Bagian V : Not Found
Jungkook mengamati layar laptop yang memperlihatkan kode-kode pemrograman yang ia buat. Kode yang diakses untuk melacak identitas seseorang secara menyeluruh, hanya menjadi data sekilas sebagai acuan. Terlihat dengan jelas sebuah nama yang terketik. Shin Jihyo. Data yang disajikan melalui berbagai sumber privasi yang bahkan dari pemerintah Jungkook akses, tetapi semuanya mirip dengan data yang dijabarkan oleh Dohyun, tanpa terkecuali.
Kebingungan menguasai Jungkook. Sesuatu yang ia cari tak ditemukan di Jihyo. "Apa aku hanya salah menerka?" Ia bergumam. Hanya mengamati tak minat layar laptop yang hitam tetapi terdapat deretan kata yang tersusun, tidak lupa sebuah gambar yang sedang ia ucapkan.
Dengan cepat, ia menggelengkan kepala. "Tetapi dia seperti gadis itu. Aku bisa membaca aura seseorang dan dia mirip dengan gadis itu. Gadis yang tiba-tiba menghilang begitu saja." Jungkook begitu yakin, tetapi fakta yang ada di depan mata seakan menghancurkan keyakinan itu.
"Aku harus pergi, tetapi aku akan kembali. Jadi, mari kita bertemu."
"Tentu saja. Ayo kembali bertemu!"
Kedua mata Jungkook sontak terpejam. Kepalanya juga mendongak, merasa sedikit letih. Kemungkinan akan benar-benar terpejam jika ponselnya tidak bergetar. Agak malas, Jungkook meraih ponsel itu. Nama yang tertera semakin merusak suasana hati Jungkook, tetapi ia tetap menekan ikon hijau untuk menjawabnya.
"Halo."
"Jungkook, kenapa lama sekali menjawab panggilan Ibu? Dengar, ibu sangat khawatir jika kau terus-terusan seperti ini. Ibu-"
"Apa Hyena melapor kepada Ibu dan Ayah soal pengusiran yang kulakukan?" tanya Jungkook to the point. Tak merasa bersalah memangkas perkataan ibunya yang belum usai. Sudut bibir Jungkook sontak terbentang dengan kemalasan dan kekesalan yang melekat kepadanya.
Seketika, seberang sana seperti dilanda kegugupan. "Bukan seperti itu."
"Lebih tepatnya memang iya! Ibu tidak perlu menyembunyikan apapun dan seperti yang terus aku katakan. Aku menolak perjodohan itu. Jika Hyena mati sekalipun, aku tidak peduli karena dia bukan urusanku!" ucap Jungkook dengan satu tarikan napas.
"Jungkook, ayahmu akan marah. Dia bisa saja melukaimu-"
Jungkook mengangguk dengan santai. "Ayah memang begitu dan aku sangat mengenalnya. Sudah, ibu tidak perlu khawatir. Aku bisa menjaga diri dan jangan mendengar apapun yang dikatakan oleh Hyena dan keluarganya. Mereka seperti hama dan Jungkook sangat paham, ibu tahu ini." Jungkook berujar lagi. Bersamaan dengan ponsel ia matikan.
Rasanya pening sekali berada dilingkungan yang melelahkan hati. Ia harus menghadapi Hyena dan ayah kandungnya sendiri. belum lagi, peran sang Ayah yang mendorong Jungkook untuk terjerumus pada sisi lain yang tak diketahui orang. Jungkook dikenal sebagai pengusaha sukses dibidang IT. Kepopulerannya sebagai anak konglomerat juga tidak bisa lepas dari hidupnya, tetapi jauh dari itu, Jungkook juga mendalami bisnis gelap-mengikuti jejak sang ayah sebagai satu-satunya penerus.
Dulunya, Jungkook begitu menolak, tetapi mendapatkan sanksi atas penolakannya waktu itu membuat Jungkook mengkhianati diri sendiri. Baginya, tidak ada pilihan lain. Jungkook masih ingin hidup untuk ibunya dan seorang gadis kecil yang menyelamatkannya waktu itu. Menyelami bisnis gelap juga Jungkook lakukan untuk mereka, hingga Jungkook memiliki tameng dan membuat orang tunduk kepadanya.
Jungkook lantas kembali fokus pada layar ponselnya, tetapi kenyataan yang absurd malah membuat Jungkook diam berkutik.
