Bagian VI : Instinct

Jungkook meningkalkan kantor cukup tergesa-gesa tatkala ia harus menemui seseorang. Lagipula, sudah tidak ada yang ingin ia kerjakan di kantor. Langit juga sudah menggelap, ditambah hujan yang turun tak mau berhenti. "Aku berharap barang transaksi nanti tidak terkena air hujan. Dohyun, bagaimana kabar dari bawahan yang mengatur barang itu?" tanya Jungkook seraya mengenakan jas yang sebelumnya ia taruh di kursi kebesarannya.

Dohyun yang senantiasa berada di sisi Jungkook mengangguk otomatis. "Semuanya berjalan lancar. Yohan sudah berada di sana dan mengatakannya aman terkendali. Terkait barang itu, Yohan bisa melakukan manipulasi yang membuat pihak keamanan pelabuhan tidak curiga," ucap Dohyun.

Jungkook tersenyum, sebelum memberikan bahasa isyarat untuk meninggalkan ruangan yang mereka tempati. Mengingat, mereka harus segera ke pelabuhan dan melakukan transaksi yang begitu menguntungkan. Jelaskan, pundi-pundi uang akan semakin terisi ke rekening. Seperti yang dikatakan Jungkook, ia terlibat bisnis gelap bersama dengan ayahnya. Lebih tepatnya, ia menjadi kaki kanan sang ayah yang mulai jarang terjun secara langsung karena fokus sang ayah yang ada di bisnis properti yang sangat menjanjikan.

"Tetapi Presdir, Tuan Besar sepertinya akan ikut hadir. Penerbangannya dari Las Vegas sudah tiba beberapa saat yang lalu," ucap Dohyun yang berusaha mengimbangi langkah Jungkook, terlebih saat keluar dari lift dan menuju lantai dasar—basement yang menjadi parkiran.

Informasi yang diberikan oleh Dohyun ternyata membuat Jungkook menghela napas. "Malam ini akan sangat membosankan. Pria tua itu pasti akan melakukan suatu hal untuk merusak suasana hatiku." Jungkook berujar dengan malas. Tidak peduli jika Dohyun tahu, karena Dohyun yang dasarnya memang bukan hanya sekadar asiseten dan sekretaris. Dohyun begitu Jungkook percayai dan banyak mengetahui hal sekecil apapun itu.

"Presdir tenang saja. Semuanya akan baik-baik saja," kata Dohyun yang berusaha memperbaiki suasana hati Jungkook yang kemungkinan mulai memburuk. Dohyun terlihat membuka pintu mobil, membiarkan sang atasan masuk terlebih dahulu.

Jungkook mendengar perkataan Dohyun, tetapi hanya dengan itu nyatanya tidak membuatnya membaik. Bahkan saat mobil sudah melaju dengan pelan menuju tujuan, hingga baru keluar dari area basement, mobil rolls royce yang dikemudikan oleh Dohyun seketika terhenti. Jungkook dibuat menaikkan sebelah alis.

"Maaf Presdir. Ada seorang gadis di depan yang menghalau jalan. Saya akan mengurusnya. Tidak akan lama," ucap Dohyun seraya meraih payung yang berada di sampingnya—sebagai jaga-jaga jika hujan atau matahari yang begitu terik.

Alhasil, Jungkook dengan suasana hati yang memburuk, mengamati sosok yang dikatakan oleh Dohyun. Walau gadis itu basah akan air hujan, bahkan wajahnya tak begitu terlihat karena sorot lampu mobil, Jungkook bisa mengenali gadis itu.

"Apa yang dia lakukan di sana?" Jungkook berujar dengan menahan geram. Dirampasnya payung yang sudah berada digenggaman Dohyun, lantas melenggang tanpa mengatakan hal apapun pada Dohyun yang mematung. Dohyun berusaha menyusul dengan payung lain yang ia punya.

Jungkook sendiri tak peduli dengan Dohyun. Fokusnya ada pada gadis yang tengah menatap dengan senyum aneh pada seekor kucing yang sudah mati, kemungkinan besar karena tertabrak. "Apa lagi yang kau lakukan ini? Menolong kucing yang sudah mati tertabrak?" Atau dia'lah yang membuat kucing itu mati? Jungkook tidak mengerti. Melihat gadis itu dengan senyum aneh yang ia tampilkan jelas membuat banyak prasangka datang begitu saja.

"Presdir," ucap gadis yang akhir-akhir ini menguasai pikiran Jungkook. Mulai dari tingkah lakunya yang sangat berani hingga beberapa hal yang membuat Jungkook memikirkan seseorang yang ia cari.

Jungkook sebenarnya cukup kesal. Ia memiliki urusan penting, tetapi dibuat tersendat karena ini. Dohyun bahkan bisa mengurus kejadian kecil yang saat ini ia ambil alih agar mereka bisa kembali melanjutkan perjalanan, tetapi ia tidak tahu saat dirinya yang begitu ingin melakukan hal yang merepotkan dengan terus berurusan dengan Shin Jihyo.

