5


"Ini rumahmu Gaby?"

"Yah, ayo masuk."

Andra mengikuti langkah Gaby, ia lihat sosok mungil Gaby yang malam itu hanya menggunakan hotpans dan kaos tanpa lengan yang ia yakini dibalik kaos itu dia tak menggunakan apapun. Saat sampai di ruang tamu alangkah kagetnya Andra saat melihat foto di dinding rumah Gaby.

"Kau sudah punya suami?"

"He eh, emang kenapa? Dia jaaarang di sini, ia punya perusahaan di Johor sana, jadi ya dua bulan sekali kadang ketemunya, sedang aku di sini urus perusahaan aku."

Andra mengawasi semua sudut, ia tak mau kecolongan. Gaby mengerti kekhawatiran Andra.

"Sudah aku matikan cctvnya, aku tahu yang kamu pikir, Gaby menarik Andra duduk di sofa besar, lalu duduk di pangkuan Andra, sambil tersenyum manja menarik dasi Andra juga mulai membuka kancing kemejanya, Sedang Andra melepas jasnya. Keduanya saling menatap dengan wajah yang mulai memerah, napas yang mulai tak teratur. Dan tanpa aba-aba keduanya telah saling memagut dengan liar, sama-sama membuka baju yang tersisa lalu saling tindih di sofa besar nan lembut.

Suara cecapan, tumbukan dua kulit yang beradu, rintihan, desahan dan geraman terus mengalum di ruangan itu. Berpindah posisi hingga keduanya  kelelahan dan saling memeluk dengan tubuh basah. Aroma percintaan sangat pekat di ruangan itu. Tangan Gaby mengusap dada Andra, kepalanya ia rebahkan di dada bidang itu, keduanya masih mengatur napas.

"Terima kasih Ndra, kau tahu sejak lama aku ingin seperti ini tapi aku tak berani karena kau setahuku laki-laki dingin, bahkan kabar terakhir kau sudah punya tunangan lalu lama menghilang dan tiba-tiba hadir lagi dengan Andra tampilan baru, kau laksana kupu-kupu yang baru keluar dari kepompong, tampilan barumu lebih menarik, kau berubah jadi Andra yang humble juga panas di ranjang."

Andra terkekeh, ia tak tahu harus berkata apa, yang jelas dia sendiri merasakan Gaby yang lain dari pada yang lain. Ia usap dada Gaby yang masih basah oleh keringat. Gaby mendesah lagi saat Andra meraup dadanya berulang, lalu mendorong perlahan wajah Andra karena ia masih lelah dan tak mungkin mampu melayani Andra lagi.

"Apakah suamimu jarang mengajakmu seperti ini? Karena terasa lain."

Gaby mengangguk dan matanya mulai berair.

"Aku nggak tahu harus ngomong apa, kami bertemu secara tak sengaja saat ada pesta di rumah sepupu yang juga pengusaha lalu dia melamarku saat itu juga, aku yang baru saja ditinggal dan dikecewakan laki-laki langsung mengiyakan, dan menikahlah kami. Saat menikah ya ada bapak dan ibunya tapi kok tidak ada yang bilang jika dia sudah menikah sebelumya, hanya aku kok bodoh iya saja nikah siri, eh ternyata lima bulan kemudian aku didatangi wanita dari negeri seberang lalu menjelaskan jika ia adalah istrinya juga, istri pertamanya, shock? Pasti, aku bukan wanita tak laku, aku terus terang minta cerai saat ia datang tapi ia tak mau, harapannya menikah denganku hanya agar punya anak karena dengan istri sebelumnya dia memang tak dikaruniai anak, aku tak mau hanya dijadikan pabrik anak, aku bolak-balik minta cerai ia tak mau, dan orang tuaku juga melarang karena terus terang sejak menikah dengannya hidup kami sangatlah berlebih tapi aku merasa dikorbankan, aku tak tahu harus bagaimana lagi, sedang secara batin ia juga kurang memenuhi, jika datang paling hanya seminggu, itu pun kami hanya berhubungan dua kali dan tak maksimal, aku sering hanya sebagai tempat pelampiasan dia saja, sedang denganmu aku ..."

