Bagian X : Punishment
Jungkook serasa ingin mengutuk dirinya. Tak menyangka dampak dari apa yang telah ia perbuat. Mencium Jihyo begitu buas di dalam lift-tanpa peduli jika lift terbuka, mereka langsung disuguhi dengan lautan manusia yang menatap tak percaya. Pasalnya, Jungkook yang sudah dikenal akan melangsungkan acara pertunangan, pengumuman sepihak dari Minhyuk-sang ayah yang memiliki kuasa penuh tetapi memiliki skandal dari gadis lain.
Alhasil, disinilah Jungkook saat ini, di hadapan Minhyuk yang memberikan aura ingin memangsa. Tidak lupa seorang gadis yang tak ingin berhenti menangis, berada di samping Minhyuk.
"Paman, lihatlah! Bukankah aku sama sekali tidak berbohong?! Jungkook menolak perjodohan ini karena dia sudah memiliki gadis lain! Pantas saja, aku melihat mereka satu mobil waktu itu!" katanya dengan isak tangis yang pecah. Tidak peduli jika riasan wajah yang telah dibuat sempurna, perlahan berantakan.
Jungkook yang mendengar sedikit kesal. Sejak tadi, Hyena tidak ingim berhenti melakukan provokasi, menyudutkan dirinya yang katanya melakukan perselingkuhan padahal mereka tidak pernah menciptakan sebuah hubungan. Jelas, Jungkook memiliki akses bebas bercinta dengan siapapun jika ia mau. Sensasi panas di lift tadi, memang tidak pernah Jungkook rencanakan. Begitu tiba-tiba saat Dohyun meninggalkannya begitu saja karena harus mengurus beberapa hal terlebih dahulu. Belum lagi, lift yang khusus ia bangun untuk dirinya dan beberapa petinggi penting nyatanya rusak. Sudah jelas, Jungkook akan memecat pihak-pihak yang terkait dalam hal ini. Namun sungguh, ia tidak menyangka jika akan sepelik ini.
Nafsu yang membara, membuat jantungnya berdetak begitu cepat-nyaris lepas dan satu hal yang tidak bisa Jungkook enyahkan, betapa dirinya menginginkan hal itu, sekali lagi dan mungkin seterusnya.
Suara deheman lantas terdengar, menyentak Jungkook yang telah melamunkan kejadian beberapa saat lalu. Jungkook lekas menoleh ke arah sang ayah yang memberikan amatannya begitu lekat, diiringi dengan anggukan seakan keputusannya sudah ia ciptakan. "Kejadian dilift sangat tidak bermoral. Aku paham, kau memiliki sisi liar seperti ayahmu, tetapi kau harus pintar menjaga martabat! Tidak ada pilihan lain, pertunangan kalian akan dipercepat minggu depan. Disusul dengan pernikahan kalian bulan depan dan anggap kejadian tadi sebagai kesalahan yang tak terjadi," katanya menahan luapan emosi.
Terlihat Hyena yang perlahan meredakan tangis. Ia ikut mengangguk. "Hyena akan melupakan kejadian tadi dan keputusan Paman sudah bagus. Hyena akan mencoba memahami jika Jungkook digoda oleh seorang gadis pelacur! Oleh karenanya, gadis itu jelas harus dipecat!"
Jungkook yang berada di tengah-tengah mereka saat tengah mengasingkan diri di sebuah ruangan tertutup dibuat tersenyum miris. Keputusan yang dibuat malah menyusahkan dirinya. Demi apapun, ia merasa mempercepat waktu pernikahan bukanlah solusi yang tepat, karena sampai kapan pun, Jungkook tidak mengingin pernikahan itu.
"Terserah ayah ingin mengatakan apa, tetapi bagiku, tidak ada pernikahan yang akan terjadi dengan Hyena karena aku tidak pernah menginginkan hal itu akan terjadi. Jika tetap ingin terlaksana, kenapa bukan ayah yang menikahinya?" tanya Jungkook dengan rasa takut yang menghilang, tetapi harus berakhir dengan kerah kemeja miliknya yang direngkuh begitu kuat oleh Minhyuk.
