6
Andra berjalan lurus melewati kedua orang tuanya yang duduk di ruang keluarga.
"Tak ada salam atau apapun lagi Ndra?"
"Eh iya Ma, Pa, assalamualaikum."
"Wa Alaikum salam, masih ingat pulang Ndra? Teman-temanmu pada nelepon, tumben kamu nggak kumpul, kemarin Papa kamu nelepon salah satu dari mereka eh mereka malah tanya kamu ke mana." Ucapan Helena semakin membuat Andra canggung.
"Intinya kamu membohongi kami, sudahlah toh dosa kau yang menanggung sendiri tapi paling tidak aku sebagai papamu mengingatkan, kami kecewa pasti, tapi buat apa terus mengawasi kelakuanmu agar tidak tergelincir, pergilah, jika perlu kemanapun tak usah pamit, biar sekalian kami tidak resah mikir kamu ada di mana? Tidur dengan siapa?"
Andra mengembuskan napas sambil berlalu dari hadapan mama dan papanya. Dalam kamar ia segera membuka seluruh baju dan melangkah ke kamar mandi, sebelumnya ia masukkan baju-baju kotor selama ia bersama Gaby.
Sesampainya di kamar mandi Andra segera membersihkan badannya di bawah guyuran shower, dan cukup kaget saat menyadari beberapa bagian tubuhnya yang terdapat bekas-bekas percintaannya bersama Gaby, harus ia akui Gaby bagai orang kehausan, selalu saja memimpin bahkan seolah tak kenal lelah. Andra berpikir untuk tidak selalu menuruti kemauan Gaby karena walau bagaimanapun Gaby sudah punya suami, selama ini ia tak pernah terlibat hubungan gelap dengan istri orang, ia tak mau dicap pebinor. Segera setelah proyek besar ini jalan ia akan mencari cara agar tidak selalu bertemu Gaby.
Setelah mandi Andra menemui Inayah di dapur, ia memberi tahu agar baju-baju kotornya diambil di kamarnya. Inayah hanya mengangguk dan segera melangkah ke kamar Andra.
.
.
.
"Andra."
Andra menoleh saat mamanya memanggil, ia sedang makan malam.
"Ya Ma, ada apa?"
"Ada Eriska dan mamanya, cepat temui setelah makan." Saat Helena hendak berlalu Andra memanggil.
"Ma, bisa nggak sih dia nggak ke sini, aku sejak awal lihat wajahnya aja bosen."
"Jangan gitu Ndra, kamu tahu, dia anak baik-baik nggak pernah Deket sama cowok-cowok."
"Ya cowok-cowok pada bosen sama dia Ma, lihat aja wajahnya juteek aja, malah itu harusnya jadi pertanyaan besar, kenapa sudah usia segitu gak pernah Deket sama cowok? Gitu Mama mau jodohin sama aku, nggak lah, dia buka kelas aku."
"Ndraaa temui dulu."
"Dia suru ke sini, males aku ke sana."
Helena menghela napas, ia berlalu dari hadapan Andra. Tak lama terdengar langkah mendekat, Andra tahu itu Eriska tapi ia tak menoleh.
"Ini aku bawakan bihun goreng bikinan mamaku, enak banget ini ada udangnya, ada ..."
"Taruk aja." Andra terus makan tanpa melihat Eriska.
"Kau kelihatan lelah, baru datang dari weekend sama teman-temanmu?"
Andra mendengus, ia malas berbasa-basi dan tetap melanjutkan makan tanpa menawarkannya pada Eriska.
"Sama wanita yang aku inginkan, percuma weekend sama teman-teman paling juga ngobrol, makan tapi kalau sama wanita yang aku inginkan, aku bisa melepas penat dan semua beban jadi hilang setelah semuanya aku salurkan, nikmat seperti itu bisa ngilangin stres."
Mulut Eriska terbuka lebar, tak mengira Andra akan berubah sedahsyat itu, dari laki-laki dingin dan cuek pada wanita akhirnya berubah menjadi laki-laki yang bebas melakukan hal yang tak semestinya.
"Kau sungguh menyedihkan, hanya karena seorang Luna, wanita lemah yang sudah ternoda hidupnya kau jadi ikut nista."
Andra menghentikan suapannya, ia tatap wajah Eriska dengan wajah marah.
