12


Hati-hati, jangan pernah ke sini, kita tetap pake ponsel aja kalo ada hal penting

Baik Pak, sementara itu aja laporannya

Bener dugaanku kaan? Ingat jangan lupa alat perekamnya

Siap Pak

Ok, thanks

Andra menggenggam ponselnya dengan erat, ia ingin semuanya segera selesai dan ingin melanjutkan hidupnya lagi dengan normal tanpa bayangan masa lalu yang terus berputar di kepalanya.

"In." Andra memanggil Inayah saat kelebat gadis itu terlihat di dapur bersih.

"Ya Pak."

"Buatkan teh hangat, aku masih merasa belum fit."

"Iya Pak."

Inayah segera membuatkan pesanan Andra. Andra melangkah menuju dapur bersih, ia lihat tangan Inayah yang cekatan.

"Apa kamu memang seaneh ini? Kadang ceria, cerewet, menyenangkan eh balik lagi cuek."

Inayah memberikan teh hangat pesanan Andra. Ia menatap Andra sekilas lalu meraih serbet yang tergantung di dekatnya, membersihkan tangannya dan menghela napas.

"Saya ya gini Pak, aslinya ya gini ini, kalo saya sampe kayak gitu saat di vila karena saya jaga Bapak, saya mengemban amanah dari ibu, lagian Bapak harusnya mikir wanita kayak gitu bisa menghalalkan segala cara demi dapatin Bapak, dia sudah punya suami tapi masih saja nyicipin laki-laki lain, harusnya Bapak sadar itu sejak awal, tapi ya nggak tahu jugalah, masalahnya Bapak ya mau-mau saja karena demi sesuatu yang Bapak pikir akan bikin bangga orang tua Bapak eh ternyata malah bikin hancur hati orang tua Bapak, udah dulu ya Pak saya ke belakang dulu."

Andra mengangguk, saat Inayah mulai menjauh tiba-tiba Andra memanggil lagi.

"In, Inayaaah!"

Inayah menghentikan langkah dan berbalik.

"Iya Pak?"

"Kapan-kapan boleh aku curhat?"

Inayah menggeleng.

"Ambil wudhu, lalu sholat, curhat sama Allah pasti ada penyelesaian, kalo curhat sama saya yang ada dosa, kita bukan muhrim, jangan sering berduaan."

Andra hanya melongo mendengar ucapan Inayah.

.
.
.

Keesokan harinya ...

"Pak, ada tamu, dia memaksa ingin bertemu Bapak karena berhubungan dengan proyek yang Bapak tangani katanya, sudah saya tanya siapa namanya dia tetap bilang akan berbicara langsung pada Bapak.

"Yah suru masuk saja."

Tak lama kemudian masuk laki-laki yang kisaran usianya 50 tahun namun badannya masih gagah, Andra berdiri dari kursinya, melangkah menemui tamunya yang dalam hati ia bertanya-tanya, siapa orang yang baru saja masuk dan menatapnya dengan tatapan datar tanpa ekspresi, tiba-tiba saja ia ingat Inayah.

"Silakan Pak, silakan duduk."

Orang yang ia suru duduk justru menjulurkan tangannya.

"Kenalkan saya Khalid, suaminya Gaby, saya jauh-jauh dari Johor hanya ingin bertemu Anda, saya belum bertemu istri saya, tapi Anda yang saya temui lebih dulu."

Ada rasa tak nyaman yang Andra tangkap dari ucapan Khalid.

"Saya ..."

"Saya tahu siapa Anda."

"Oh terima kasih, mari silakan duduk."

Khalid duduk, lalu menatap Andra dengan tajam.

"Ada hubungan apa antara Anda dengan istri saya?"

Deg!

Andra menghela napas, ia menegakkan duduknya dan balik menatap Khalid.

"Kami hanya teman bisnis, hanya bisnis, saya akui beberapa kali bertemu dengan istri Anda, bahkan terakhir kami bertemu di sebuah villa tapi saya didampingi asisten saya, bisa Anda tanyakan pada istri Anda."

Khalid menyandarkan badannya ke sandaran kursi.

"Orang-orang saya melaporkan jika istri saya ada main dengan laki-laki rekan kerjanya dalam proyek yang sedang ia kerjakan, jika benar ada sesuatu diantara kalian akan aku tarik semua dana yang saya berikan pada istri saya, semua yang ia lakukan sekarang itu semua uang saya, ini hanya agar Anda tahu, tanpa saya dia bukan siapa-siapa."

"Jika memang ini yang terbaik, tak masalah bagi saya jika proyek ini selesai sampai di sini, kita hentikan! saya tak akan mengganggu istri Anda, saya pikir saya masih akan laku pada wanita single, jadi jangan khawatir saya lebih suka mendekati yang single dari pada yang masih bersuami."