"Jaga bicaramu, Jungkook! Keputusanku sudah bulat! Kau akan menikahi Hyena, hanya Hyena dan siapapun yang akan merusak rencanaku ini, baik gadis pelacur itu atau ibumu sekalipun, aku tidak segan-segan akan membunuhnya!"
***
Tatapan mencela sejak tadi dilayangkan tamu yang hadir ke Jihyo. Bahkan, rekan kerja juga melakukan hal yang sama, tetapi Jihyo tidak peduli. Dengan santai, ia meneguk minuman soda berwarna merah yang tersaji, membasahi tenggorokan juga bibir yang sempat dilahap habis. Selagi tidak merugikan dirinya, Jihyo tidak akan memedulikannya.
"Apa kau baik-baik saja, Jihyo?" Pertanyaan yang Mira keluarkan membuat Jihyo menghela napas. Setidaknya, hanya Mira yang mau mendekati dirinya-tidak mencap ia sebagai pelacur yang semua orang pikirkan.
"Aku baik-baik saja." Jihyo membalas dengan bosan. Kenyataan yang tidak bisa ia elak, memuakkan berada di sini. Ia juga sedikit memiliki kendala dalam melakukannya. Sang pelakon utama juga tidak menampakkan diri setelah beberapa saat lalu membuka pesta dan menyampaikan beberapa hal. Setelah itu, Jihyo hanya sempat meliihat Jungkook yang mendapat tatapan memerintah dari Choi Minhyuk entah ke mana.
Choi Minhyuk. Jihyo merasa begitu dekat dengan sosok yang menjadi dalang dibalik kehancuran keluarganya. Pria tua itu, rasanya Jihyo ingin menarik peluru untuk melesat ke kepala pria tersebut. Pasti menyenangkan, tetapi mendapatkan kematian sangat singkat juga tidak pantas untuk dirinya.
Jihyo fokus mengamati lalu lalang di depannya. Tidak peduli dengan Mira yang terus berceloteh. Jihyo melakukannya dan ia bisa melihat pria yang ia cari-cari sejak tadi, berjalan ke arah kolega penting perusahaan. Mereka bercengkeramah. Jihyo juga melihat Dohyun yang ada di sisi Jungkook. Hanya Hyena dan Minhyuk yang tidak ada.
Sedikit tidak menyenangkan, tetapi eskpresi dari pria tua itu cukup menghibur. Jelas, ia dilingkari oleh rasa malu karena putra kebanggaannya yang meninggalkan sang calon istri dan memilih bermain dengan pelacur. Ya, hanya melakukan permainan kecil dan itu tidak begitu seru.
"Jihyo, aku ke toilet dulu. Tunggu sebentar." Jihyo tidak memberikan balasan apapun. Mira juga langsung melenggang pergi. Tahu-tahu, sebuah ide melintas di pikiran Jihyo. Ia meraih ponsel ditas kecil yang ia bawah. Dinyalakannya dan ia fokus di sana cukup lama.
Jihyo ternyata mengirimkan pesan. Dengan menggigiti bibir bawahnya, menanti balasan dari Jungkook yang ternyata juga tengah menyalakan ponselnya. Centang dua abu-abu juga seketika berubah menjadi biru.
Jihyo tertawa renyah akan penolakan dari Jungkook. Ia meninggalkan halaman pesan, dilihatnya lurus ke sisi kanan dan ia bisa melihat Jungkook yang juga menyadari keberadaannya. Jungkook memberikan tatapan begitu tajam, seperti anak panah yang ingin menancap ke papan bundaran. Detik itu juga, Jihyo tersenyum, kemudian kembali berkutat pada ponsel.
Setelah pesan itu terkirim, Jihyo mengangkat kepalanya dan ia bisa mendapati raut wajah Jungkook yang seperti tidak menyangka dengan pesan yang ia kirim. Satu sudut bibir Jihyo terangkat, menciptakan senyum smirk yang menawan. "Ini akan menjadi malam yang menyenangkan. Perlahan, aku bisa meraih kehancuran mereka!" Dan Jihyo yakin, Jungkook pasti akan datang.