"Apa yang kau lakukan di sini? Kau sangat menganggu!" Jungkook mengangguk, setuju dengan perkataannya. Ia tidak merasa buruk karena mengatakan sesuatu yang nyata.

"Saya minta maaf Presdir. Saya tidak bermaksud. Saya hanya menolong kucing yang tertabrak. Saya ingin membantu tetapi dia malah mati." Jihyo masih merendahkan tubuhnya dengan posisi Jungkook yang berdiri, memegang payung dan Dohyun yang berada di belakang Jungkook. Kembali, Jihyo menampilkan senyum aneh. Jungkook sama sekali tidak mengerti arti senyuman itu. Jungkook dibuat salah fokus. Belum lagi saat Jihyo bangkit dari posisinya, membuat mereka sejajar walau Jihyo hanya sebatas dada Jungkook.

"Menolong? Entah kenapa kau seperti telah membunuhnya. Kau tersenyum seolah-olah mendapatkan sesuatu yang menyenangkan." Jungkook merasa tak asal bicara karena apa yang dilihatnya begitu nyata. Jika pecinta kucing, mereka akan menangis atau setidaknya merasa sedih. Lantas, kenapa Jihyo malah tersenyum aneh? Hanya perkara itu, Jungkook merasa tidak habis pikir karena seakan ingin terlibat jauh.

Lihat saja, sosok di hadapannya langsung saja tersenyum. "Tersenyum seperti ini?" Jihyo menunjukkan apa yang dimaksud oleh Jungkook. Walau tak ada balasan, Jihyo mengangguk seakan paham. "Saya tersenyum seperti ini karena merasa kucing itu sangat miris. Dia memiliki takdir yang buruk dengan harus merasakan luka dan kematian dari orang serakah. Saya merasa kasihan dan saya tidak pernah berpikir untuk membunuhnya, Presdir."

Jungkook terdiam mendengar perkataan Jihyo. Kedua bibirnya seakan baru saja terkena lem, padahal sebelumnya ia berkata panjang lebar. Ia bahkan tidak bisa melepaskan kontak mata dan hanyut pada bola mata bulat itu.

"Sekali lagi, saya minta maaf jika menganggu. Lagipula, dibeberapa kesempatan saya tidak merencanakan pertemuan kita, Presdir, tetapi senang jika itu terjadi," ucap Jihyo dengan santai. Bahkan, dengan seluruh tubuhnya yang basah—dress berwarna biru pastel dengan balutan blazer, semakin menonjolkan kemolekan tubuhnya. Jungkook gagal fokus kala Jihyo ingin kembali merendahkan tubuhnya.

Ia lantas menahan lengan Jihyo, kemudian menoleh pada Dohyun. "Bereskan kucing itu dengan cepat, Dohyun dan kau ...." Jungkook tidak melanjutkan perkataannya melainkan memilih menarik lengan Jihyo untuk menjauh dari Dohyun yang menganga mendengar permintaan atasannya, pun memang tidak ada pilihan lain.

Jungkook tidak mengerti dengan naluri yang ada pada dirinya. Sejak merasakan keberadaan gadis itu, pun pertemuan-pertemuan yang entah sengaja atau tidak, ia seperti tertarik bagai magnet. Bahkan, Jungkook tidak tahu kenapa harus peduli dengan membawa Jihyo masuk ke dalam mobil kesayangannya dan memberikan selimut hangat yang memang ada di dalam sana.

"Presdir, saya bisa mengurus apapun seorang diri. Saya ingin pulang—"

"Aku yang mengantarmu dan tidak ada pilihan tidak untuk ini karena aku tidak memberikan sebuah penawaran."

***

Pertemuan tak sengaja. Ini sudah kesekian kali Jihyo mendapatinya. Ia sama sekali tidak merencanakan apapun, kemungkinan ingin rehat sebelum kembali melanjutkan suatu hal yang menjadi tujuannya. Akan tetapi, jika tak sengaja terjadi juga sangat menyenangkan, walau Jihyo sedikit tak mengerti dengan perlakuan manis Jungkook, sosok atasan yang memiliki aura mengintimidasi, terlebih ketika tidak menyukai seseorang.

Ia diantar pulang! Seperti mimpi, tetapi itu nyata. Walau dengan keadaan yang tidak memungkinkan, tetapi Jihyo bersikap seperti biasanya. Perlahan, ia melirik ke arah Jungkook yang tengah fokus pada IPad, entah apa yang ia lakukan di sana, pun sepertinya bekerja. Jihyo mencoba tidak peduli, bahkan ia merasa pemandangan luar jendela lebih menyenangkan sehingga ia berpusat di sana dan tidak sengaja menghembuskan napas kasar.

"Saya membuat bangku mobil mahal anda basah. Seharusnya Presdir tidak mengantar saya pulang," ucap Jihyo yang sekadar basa-basi karena suasana mobil yang sangat senyap. Ia juga merasa harus melangkah walau perlahan.

"Kau tidak perlu memikirkannya. Aku punya banyak uang."