"Heh wanita jahat, durjana, kau tahu? Sejujurnya aku curiga padamu, kau selalu menghina Luna, selalu merendahkan dia padaku, sebagai sahabat harusnya kau menjaga nama baiknya, dia yang sudah meninggal harusnya kau bicarakan yang baik-baik bukan malah melecehkannya, jangan kau kira aku diam saja, pulangnya aku ke sini selain karena papa juga ingin menyelidiki mengapa Luna yang notabene tak pernah keluar tanpa pengawalan, keluar hanya dengan aku, kamu, papa mamanya diketahui hamil, itupun kita semua tahu setelah dia ditemukan mengapung di kolam renang, tanda tanya besar bagi kami, orang-orang yang menyayanginya, atau jangan-jangan memang kamu yang merencanakan semuanya, ingin menghabisi Luna tapi dengan jalan lebih dulu membuat dia hamil lalu ..."
BRAAAK!! Eriska menggembrak meja, wajahnya memerah.
"Jaga mulutmu! Jangan asal tuduh, bisa aku laporkan jika ..."
"Silakan aku tak takut, aku sudah menyewa seseorang untuk menyelidiki kematian tunanganku, akan aku jebloskan dia ke penjara, akan aku lihat bagaimana dia membusuk di penjara, karena jika ketahuan siapa tersangkanya aku yakin akan dituntut seberat-beratnya karena ini pembunuhan berencana!"
"Kau akan menyesal telah menuduhku!"
"Kau akan menyesal pernah hidup sebagai Eriska yang menyebalkan!"
Eriska menggembrak meja sekali lagi dan meninggalkan Andra yang kembali melanjutkan makannya meski sudah tak ingin lagi.
"Kau apakan dia Andra?"
Tiba-tiba papa dan mamanya telah berdiri di sebelahnya. Andra menghentikan makannya, meraih air dan meneguknya lalu meletakkan kembali gelas pada tempatnya.
"Ma, Pa, sangat tak masuk akal, dia sahabat Luna, tapi padaku dia selalu merendahkan Luna, menjelekkan-jelekkan Luna, tiap kali bertemu denganku dia selalu mengucapkan kata-kata hinaan pada Luna, nah apa salah jika aku curiga, jangan-jangan dia dalang semuanya? Sekarang coba pikir Luna hampir tidak pernah keluar rumah jika tidak denganku, atau dengan dia si judes itu atau dengan mama dan papa Luna, kok bisaaaa tiba-tiba diketahui hamil, apalagi diketahui setelah Luna meninggal, artinya kan kemungkinan Luna melakukan hubungan nggak bener hanya saat denganku atau bareng Eris, aku tidak pernah menyentuhnya karena kami berjanji akan sama-sama menjaga kesucian hingga saatnya tiba, nah sekarang kan hanya ada satu kemungkinan Ma, Pa."
"Kau jangan asal bikin analisis, itu menuduh namanya." Helena menatap mata Andra dengan tajam.
"Akan aku cari jawabannya Ma, hanya aku tak tahu dengan cara apa, orang yang aku sewa juga masih mencari celah, mendekati keluarga Eriska, aku ingin Luna tenang, rasanya tak mungkin Luna sampai melakukan hal yang tak pantas, aku sangat mengenalnya, dia ..."
"Tapi anehnya justru kau yang melakukan hal tak pantas sejak Luna meninggal, harusnya kau tak mengikuti napsumu."
Anggoro memotong kalimat Andra.
"Aku hanya kecewa pada keadaan yang aku alami Pa, aku merasa telah berbuat baik, tak pernah berbuat jahat pada siapapun tapi ternyata apa yang aku alami seolah kebaikanku tak ada harganya."
"Kau salah Nak, jika kau lebih bersabar maka kau akan mendapatkan balasan yang jauh lebih baik."
"Balasan apa lagi Pa? Apa aku harus lebih sabar setelah kematian Luna, wanita yang sangat aku cintai, aku juga merasa bersalah karena tak peka saat-saat terakhir kami bertemu dia sudah semakin murung, aku pikir karena karena kami akan segera menikah, kami sepakat ia tinggal denganku sementara orang tuanya ngotot harus tetap di rumah mewah mereka, sekarang setelah aku mampu berpikir jernih, aku yakin ia tertekan dengan kehamilannya hingga memutuskan mengakhiri hidupnya di kolam renang, itu yang sering membuat aku depresi, menghabiskan malam-malam panjang dengan wanita-wanita tak jelas atau dengan minuman keras."
"Kau menghancurkan hidupmu sendiri Ndra."
"Sudah hancur sejak Luna meninggal Pa."
💖💖
3 Juli 2021 (20.07)
Wes yaaaa triple up, met malaaam, met tidur semuanya, nice dream, happy weekend 💖💖💖
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top