***
Pesta belum berakhir, tetapi Jihyo sudah meninggalkannya terlebih dahulu. Tempat tujuannya berada di Hotel Moonday No. 97 dengan melakukan sedikit perawatan pada tubuhnya. Jihyo baru saja berendam di bathtub-menggunakan aromaterapi yang begitu wangi dan menenangkan. Saat ini, dengan tubuh tanpa sehelai benang, Jihyo berdiri di bawah shower-membasuh seluruh tubuh dan merasa tubuhnya lebih segar lagi.
Jihyo tidak terlalu lama, karena setelahnya, ia mematikan shower kemudian meraih bathrobe. Selepas membalut tubuhnya, Jihyo melangkah ke luar. Ia seketika di berhenti tepat setelah keluar dari kamar mandi. "Sudah pukul 22.40," ucapnya dengan senyum tipis. Keyakinan pada dirinya datang begitu saja, padahal Jungkook sangat jelas menolak untuk datang.
Akan tetapi, bagi Jihyo, perkataan seseorang bisa berbalik-seakan meneguk ludah sendiri.
Alhasil, Jihyo terus menarik langkah. Mendekat ke atas kasur. Ia meraih paperbag berisi setelan lingerie berwarna hitam-sangat kurang bahan dan lingerie itu seratus persen mirip dengan gambar yang ia kirimkan kepada Jungkook waktu itu. Beralasan salah kirim, padahal tujuannya memang benar.
Perlahan, Jihyo melepas bathrobe miliknya. Lantas, ia langsung meraih lingerie itu dan mengenakannya. Walau sudah membalut tubuhnya, tetap saja terlihat kurang bahan. Jihyo melihat dirinya di pantulan meja rias. Ya, terlihat begitu jelas. Rambutnya yang basah, ia biarkan tergerai. Jihyo tersenyum miring, pun diraihnya kemeja berwarna putih dengan bahan tembus pandang hingga bagian paha.
Waktu terasa begitu cepat. Jihyo merasa percaya diri akan dirinya. Semua orang pun mengagumi tubuhnya, Jihyo tidak mengelak hal itu dan malam ini, Jihyo seakan membiarkan seseorang melihat tubuhnya begitu detail. Jika beruntung, ia bisa menikmati setiap inci begitu saja.
Namun, nyatanya yang ditunggu tak kunjung datang. Jam dinding sudah menunjukkan angka 23.05. Apa Jungkook tidak tertarik dengan hukuman yang ia maksud?
"Tetapi aku yakin dia akan datang. Mari menunggu sedikit lagi. Jika dia tidak datang ...." Jihyo menjeda ucapannya. Tahu-tahu, terdengar suara bel dari luar. Bukan itu juga, pesan juga seketika menyerbu masuk di ponsel miliknya yang secara kebetulan ia genggam.
Aku ada di luar.
"Bukankah sudah kukatakan?" Jihyo tersenyum miring. Ia berjalan ke bagian depan, tetapi tak secara langsung ia buka. Jihyo mengintip, hanya ingin memastikan dan benar saja. Dia adalah sosok yang ia nanti.
Dengan pelan, Jihyo membuka pintu membuat mereka langsung saling melempar tatapan. Jungkook yang sebelumnya fokus pada ponsel, benar-benar fokusnya dibuat berantakan hanya saat mengangkat kepala. Pemandangan yang Jihyo ciptakan, bersandar di pintu dengan pakaian yang minim bahan, seakan membangunkan sisi lain dari Jungkook yang saat ini mengumpat.
"Fuck! Kau benar-benar ingin menghancurkanku secara perlahan, Shin Jihyo!"
Cie, datang beneran. Masa kucing dikasih ikan ditolak sih🌚 Wkwk
Dahlah, aku ngga mau banyak komen. See u pokoknya di bab selanjutnya 🌚 Kata Jihyo semanis cheesecake padahalkan hot² gitu ya🌚
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top