"Sangat puas?"

"Sangat, jangan tinggalkan aku Ndra, entah mengapa denganmu aku merasa nyaman meski kita hanya saling kenal di forum pengusaha tapi sejak awal duluuu melihatmu aku sudah tertarik padamu, tapi aura dinginmu menakutkan, entah apa yang mengubahmu hingga jadi Andra yang panas seperti ini."

Andra menghela napas.

"Perjalanan hidup yang tak enak telah membuatku seperti ini, sudahlah ini sudah mendekati dini hari, kita ke kamar mandi dulu, lalu tidur dan besok pagi-pagi kita ulangi lagi dan lagi."

"Andra, aku akan mengurus perceraian dan kita menikah."

Andra yang hendak bangkit jadi menoleh lagi. Ia menggeleng.

"Jangan Gaby, jangan, aku tak punya pikiran untuk menikah, tidak akan pernah."

Gaby memeluk Andra dengan erat.

"Kenapa?"

"Karena memang tak ada dalam kamusku untuk menikah!"

.
.
.

"Andra ada acara sama teman-temannya katanya Pa, sudahlah nggak usah cemas atau ditunggu."

Suara Helena memecah kesunyian, saat suaminya jadi sulit tidur.

"Entah mengapa pikiranku terus pada Andra, aku merasa ia sudah keluar jalur, aku takut dia semakin jauh dari kata benar dan jujur."

"Aku sudah meneleponnya bolak-balik tapi tidak diangkat, paling dia bersenang-senang dengan teman-temannya, tidurlah Pa."

"Aku berusaha tidur sejak tadi Ma, tapi perasaanku tak enak."

"Sama Pa, aku juga entah mengapa selalu berpikir tentang Andra."

"Sebentar seingatku aku punya nomor salah satu teman yang biasa bersamanya, kan itu teman-teman kuliahnya dulu, siapa tahu jika aku tahu pasti kabar Andra ada di mana hatiku jadi lega, aku cari dulu nomornya, Ma."

.
.
.

Yaaa Mas

Aku pulang bulan depan, kau ditemani siapa weekend ini?

Aku sendirian ini, biasanya ibu nanti menemani aku tapi nggak tahu juga

Baiklah, baik-baik di sana, ingat berobat ke dokter, aku sudah sangat ingin punya anak

Iya Mas

Dan jika kita sudah punya anak maka kau harus pindah, ikut denganku

Yah

Gaby meletakkan ponselnya dan ia segera menoleh saat Andra memeluknya lalu meremas dadanya dari luar kimono yang ia kenakan sehabis mandi tadi. Gaby berbalik lalu mencium bibir Andra sekilas.

"Gimana proyek kita? Jadi? Dokumennya sudah siap semua?"

"Sudah aku siapkan, kita tinggal tanda tangan saja."

"Makasih banyak, siapa itu tadi?"

"Suamiku?"

"Lalu?"

"Bulan depan datang, dia ingin aku segera hamil, tapi aku ingin hamil anakmu Ndra."

Andra menggeleng.

"Tidak, tidak boleh, aku tidak mau jadi pengacau dalam rumah tanggamu, makanya aku selalu pakai pengaman, aku tidak ingin merusak pernikahanmu dan suamimu, hubungan kita cukup hanya teman yang saling membutuhkan."

"Tapi kau sudah mengacaukan hatiku sejak kita tidur bersama Ndra, aku seolah tak akan pernah bisa lepas dari kamu."

Andra mengusap pipi Gaby, menatap mata yang seolah memohon padanya.

"Biarlah kita menjadi teman yang saling menguntungkan saja, kau butuh aku maka aku penuhi kebutuhanmu, aku perlu kamu dalam hal bisnis maka aku yakin kau bisa mengabulkan apa yang aku minta tapi jika kau menyukai atau bahkan mencintaiku maaf, aku tak bisa membalas perasaanmu Gaby, meski katakanlah aku berpura-pura menyukaimu saja aku tak bisa, asal kau tahu aku tak akan pernah bisa merasakan cinta lagi."

"Mengapa?"

"Karena cintaku telah mati bersama jasad tunanganku."

💖💖

3 Juli 2021 (15.32)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top