Jungkook tidak pernah membayangkan akan mendapatkan pesan setelan dalaman yang begitu tak dipikirkan olehnya. Memang, Jungkook selalu melihat banyak wanita yang menggunakan benda itu untuk memperlihat lekuk tubuh mereka di club, tetapi apa gunanya gadis yang baru masuk bekerja itu melakukan hal seperti ini kepadanya?
Gadis gila! Memperlihatkan apa? Tubuhnya yang telanjang? Walau ia yang di cap sebagai pria bajingan yang suka bergonta-ganti pasangan, Jungkook juga tidak seperti yang banyak orang bayangkan. Pria yang suka membawa wanita ke ranjang. Big no! Ia merasa dirinya berkelas. Melakukan ciuman saja ia begitu selektif seperti mantan kekasih Jungkook yang dari kalangan pengusaha, model hingga dokter dan hanya sekadar ciuman. Melihat seorang wanita telanjang atau melakukan hal lebih dari sekadar ciuman membuat Jungkook bisa gila.
Ia bukannya tidak normal, tetapi jika melihat hal itu bahkan dari seseorang yang menarik perhatiannya akan membuat sesuatu dari dalam Jungkook terlepas dan ia sendiri tak ingin melakukannya karena sama saja mengundang bencana akan datang.
Namun, lamunan Jungkook harus dialihkan dengan pesan Jihyo yang kembali datang.
Sangat di sayangkan, padahal saya baru saja ingin melakukannya, Presdir.
***
Jihyo mengerjapkan mata, terkejut dengan tindakan Jungkook yang tiba-tiba menanyakan pertanyaan yang membuat kinerja otaknya tak bisa sejalan. Akan tetapi, berusaha ia kembali menata dirinya hingga senyuman dengan perlahan terbit-seakan gertakan yang dibuat Jungkook tak mempan membuatnya takut.
"Siapa saya? Saya adalah staf di perusahaan anda, Presdir. Ini buktinya?" ucap Jihyo sangat santai seraya memperlihatkan ID Card-nya, tetapi hatinya teras berdetak tak karuan. Terlebih, bukannya kunkungan yang dibuat oleh Jungkook melemah, malah nyatanya semakin kuat.
Diamatinya bola mata cokelat Jungkook dengan lekat. Terlihat amarah dan kekesalan menggebu. Jihyo pasti menduga karena rentetan kejadian semalam yang ia ciptakan. Rasanya, semua orang akan seperti itu.
"Apa yang sebenarnya kau cari ditempat ini?"
Pertanyaan kembali datang, entah apa yang ia keluarkan sebelumnya sudah menjadi jawaban atau belum, tetapi Jihyo tetap mencoba untuk tenang. "Ya, saya ingin mencari uang, meningkatkan relasi dan juga menemukan kedamaian dalam hidup saya," ucapnya seperti nada sebelumnya, tetapi kata terakhir, terasa seperti berbeda. Sesuatu yang Jihyo tidak dapatkan, kenyataannya memang seperti itu.
Mereka sudah tidak bersitatap. Hal itu karena Jungkook yang langsung mengalihkan pandangannya, beriringan dengan helaan napas juga melepaskan kurungan yang dibuat ketubuh Jihyo. Jihyo bisa melihat perubahan mendadak yang pria di hadapannya ini lakukan, tetapi Jihyo sama sekali tidak mengerti.
"Presdir-"
"Pergi dan jangan berbuat lancang lagi! Aku akan memaafkanmu kali ini, tetapi jika kau kembali melakukannya, aku tidak akan melepaskanmu!" Jungkook berkata sembari memejamkan mata, pun melenggang masuk ke dalam ruangan begitu saja. Ia tidak memastikan jika gadis yang ia usir, benar-benar pergi. Malahan, gadis itu hanya menyunggingkan senyum begitu puas.
"Baiklah, Jihyo. Apa yang akan kau lakukan kali ini?" tanyanya pada diri sendiri. Ia berbalik, meninggalkan area depan ruangan Jungkook. Ia menyusuri lorong mewah dengan pemikiran yang tercipta liar begitu saja. Bagi Jihyo, rasanya menyenangkan menyebar umpan.
Jihyo menikmati apa yang ia lakukan. Empati ataupun simpati dalam dirinya ia rasa sudah hilang, sejak kehidupannya dihancurkan. Jihyo hanya berusaha untuk bertahan hidup dengan mengandalkan sekitar yang bisa dimanfaatkan. Memang, ia dekat dengan Hera-mereka seperti saudara. Jika Hera tidak mengambil banyak peran, Jihyo juga tidak akan membuatnya menjadi salah satu barang berharga.