"Terima kasih, tapi saya tetap akan memantau hubungan Anda dengan istri saya, karena dua orang informan saya mengatakan hal yang sama, jika akhir-akhir ini istri saya dekat dengan Anda, jangan libatkan perasaan saat bekerja dengan lawan jenis pekerjaan Anda tak akan pernah sampai akhir, sekali lagi terima kasih, saya tetap akan mengamati Anda dan istri saya."

Khalid bangkit sambil matanya terus menatap Andra.

"Jika ternyata memang benar ada apa-apa diantara kalian, saya sanggup menghancurkan perusahaan ini dalam waktu satu hari.

Tanpa pamit Khalid keluar dari ruangan Andra. Andra mengembuskan napas, terdengar ngeri ancaman terakhir Khalid. Terbayang wajah papa dan mamanya juga nasehat Inayah yang terus berputar di kepalanya.

.
.
.

Gaby terengah, ia merasakan suaminya yang tak biasa menjamah tubuhnya, bagai kesetanan tiada henti, sampai akhirnya ia merintih tak kuat karena lelah juga terasa kebas miliknya.

"Maaas."

Khalid abaikan rintihan istrinya hingga sampai untuk kesekian kalinya barulah ia bangkit dan melangkah ke kamar mandi, ia mendengar isak tangis Gaby tapi ia berpura-pura tak mendengar. Saat kembali dari kamar mandi ia duduk kembali di kasur, ia melihat Gaby yang meringkuk dan belum menggunakan apapun.

"Apa seperti ini laki-laki itu menjamahnu? Apa seperti ini hah? Aku menghormatimu makanya aku hati-hati menyentuhmu, ternyata kau ingin aku membuatmu lelah dan kepayahan, baiklah jika ini yang kamu mau, aku akan terus menyiksa tubuhmu, aku baru tahu jika kau merasa nikmat jika dibuat lelah dan sakit."

Lagi-lagi Khalid menarik Gaby, menindih dan meremas kasar dada istrinya, meraup dada besar itu bergantian hingga Gaby kembali menangis dan merintih sakit, kini dia mengerti mengapa suaminya tiada lelah menjamah tubuhnya, kemarahan membuat suaminya gelap mata. Kembali Gaby merasakan Khalid yang tanpa ampun menyiksa tubuhnya, ia tak merasakan apapun selain sakit, dan melepaskannya saat telah selesai, kembali Gaby meringkuk di dalam selimut dengan sedu sedannya.

"Asal kau tahu, jika aku kadang tak bisa memuaskanmu karena aku lelah, memikirkan bagaimana caranya memenuhi kebutuhanmu, keluargamu, juga istriku yang di sana, aku tahu kau kecewa padaku saat tahu kau bukan satu-satunya tapi bukan dengan cara seperti ini kau melampiaskan kekecewaanmu, jika aku mau dengan uangku aku bisa bermain dengan banyak wanita tapi itu tak aku lakukan, hanya pada istri-istriku aku mau berhubungan, ini peringatan terakhir, jika kau masih mendatangi laki-laki itu kalian berdua akan aku hancurkan, jika kau tak puas denganku katakan, bukan mencari kepuasan pada laki-laki lain, kau orang terhormat, dari keluarga terhormat bukan seorang pelacur yang dengan mudah memberikan tubuhnya pada laki-laki lain."

"Maafkan aku, Mas jarang sekali di sini, aku juga butuh Mas di sini, aku ..."

"Aku mengerti! Tapi jangan jadikan alasan kau tak puas denganku lalu mencari laki-laki lain! Bukan aku tak bisa memuaskanmu tapi kau memang sengaja mencari yang lebih dan lebih untuk urusan ranjang! Kau harusnya tahu dan mengerti perusahanku ada beberapa di sana, tidak mungkin aku lebih banyak tinggal di sini, atau biarkan perusahaan di sini di kelola orang kepercayaanku dan kau ikut aku."

Gaby menggeleng.

"Berati kau yang mempersulit keadaan atau kau memang ingin bercerai denganku? Akan aku kabulkan jika kau ingin bercerai tapi semua asetku akan aku tarik kecuali yang menjadi hakmu."

Gaby kaget mendengar ucapan Khalid, sejujurnya ia sudah terlanjur terbiasa menikmati fasilitas kelas satu, akan terasa berat jika itu harus hilang dalam hidupnya.

"Pikirkan itu, kau pilih salah satu, dalam hidup kau harus memilih tidak mungkinlah semua kenikmatan bisa kau raih dalam satu genggaman."

💖💖

9 Juli 2021 (04.04)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top