Jihyo tersenyum mendengar balasan Jungkook yang sederhana tetapi mendominasi, seakan semua hal memang bisa dibayar dengan uang. Miris sekali.

"Nona Jihyo. Di depan terdapat dua belokan. Saya harus ke mana?" Dohyun tiba-tiba menyentakkan lamunan yang ingin tercipta. Jihyo sendiri tak merasa jika hunian yang ia tempatinya ternyata tak lama lagi sampai.

Ia menoleh ke arah Dohyun dengan senyum lebar yang ia keluarkan. "Belok kanan, dan tidak jauh dari pembelokan akan menemukan sebuah toko kue bernama JiRa Bakery dan itu dia!" ucap Jihyo yang menunjukan tempat itu saat bertepatan Dohyun melakukan pembelokan. Toko yang masih terbuka walau jelas pengunjungnya tak seberapa karena hujan.

Perlahan, Jihyo merasa mobil berhenti tepat di depan toko. Jihyo yang masih berbalut selimut, ingin mengembalikannya, tetapi kembali ditahan oleh Jungkook yang bahkan mengulurkan payung. "Ambil saja. Aku merasa tidak bisa menyimpang barang bekas dari seorang perempuan," ucap Jungkook dengan dingin, membuat Jihyo mengerjapkan mata karena terkejut, tetapi ia langsung mengangguk.

"Baiklah. Terima kasih atas tumpangannya, Presdir dan maaf karena sangat merepotkan. Sebagai gantinya, Presdir dan Sekretaris bisa datang ke toko kolaborasi saya dengan teman. Saya akan mentraktir dan ya, cheesecake yang Presdir makan waktu itu juga dari toko ini." Jihyo berujar yang kemudian keluar dari mobil, meninggalkan Jungkook yang seketika mematung.

Jihyo hanya mengingatkan sesuatu yang menurutnya sedikit berkesan dan kenyataannya memang seperti itu. Terbukti ketika melihat Jungkook yang diam mematung, Jihyo yang berada di luar mobil, mengamati sejenak ke arah Jungkook yang seketika menoleh ke arahnya dengan sorot mata tajam. Seakan tak terjadi apa-apa, Jihyo melambaikan tangan dengan senyum yang merekah. "Apa perlu kuingatkan lagi kesan manis saat merasakan cheesecake itu, Tuan Choi Jungkook?"

***

Mobil rolls royce itu berhenti di pelabuhan perbatasan Kota Seoul. Lebih tepatnya di sebuah tempat yang menjadi markas. Tempat yang terdaftar menjadi penyimpanan barang-barang dari bisnis narkotika yang dimanipulasi menjadi bisnis produk fashion dari salah satu anak perusahaan milik Choi Minhyuk. Itulah kenapa pihak mereka memiliki akses untuk melakukan transaksi di pelabuhan, belum lagi terdapat kerja sama dari pihak kepolisian sehingga memudahkan akses mereka.

Jungkook merasa tidak terlalu mengeluarkan banyak tenaga, walau pada dasarnya tetap harus waspada kemungkinan-kemungkinan yang terjadi. Secara garis besar, narkotika itu akan dikirim ke beberapa negara seperti Las Vegas dan Amerika Serikat dan sekali melakukan transaksi, Jungkook langsung mengantongi ratusan milyar karena jumlah barang itu juga tidak sedikit. Alhasil, saat transaksi berlangsung, banyak pengawalan dari orang-orang yang dipercayakan bergabung di bisnis gelap, sekiranya mereka akan memegang senjata tajam untuk jaga-jaga, karena banyak hal kemungkinan bisa saja terjadi.

Jungkook baru saja keluar dari mobil mencoba untuk tenang. Ia terlambat dari waktu yang ditentukan. Entah transaksi sudah terjadi atau belum, ia dengan Dohyun baru saja ingin memastikan dengan mendekati tempat yang menjadi titik—sedikit jauh dari tempat penyimpanan barang. Hanya saja, tidak ada orang.

"Apa transaksinya batal? Akan tetapi, tidak ada satupun pemberitahuan yang masuk," ucap Dohyun yang terus mengecek IPad. Ia tampak khawatir, tetapi Jungkook terlihat biasa saja. Hal itu karena ia melihat seseorang yang menjadi alasan tempat ini menjadi sepi karena transaksi yang sudah terjadi.

Dohyun pun baru menyadari keberadaan seseorang yang sangat disegani. Jika Jungkook mengamati dengan kepala terangkat, Dohyun tidak berani sehingga ia menunduk dan hanya akan mendengar apa yang terjadi selanjutnya.

"Tidak becus! Kau hampir merusak bisnisku. Haruskah aku membunuhmu karena itu, Choi Jungkook?"

Hola, aku update nih! Aku pokoknya bakalan berusaha up rutin, kangen banget nulis, hehe. Makasih banyak untuk doanya, semoga kita selalu diberi kesehatan ya, teman-teman! Semoga nggak bosan dengan cerita yang aku publish. Makasih sekebon pokoknya!!!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top