Lepas

Langit mendung ketika kendaraan yang mereka tumpangi mendekati kota kecil yang pada masa pendudukan Belanda dijuluki De Schoonste Stad van Midden-Java alias kota terindah di Jawa Tengah. Hawa dingin pegunungan menyeruak, mengingatkan Tio pada hari-hari musim semi di Brussels.

Tenggelam dalam pikiran masing-masing, keduanya berjalan memasuki sebuah kompleks pemakaman yang menepi dari jalan utama.

Ribuan kilometer kulewati dan akhirnya aku pun kembali di sini, pikir Tio.

Di hadapan sebuah pusara mereka berhenti dan menundukkan diri.

"Pa, Ma, Tio pulang," ucap Tio di hadapan pusara orang tuanya.

Dia tersenyum.
Terlepas dari sebuah beban yang selama ini menindih hatinya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top