka selalu bersama.
"Papi."
"Kenapa?"
Meesam menjawab dari arah luar kamar.
"Kirain Papi hilang." Ochi cengegesan ketika menjawab, dia pikir Meesam bocah kali, ya.
Meesam terkekeh lalu menggendong Ochi dan Ogya bersamaan. "Kembar mau apa?" tanya Meesam untuk keduanya, kalau sebut nama satu-satu menurutnya tidak efektif dan efisien. Kembar lebih singkat.
"Mau tidur sama papi."
"Oke, ayo tidur."
Meesam sih tidak masalah jika anak-anaknya numpang tidur di kamarnya, ya asal jangan sering-sering.
Si kembar yang memang kelelahan dan juga sangat mengantuk karena tidak tidur siang tidak membutuhkan waktu yang lama untuk terlelap, sementara itu Meesam keluar dari kamar setelah menyelimuti anak-anaknya.
Tujuan Meesam adalah kamar si kembar, Laqueta pasti berada di situ karena tadi istrinya mengatakan akan menyiapkan keperluan untuk besok.
"Ta? Kamu belum selesai?" tanya Meesam lalu duduk di tempat tidur dengan selimut bergambar barbie, sudah pasti itu milik Ochi.
"Dikit lagi." Laqueta hanya tinggal memasukkan barang-barang tersebut ke dalam tas.
Meesam menatap Laqueta, sebenarnya pria itu ingin istrinya ikut, tetapi Meesam tidak mau memintanya. Karena Meesam tau, Laqueta akan ikut, tetapi hatinya? Meesam ingin Laqueta ikut karena keinginannya sendiri, bukan terpaksa.
"Udah, kan? Ayo. Kembar juga udah tidur," ucap Meesam ketika Laqueta sudah selesai menutup resleting tas.
"Iya."
"Kamu pergi jam berapa?"
"Penerbangannya jam sembilan."
Okelah, berarti mereka akan pergi sebelum itu.
"Kamu nggak apa-apa aku tinggal?"
Ayolah, Meesam ingin mendapatkan jawaban berbeda dari yang biasanya. Misalnya, aku ikut, ya? Nggak berani sendirian. Jika Laqueta mengatakan itu, sudah pasti Meesam akan menjadi sangat senang.
"Nggak apa-apa. Besok aku nginap di rumah orang tua aku, ya?"
Kembalilah ke kenyataan Meesam, Laqueta tidak masalah jika harus ditinggal.
"Oke, kalau ada apa-apa, kasih tau aku, ya?"
Laqueta mengangguk saja.
Meesam sudah memberikannya waktu untuk sendiri, Laqueta sangat senang walaupun hanya dua hari, kan tidak mungkin juga kalau lama-lama, jika itu terjadi Laqueta pasti akan merindukan anak-anaknya dan juga ... Meesam?
"Makasih, ya."
Meesam tertegun mendengar itu, anggaplah dia lebay, tetapi ketika Laqueta yang kaku dan cuek itu mengucapkan terimakasih, rasanya perut Meesam dipenuhi kupu-kupu. Jarang sekali istrinya mengucapkan terimakasih, jadi ketika itu terjadi maka mana mungkin Meesam menunjukkan ekspresi biasa saja.
🌸🌸🌸
Rabu, 8 September 2021
Gimana part ini?
Revisi: Rabu, 25 Desember 2024
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top