Bagian XV : Cheesecake!
Jungkook menghentikan kegiatannya yang tengah memeriksa berbagai laporan yang ada di laptop juga dokumen di atas meja. Kepalanya sedikit pening serasa ia membutuhkan sedikit ketenangan. Terlebih, beberapa saat yang lalu telah dilakukan pertemuan penting mengenai dimulainya proses pembaharuan game. Perihal lembur, itu bukanlah hal iseng yang Jungkook ingin lakukan. Lebih kepada hal yang memang sering dilakukan jika terjadi pembaharuan atau peluncuran pruduk game, sesuatu yang fokus untuk meningkatkan perusahaan.
Perlahan, Jungkook melirik ke arah ponsel. Tidak ada pemberitahuan apapun masuk, tetapi jauh sebelum terjadi rapat, Jungkook memang mendapatkan sebuah pesan dari gadis yang menari-nari di kepalanya.
Shin Jihyo.
Lekas ia meraih ponsel itu. Dinyalakannya begitu saja dan memasuki area roomchat.
Saya akan memberikan yang Presdir inginkan sewaktu di toko.
Sampai sekarang, Jungkook dibuat penasaran dan ia tidak bisa menghentikan pikirannya mengenai cheesecake yang berbeda. Apa karena Jihyo begitu liar sehingga pikiran Jungkook dibuat tercemar, menjadi liar dan hanya saat berada didekat Jihyo, Jungkook merasakan tarikan yang erat?
Jihyo memang sedikit berbeda dengan Hyo, gadis kecil itu. Cara berpakaian dan postur yang tentu saja mengalami perkembangan. Akan tetapi, Jungkook memiliki keyakinan jika mereka memang sama. Senyuman yang terus saja Jihyo ciptakan, mengingatkannya dengan gadis kecil itu. Walau ia masih menyelidiki alasan seluruh tentang Jihyo, mulai dari timbulnnya sebuah kebencian dan alasan Jihyo pergi dari panti asuhan.
Tidak ada data lebih jelas tentang Jihyo. Jihyo memang menorehkan berasal dari panti asuhan Hakyung, asal gadis kecil yang dinyatakan menghilang sampai detik ini. Namanya di panti asuhan juga bukan Shin Jihyo, melainkan Han Jihyo.
Jungkook yakin, Jihyo merubah data marganya, tepat saat pergi tetapi bagaimana bisa anak seusia tujuh tahun memiliki niatan untuk pergi tanpa mengatakan apapun? Di mana tujuannya?
Jungkook masih memegangi ponsel, tetapi kepalanya sudah berkelana mengenai Jihyo, hingga ia mendengar suara ketukan pintu.
"Masuk!" Jungkook berteriak. Sudah menduga jika itu adalah Dohyun. Alhasil, ia tidak terlalu peduli dan membiarkan Dohyun mengambil alih pekerjaan yang tersisa. Ia merasa kepalanya semakin pening. Tanpa melihat ke arah Dohyun, Jungkook menunjuk ke arah tumpukan dokumen melalui jarinya.
"Dohyun, lakukan analisa dan berikan poin utama tentang seluruh dokumen yang tersisa," ucap Jungkook yang fokus pada ponsel, tetapi seketika ia menghentikan kegiatannya sendiri saat menyadari terjadi sesuatu yang berbeda. Aura dan aroma yang memabukkan, membuat Jungkook lekas mengangkat wajah, memandang lurus ke depan hingga melihat tubuh semampai yang tersenyum begitu lebar.
"Selamat malam Presdir. Saya Jihyo dan sesuai isi pesan, saya ingin memberikan cheesecake yang manis untuk Presdir," kata Jihyo yang membuat Jungkook menaikkan sebelah alis.
Seseorang yang membuat kepalanya pening tiba-tiba ada di depan mata. Entah kenapa, Jungkook merasa lebih baik setelah ini. Akan tetapi, Jungkook berusaha membuat dirinya tetap netral. "Aku tidak menyangka jika kau ternyata seniat itu."
Jungkook melihat Jihyo yang masih tersenyum lebar dengan kepala yang mengangguk."Sebagai ungkapan terima kasih. Ya, kali ini memang bukan saya yang membuatnya tetapi resep cheesecake toko adalah racikan saya. Walau terasa ada sedikit perbedaan dengan saya yang membuatnya," ucap Jihyo yang beriringan menarik langkah untuk mendekat ke arah Jungkook.
Jungkook masih ditempatnya, duduk dengan nyaman seraya mengamati Jihyo yang entah ingin melakukan apa kali ini. Memberikan cheesecake? Jungkook merasa Jihyo sedang membuat rencana. Apa cheesecake itu terdapat racun atau obat tidur?
Semua pikiran itu berkelana begitu saja. Akan tetapi, Jungkook sendiri tidak berkenan untuk menolak atau melakukan suatu hal agar Jihyo berhenti. Ia melihat dengan lekat Jihyo yang tengah mengeluarkan cheesecake itu dari dalam paperbag ke atas meja. "Presdir tenang saja, saya tidak memasukkan apapun ke dalamnya. Jika Presdir khawatir, saya bisa memakan ini juga tepat di hadapan Presdir," kata Jihyo yang sudah menyajikan kue dengan diameter 10 cm tepat di hadapan Jungkook yang masih memilih diam.
