PROLOG

Lampu temaram dengan atap gemerlap bintang, sejatinya menjadi saksi di antara kami. Di sudut kafe ini, malam ini, dan saat ini juga, aku akan menyelesaikan semuanya.

“Pertanyaanku sekarang, apa pernah selama empat tahun ini kita, aku dan kamu, masing-masing berusaha untuk saling mencari dan menemukan?"

“Tapi?” Tercetak jelas bagaimana ia terkesiap dengan pertanyaan yang baru saja kulontarkan.

Ini bukan inginku, Mas. Tapi maaf, sepertinya kamu sedikit terlambat untuk menemukanku kembali. Karena kini, gemuruh itu tidak lagi terdengar saat mata kita saling bertatap. Ada seseorang lain yang mengambil alih posisimu di hati ini. Dan kesalahanku adalah membiarkan waktu berlalu tanpa mau menunggu. Tentangnya, kurasa kamu mengenalnya dengan sangat baik.

*****


Sebuah kesalahan tetap membiarkan perasaan ini terus tumbuh di antara kejelasan sebuah tanda pembatas bahwa aku dengannya sangat sulit untuk menjadi kita.

Entah pasal mana yang mengharamkan hubungan ini. Tapi, aku tahu persis bahwa dia bukanlah orang yang begitu saja bisa goyah soal prinsip yang sudah terpatri.

Tapi, bersamanya adalah bahagiaku tak terkira. Mungkin saja, setelah ini, ada lelaki lain yang menjadi definisi bahagianya. Pun denganku, yaa.... Siapa tahu?

Seperti saat ini, di perkebunan milik keluarganya, kembali merangkai potongan puzzle tentang ingatan masa kecil kami. Saling menyelami pikiran masing-masing yang tergambar dengan jelas dari rekahan senyum itu.

Dia terus melakukannya, berlari mundur dan—"Frey awaaaass ...." teriakku sambil buru-buru menangkapnya.

Aku menahan tubuh itu. Mata kami saling bertemu.

Astaga... mata hazel itu. Jantungku berdegub kencang, aku palpitasi, takikardi, sial!!!

Oke aku tahu bahwa detik tak pernah berhenti. Hanya saja, seakan dalam freeze mode dan membuat kami saling bertatap sekian detik tanpa mengerjap. Hingga akhirnya Freya yang tersadar lebih dahulu. Bangkit, dan merapikan posisinya kembali.

"Lo gak papa?" tanyaku panik. Aku begini hanya untuk berjaga saja. Ya, mungkin ada salah posisi yang bisa menyebabkan sprain atau apapun hal buruk yang nggak diinginkan.

Namun, bukan perempuanku jika tak ajaib seperti ini. Bukannya menjawab dia malah terkekeh, "Lo mau bikin deja vu? Sayangnya gak bisa!!!" Dia menjulurkan lidahnya, berkacak pinggang dan melenggang begitu saja.

Gimana reaksi lo kalau gue mengungkapkan semua perasaan ini, Frey? Gue nggak siap untuk kehilangan lo.

*****


“Sorry bro, tapi gue mengenalnya jauh sebelum lo ketemu dia !!!”

“Gue nggak peduli, gue rela kalau harus dicoret dari keluarga Rajendra karena harus bunuh lo, gue rela, Gaa !!!”

*****

"Jangan pernah sakit dan terluka lagi. Cukup sekali kamu buat aku hampir mati berdiri di depan ruang operasi.”

“Maaf karena sudah membuat Pak Fachry khawatir.”

*****

Kukira semua akan berjalan sesuai alur yang kurancang. Tapi bodohnya, aku tak melibatkan Tuhan di dalamnya.

Goblog, Yik !!!

______________________________________




















Amandamen III

Edisi revisi proses penerbitan.
Saya ulangi ya, hasil revisi di buku cetak adalah amandemen ke IV jadi tetap akan berbeda dengan versi wattpad.

Apa bedanya? Ikutin terus edisi republish ini sampai tamat dan tunggu kejutan-kejutan selanjutnya.
Maaf, repost terlalu lama dari waktu awal saya menjanjikan. Mulai malam saya akan republish per hari 1 chapter. Kalau besok jam segini belum up, gedor-gedor aja saya.

Please kindly leave vote and comments.

With full of sayangs 😍😘
Chaa~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top