Jihyo sangat ingin melihat pelaku utama dibalik menderitanya ia mendapatkan karma. Jihyo bosan menantikan karma yang akan diberikan Tuhan oleh semua orang pendosa. Jihyo selalu ingin melakukan hal tersebut terlebih dahulu. Apa yang ia lakukan saat ini hanya sedikit dari rencana yang yang dibuatnya. Mengingat, Jihyo masih berada di permulaan permainan.
***
Cuaca akhir-akhir ini begitu tak menentu. Bagi Jihyo, hal itu sangat menjengkelkan. Ia tidak bisa memprediksi, apa harus membawa payung atau tidak. Rasanya sangat rumit jika selalu membawa benda itu jika ramalan cuaca sebelumnya mengatakan seharian yang tidak akan turun hujan. Akan tetapi, hari ini, ramalan cuaca itu membodohi Jihyo. Ia sama sekali tidak membawa payung. Selain masalah itu, akses taksi atau jemputan dari Hera juga terkendala. Bukankah Tuhan memang selalu ingin bermain-main dengan dirinya?
Jam kantor sejak tadi sudah berakhir. Langit yang gelap, semakin gelap karena waktu yang sudah menunjukkan malam hari. Jihyo merasa sial karena masih terjebak di depan lobi. Beberapa rekannya juga sudah pulang terlebih dahulu. Mereka sempat menawari, dengan santai ia malah menolak.
Tuhan, aku akan memaafkanmu jika melakukan sesuatu.
Akan tetapi, hujan malah semakin deras turun. Bahkan, di iringi dengan kilatan petir. Jihyo memejamkan mata, mencoba untuk menenangkan diri. Ia mengatakan berulang kali pada dirinya, "Semuanya akan baik-baik saja." Dengan napas berat yang keluar masuk. Hal itu terjadi karena Jihyo masih sedikit takut dengan petir.
"Jihyo, jangan takut ...." Jihyo kembali berujar, hingga ia malah mendengar suara kucing yang terus mengaung. Sangat keras di tengah hujan yang tidak ingin berhenti. Jihyo perlahan membuka mata, mencari suara yang mengusik dirinya-sedikit menganggu dan tak jauh dari titik keberadaan Jihyo sebelumnya walau ia harus rela terkena air hujan.
Seekor kucing yang seperti baru saja tertabrak, terus mengaung kesakitan. Terlihat darah yang mengalir, bersama dengan air hujan. Jihyo semakin mendekat, pun kucing itu memang berada di jalur yang dilalui mobil keluar masuk basement. Jihyo mengamati kucing itu yang seakan meminta pertolongannya di tengah dirinya yang sudah sekarat. Dengan gerakan spontan, Jihyo merendakan tubuh dan meraih kucing itu.
Tidak ada ekspresi yang di perlihatkan oleh Jihyo selain datar. "Kau sangat menyedihkan," ucap Jihyo yang mengusap kepala kucing itu yang penuh akan darah, sehingga tangannya juga ikut berdarah. Namun, tidak berselang lama, satu sudut bibir Jihyo malah terangkat. "Aku baru ingin menolongmu, tetapi kau ternyata sudah mati," kata Jihyo lagi yang dirasa kucing itu tidak mengaung seperti beberapa saat yang lalu. Jihyo mencoba untuk menggerakan-gerakannya, pun hasilnya sama.
Jihyo masih tersenyum. Ia hendak bangkit karena merasa apa yang lakukan terasa membosankan, tetapi ia malah langsung disoroti sebuah lampu yang bersumber dari mobil-sangat menyilaukan mata hingga Jihyo menutupinya dengan kedua tangan-tanpa ada pergerakan lain.
"Apa lagi yang kau lakukan ini? Menolong kucing yang sudah mati tertabrak?"
Hola guys! Aku kembali lagi. Maaf banget ya baru update. Bukannya nggak mau update, kondisi memang nggak memungkinkan. Aku kena kek musibahlah, jempol kiriku bengkak dan bernanah. Sulit banget nulisnya dan aku nggak ada draft, harus nulis dulu. Makanya, nggak ada asupan dah buat kalian.
Alhamdulillah, aku udah membaik. Aku perlahan update lagi ya😻 semoga tetap suka dan sampai jumpa di bab selanjutnya teman-teman 🦋
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top