Hanya beberapa saat, hingga Jungkook tertawa. "Sungguh, aku tidak menyangka jika kau begitu perhatian dengan memberikan ini. Apa yang kau inginkan?" Jungkook bertanya dengan santai, sedikit mengulurkan sesuatu.
"Apa yang kuinginkan?" Lalu Jihyo menggeleng. "Saya tidak menginginkan apapun selain kebahagiaan Presdir."
Mendengar perkataan Jihyo, membuat Jungkook tertawa kecil. Seluruh fokusnya kini benar-benar ada pada Jihyo. "Kebahagiaan? Berarti kau harus ada di sisiku karena kau salah satu kebahagiaan itu. Bagaimana menurutmu?" tanya Jungkook. Menurutnya, ia tidak asal dalam berbicara. Faktanya memang seperti itu.
Jungkook merasa senang jika melihat Jihyo, mengetahui dia baik-baik saja dengan segala kerumitan yang tercipta. Jungkook bahagia, walau Dohyun belum memberikan bukti-bukti akan dugaannya mengenai kebenaran jati diri Jihyo. Jika pun bisa, ia sudah meng-klaim gadis kecil itu adalah Jihyo dan ia ingin selalu bersama dengan Jihyo. Akan tetapi, ia bingung merealisasikan keinginannya itu. Bagaimana caranya?
Ia tidak bisa menutup mata. Jihyo itu licik dan berusaha mendapatkan keinginannya. Siapapun akan ia hancurkan. Dengan kebodohan yang ia biarkan datang, Jungkook kadang kala mengundang Jihyo untuk datang mendekat dan Jungkook memang tidak bisa menolak pesona yang dimiliki Jihyo.
Namun, Jungkook merasa tetap harus menjaga batasannya terhadap Jihyo. Ia meyakini satu hal, betapa sulitnya Jihyo bertahan hidup. Menghilang begitu saja dan muncul dengan aura yang semakin keluar. "Lupakan saja. Terima kasih untuk cheesecake-nya dan kembali'lah ke tempatmu--"
"Bagaimana jika saya ingin berada di sisi Presdir. Saya memang tidak mengerti maksud Presdir, tetapi saya ingin selalu berada di sisi Presdir."
Jungkook menatap Jihyo dengan tajam, tetapi detik selanjutnya tersenyum."Apa kau sadar dengan apa yang kau katakan?"
Hanya saja Jihyo tak langsung menjawab. Ia tersenyum miring—senyum itu lagi dan perlahan berkutat pada cheesecake. Seakan tak ada yang terjadi, Jihyo mengambil satu potongan yang telah terjadi dan mendekat ke arah Jungkook. "Saya sadar dengan apa yang saya katakan, Presdir. Saya bisa melakukan itu dan sudah memikirkan konsekuensinya."
Melihat Jihyo ingin mengarahkan kue itu kepadanya juga suaranya yang menggema, merusak pertahanan diri Jungkook. Lekas ia mengangguk. "Kalau begitu, suapi aku dengan mulutmu. Kita harus sama-sama menikmatinya, bukan? Anggap saja seperti itu." Dan memastikan apa kau kembali memasukkan sesuatu. Nyatanya Jungkook melihat Jihyo menghentikan langkah. Terlihat sedang memikirkan sesuatu.
Rasanya Jungkook tertawa. Kemungkinan besar memang Jihyo sudah menaruh sesuatu sehingga ia tidak bisa melakukannya. Jungkook yang duduk di kursi kekuasaannya tertawa kecil. "Kau takut?"
"Siapa bilang? Seperti yang sudah saya katakan. Saya sudah menerima semua konsekuensi atas apa yang saya lakukan," kata Jihyo yang langsung menaruh potongan kue itu ke dalam mulutnya. Jungkook dibuat mengerjapkan mata. Ia seakan di bawah pada putaran waktu di klub. Jihyo dengan santai—tidak takut akan apapun berjalan semakin dekat dengan mulut terdapat potongan kue.
Namun, kali ini sedikit nekat kala Jihyo mengambil tempat di paha Jungkook. Duduk begitu saja lantas meraih dagu Jungkook. Seakan tidak membiarkan Jungkook menolak, ia menyatukan bibirnya ke bibir Jungkook, sedikit memberikan gigitan untuk membuka akses agar potongan kue itu masuk ke dalam mulut Jungkook.
Jelas, siapa yang tidak percaya setelah diberikan melalui mulut? Walau Jungkook bingung, lantas apa rencana Jihyo dibalik ini, tetapi ia tidak peduli. Bibirnya lekas membalas ciuman yang tercipta. Ditelannya kue yang diberikan oleh Jihyo. Namun, Jihyo seketika menghentikannya, membiarkan Jungkook menelan kue tersebut.
"Presdir, izinkan saya melakukan itu," ucap Jihyo yang mendongak menatap Jungkook.
