7
Inayah bergegas menyusul Andra saat melihat Andra menuju mobilnya.
"Pak, Pak Andra."
Andra menoleh dan melihat Inayah menggenggam sesuatu. Andra agak kaget saat Inayah sangat dekat karena setahunya Inayah sangat menjaga hubungan dengan lawan jenis.
"Ini Pak, di dalam tangan yang saya genggam ada celana dalam wanita, saat saya mencuci baju Bapak eh kok ada yang nyembul, ini Pak ambil saja, saya nggak enak ngasi di dalam karena kasihan Bapak sama Ibu, takut kaget lagi karena ulah Bapak, paling pas lagi berdua sama cewe Bapak ya Bapak lupa ngembalikan celana dalamnya, ini Pak cepetan terima, kecil banget kok nggak akan kelihatan juga."
Andra hanya mengangguk, ia sebenarnya malu pada Inayah, itu celana dalam Gaby saat tiba-tiba saja duduk di pangkuannya dan ia yang saat itu menurunkan celana dalam Gaby lupa jika ia memasukkan ke celana bahan yang saat itu ia gunakan, pulang dari kantor langsung ke rumah Gaby dan berakhir di sofa, ranjang dan tiap sudut kamar Gaby selama dua hari.
Andra menerima celana dalam putih dari tangan Inayah dan memasukkan lagi ke saku celananya.
"Kembalikan aja Pak, kasihan, nanti kedinginan cewek Bapak tidak pake celana dalam."
Gurauan Inayah dibalas Andra dengan tatapan marah karena tersinggung.
"Tidak lucu!"
Inayah yang telah beranjak meninggalkan Andra akhirnya menoleh lagi.
"Kan memang tidak melawak saya Pak, bayangkan saja dia tidak pakai celana dalam ke mana-mana, apa Bapak tidak khawatir?"
"Inaaaa."
"Iya Pak maaf."
Inayah mempercepat langkah sambil menahan tawa. Sedang Andra yang baru duduk di mobilnya sekali lagi membuka tangannya dan melihat celana dalam milik Gaby, lalu memasukkan lagi ke dalam sakunya, tidak dalam waktu dekat akan dikembalikan, dia tak ingin lagi-lagi Gaby memanfaatkan tubuhnya untuk kepuasan batinnya meski Andra akui Gaby lumayan staminanya, pengalaman Andra dengan beberapa wanita tidak semua bisa sekuat Gaby yang tahan hingga hampir dua jam.
"Pak ini mau jalan?" tanya sopir Andra
"Lah iya Pak langsung ke kantor jangan nunggu saya nyuruh."
.
.
.
Lagi-lagi Eriska menatap dengan geram foto Luna di dinding. Dirinya semakin marah pada Luna, ternyata Andra telah berubah menjadi laki-laki yang bebas berhubungan dengan siapapun hal yang tak pernah di sangka oleh Eriska, ia pikir Andra masih sama dengan Andra dulu yang tak peduli pada wanita.
"Gara-gara kau semua jadi kacau." Eriska menatap marah pada foto Luna.
"Aku yang masih suci harus mengejar laki-laki kotor seperti Andra yang ternyata tetap saja aku cintai, tapi semua harus tetap berjalan sesuai rencana, aku sudah terlanjur melakukan banyak hal, jika sampai aku tak menikah dengan Andra akan aku lakukan hal besar yang membuat Andra mau menikahiku, akan aku buat ia menyesal tak menikah denganku."
"Apa yang kau bicarakan Eris?" Tiba-tiba Dini, mama Eriska muncul. Eriska kaget, ia diam tak mengira mamanya tiba-tiba masuk ke kamarnya.
"Aku kadang heran sama kamu, sejak dulu kau menyukai Andra padahal dari wajah dan gestur dia, kita semua tahu sejak dulu juga dia tak menyukaimu, lebih baik sudahi semuanya, mama juga sejak awal tidak suka menjodohkan atau apalah, anak jaman sekarang nggak cocok lagi sama model-model kayak gitu, kalo aku jadi kamu udah sejak dulu cari yang lain, bertahun-tahun menyukai laki-laki yang mengabaikan kita kan sebuah hal yang sia-sia."
Eriska menatap mamanya tak percaya.
"Jadi Mama nggak ngedukung aku? Mama nggak mau aku jadian sama Andra?"
Dini tertawa sambil geleng-geleng kepala.
"Sadarlah Eris, Mamamu ini mau dukung apa? Yang dikatakan mendukung itu kalau keduanya sama-sama ok, lah ini sejak dulu Andra tak berminat padamu, kenyataanya kan dia malah mencintai Luna mati-matian."