Jungkook tidak mengerti arah dari pembicaraan Jihyo. Kali ini, ia kembali dipenuhi akan nafsu. Dengan cepat, menarik tubuh Jihyo mendekat ke arahnya. Diraupnya bibir tebal Jihyo, mencumbu dan melakukan apa yang seharusnya dilakukan dalam kondisi seperti ini.
Kau yang memancing hal ini terjadi. Aku selalu menahan diri, tetapi lihat, kau terus saja menguji kesabaranku. Desahan-desahan begitu saja lolos kala keduanya baru memulai permainan. Jungkook merasa tersiksa. Jihyo yang berada di atasnya, begitu memabukkan, membuat akal sehatnya tidak bekerja.
Ciuman yang kembali tercipta setelah sebelumnya mereka melakukan hal itu di dalam mobil pagi hari tadi dan Jungkook serasa tidak ingin menghentikan hal tersebut terjadi.
***
Jihyo ingin memberikan Jungkook pembalasan karena sebal dengan permintaan pekerjaan yang dipercepat. Ia bukan robot, tetapi mengeluh seperti itu juga akan mengurangi kewibawaan Jihyo sehingga ia melakukannya dengan cara lain. Sedikit memainkan sisi liar.
Hal itu terpikir saja. Jihyo yang mengirimkan Jungkook sebuah pesan lalu beralih ke Hera, sekitar pukul 21.00 ia meminta dikirimkan cheesecake berukuran mini. Hera jelas mau-mau saja, walau tidak ada respon balasan dari Jungkook, Jihyo tetap melakukan aksinya.
Diwaktu ketika pesanan yang ia minta datang, Jihyo dengan seluruh keberanian dan rasa kesal yang menyatu, bertandang ke ruangan Jungkook. Ia ingin menyapa dan sekalian memberikan sesuatu yang manis.
Cheesecake yang Jihyo hendak berikan sebelumnya sudah sang empu menaruh sebuah obat tidur yang berfungsi sedikit lambat. Jihyo menggunakan itu dan mencampurnya dengan satu potongan kue yang sudah ia tandai. Tidak mungkin menaruh obat itu sekaligus. Jelas Jungkook akan menyadari tindakan yang ia lakukan. Anggap saja Jihyo menggali kuburannya sendiri. Ia melakukan percobaan tanpa tahu berhasil atau gagal. Hanya saat dimulai nanti baru hasilnya akan terlihat.
Jihyo tidak bisa melupakan rencananya itu. Akan tetapi, ia mendapatkan sedikit kesialan kala Jungkook mencurigai pemberiannya. Jihyo memang memahami jika Jungkook jelas tak mudah untuk dilabui. Entah saat ia melakukan setiap rencananya Jungkook ketahui atau tidak, tetapi Jihyo merasa tetap akan melakukannya. Itulah yang membuat Jihyo berani mengambil resiko—secara tidak langsung mencicipi kue itu.
Alhasil, berdampak dirinya ikut tertidur. Ia berada di dalam pelukan Jungkook. Terlihat Jungkook yang bahkan menutupi tubuhnya dengan jas miliknya. Ia pun lekas memeriksa kondisinya sendiri dan tidak ada yang terjadi. Hanya posisi yang tampak ambigu. Belum lagi, pelukan yang diberikan Jungkook—menahan tubuhnya agar tidak terjatuh terasa menyengat tubuh Jihyo.
Jam berapa sekarang? Jihyo menatap sekeliling, masih dengan posisi dalam pelukan Jungkook yang tertidur lelap. Secara langsung, ia menemukan jam dinding. Ternyata sudah pukul 23.19 dan ia sudah tidur cukup lama. "Aku jelas harus pergi," ucap Jihyo dengan pelan. Ia juga berusaha bangkit dari posisinya. Tidak terasa, senyum terbit di wajahnya sendiri.
Tentu saja, betapa menyenangkan melihat penuhan kissmark di leher Jungkook. Sebuah hadiah khusus yang Jihyo berikan dan sebagai sediki kenang-kenangan. Untung, ia masih bisa melakukan aksinya walau ia nyaris tumbang terlebih dahulu. Jihyo juga tidak tahu kenapa tubuhnya dibalut dengan jas. Apa Jungkook sadar akan apa yang ia telah lakukan?
Jihyo hanya tersenyum tipis. "Jika pun dia sadar, betapa bodohnya dia yang memilih tenggelam dalam permainanku," ucap Jihyo yang mengamati Jungkook dengan lekat. Jihyo tidak melakukan apapun atau bahkan meninggalkan sesuatu—tidak seperti di hotel. Jihyo memilih lekas pergi, meninggalkan Jungkook yang masih terlelap, menanti hari esok yang menyenangkan.
Hola, aku sudah update dan hampir nggak update karena ngeblank, wkwk!
Makasih buat yang selalau. Tetap ikutin kisah Junghyo dan kisah Junghyo lainnya, ya! Makasih pokoknya :)
Semoga Burning Love nggak gaje dan see u pokoknya!!!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top