"Dia yang merebut Andra dariku."
Lagi-lagi Dini menggeleng.
"Tidak Sayaaang, tidak! Dikatakan merebut jika Andra sudah jadi milikmu, ini loh Andra menoleh saja tidak padamu."
"Aku ini anak Mama nggak sih? Kok sama sekali Mama nggak ada di pihakku."
"Mama hanya ingin kamu sadar Sayang, bertahun-tahun kamu mengejar obsesi yang Mama pikir tak akan pernah bisa aku raih, asal kau tahu, akhir-akhir ini Andra dekat dengan pemilik perusahaan tempat mama bekerja, meski mama tahu beliau sudah menikah tapi yah mau gimana lagi jika keduanya suka, tapi seperti biasa Andra terlihat biasa saja pada semua wanita mungkin bagi Andra yang ia cinta hanya Luna, aku hanya melihat pimpinanku yang kayaknya suka sama Andra sementara Andranya biasa saja, kan kelihatan orang suka atau nggak."
Mata Eriska terlihat nyalang, ia tahu bagaimana pimpinan mamanya yang cantik dan berkelas, rasanya ia semakin takut Andra benar-benar semakin tak terjangkau.
"Apa mama yakin mereka ada apa-apa?"
"Nggak yakin sih, paling yang hanya hubungan kerja, yang kelihatan suka kan bos mama, mama tahu karena akan ada kerja sama antara perusahaan tempat mama bekerja dengan perusahaan Andra, kami beberapa kali ada meeting dengan pimpinan dan para manajer, kelihatan banget kalo bos mama suka sama Andra tapi kayak biasanya si Andra cuek-cuek gimana, ke mama aja cuman nunduk dikit, padahal tahu kalo mama bersahabat sama mamanya."
"Lalu apa mereka sering terlihat berdua?"
"Ya nggak tahulah, masa mama mau ngurusin mereka sampe segitunya ya nggaklah."
Eriska ingin tahu lebih banyak siapa Gaby, apa hubungannya dengan Andra dan ada apa diantara mereka, tapi bagaimana caranya?
.
.
.
"Heh awas kamu kalo ngadu-ngadu sama mama yang tadi itu." Suara Andra lirih saat Inayah menyiapkan makan malam dan Andra sudah duduk di ruang makan. Kening Inayah berkerut lalu mengangguk.
"Selama Ibu tidak tanya ya saya tidak akan jawab Pak, lagian siapa yang mau bertanya celana dalam yang lebih mirip tali itu, ada sih kainnya tapi buat nutupin lubang hidung saja paling Pak."
"Ck, bisa diam nggak sih?"
Inayah menghentikan gerakannya dan menatap Andra dengan wajah tanpa ekspresi.
"Bapak yang ngajak ngomong duluan, saya jawab kok jadi salah, kan bener itu celana dalam kan pak?"
"Iyaaa, ah sudah nggak usah tanya aneh-aneh tugasmu hanya satu, diam dan diam dalam hal apapun."
Inayah mengangguk, lalu menata lauk berikut nasi di meja makan.
"Masak apa aja In."
Inayah diam, ia tetap bolak-balik dari dapur bersih ke meja makan untuk menata lauk dan sayur.
"In denger nggak sih kamu, ditanya malah diam."
Inayah berhenti lagi di depan Andra dengan tatapan tak mengerti.
"Bapak ini gimana sih katanya saya suru diam dalam hal apapun."
"Kamu ini yah kok telmi, katanya sudah diterima di S2 dan tinggal kuliah aja tapi otak sulit nyantol."
"Paaak, saya ini melaksanakan tugas sesuai konteks, kan bapak bilang saya hanya diam dan diam."
"Iyaaa itu kalau masalah yang ituuu tuh yang kamu kasihkan ke aku tadi pagiii."
"Nah gituuu dong Pak, saya harus diam kalo ada yang nanya masalah celana dalam."
"Capek ngomong sama kamu, udah dibilangin tetep aja, aku belikan celana dalam model gitu baru tahu rasa kamu."
"Hmmm maaf dan terima kasih Pak, saya tidak mau masuk angin."
"Kok bisaaaa?"
"Lah kan tidak ada kain cuman tali saja kalo pake rok dan pake celana dalam model gituan ya bisa ngentut seharian Pak."
Tawa Andra terdengar keras.
"Inayaaah, Inayah lucu juga kamu, gara-gara celana dalam jadi kocak."
"Celana dalam siapa Andra?"
Inayah dan Andra kaget saat Helena tiba-tiba muncul di ruang makan.
💖💖
4 Juli 2021 (09.18)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top