Bagian IV : Who Are You?

Jungkook berada di bawah shower, membiarkan rintikan air membasahi seluruh tubuhnya dari atas. Kedua tangannya spontan memegangi dinding keramik kamar mandi dengan mata yang terpejam juga tangan mengepal kuat, pun pikirannya dibuat berkelana dengan kelakukan seorang gadis yang membuatnya tak berkutik. Bahkan, Jungkook sama sekali tidak mengeluarkan satu kata saja dan membiarkan gadis itu pergi. Seakan ia adalah pria yang begitu malang.

"Cih, apa dia begitu murahan menganggap perkataan omong kosongku yang perlu dianggap serius?" tanya Jungkook membuka mata. Hanya karena itu, ia sedikit frustrasi. Perlahan, ia mematikan keran shower. Pun ia menyalakan shower berharap pikirannya bisa tenang, tetapi semuanya sama saja.

Lekas, Jungkook meraih bathrobe, menutup sebagian tubuhnya yang basah. Lantas, Jungkook menuntun kedua kaki kekarnya meninggalkan kamar mandi, ia perlu segera mengenakan pakaian tidur yang nyaman. Akan tetapi, tepat Jungkook membuka pintu, seorang gadis menggunakan dress di atas lutut berwarna merah menyala tersenyum begitu lebar kepadanya. Hendak memberikan pelukan, tetapi Jungkook memilih untuk menghindar—melenggang begitu saja menuju walk-in closet miliknya.

"Jung, apa yang kau lakukan?" tanya gadis itu dengan kedua kaki berbalut high heels yang terhentak-hentak di atas lantai. Wajahnya begitu kesal karena ia yang sudah melalu berbagai perawatan dari ujung rambut hingga ujung kaki nyatanya tak membuat Jungkook meliriknya.

"Aku yang harus mengatakan hal itu kepadamu? Apa yang kau lakukan di apartemenku?" Jungkook bertanya dengan dingin. Ketika berada di walk-in closet, ia tidak langsung mencari pakaian santai yang ingin dikenakannya. Malahan, Jungkook berbalik arah, langsung berhadapan dengan gadis yang nyatanya mengekor bak anak ayam, membuat sebelah alis Jungkook terangkat dengan tubuh kekar yang kini bersandar di lemari. "Di mana etikamu Nona Kim Hyena?"

Gadis dengan potong rambut ikal berwarna dark brown hingga selangka mengibas sebelah tangan ke udara. "Tidak perlu membahas soal itu. Ingat, kita akan bertunangan bulan depan," ucapnya dengan santai. Hyena dengan tampang bersalah, mengganggu privasi dan ketenangan Jungkook yang sebenarnya sedang terombang-ambing.

Alhasil, Jungkook tertawa karenanya. "Siapa yang ingin tunangan dengan gadis sepertimu? Kau tidak bisa mengimbangiku!"

Perkataan yang Jungkook lontarkan sangat jelas membuat Hyena sebal. Senyumnya seketika luntur. "Kata siapa aku tidak bisa mengimbangimu? Aku seorang model dan aktris papan atas, Jung! Bahkan, tidak ada yang bisa menggeser posisiku untuk menjadi pasanganmu! Tidak ada!" katanya dengan suara begitu lantang, sangat percaya diri.

Jungkook memangku tangan di dada. Cukup berkesan dengan drama yang dibuat oleh Hyena, si benalu dalam hidupnya yang selalu bersembunyi di balik orang tuanya. Ikatan keluarga antara dirinya dan Hyena memang terjalin baik di bidang bisnis properti—salah satu anak perusahaan yang dimiliki keluarga Jungkook dan Perusahaan Jone Tech sendiri itu, murni dari usaha yang Jungkook bangun tanpa campur tangan kedua orang tuanya. Walau ujung-ujungnya ia akan mendapatkan semua aset keluarga sebagai pewaris satu-satunya, Jungkook tetap ingin berusaha menggunakan power-nya sendiri.

Perjodohan? Itu adalah hubungan klasik yang membuat Jungkook muak. Ia tidak mengerti dengan pernikahan yang katanya bisa menggabungkan dua bisnis keluarga dan bagi sang ayah, Choi Minhyuk, itulah gunanya pernikahan bisnis, untuk mematikan lawan secara perlahan. Namun Jungkook tidak bisa sejalan dengan ayah maupun ibunya. Itulah kenapa ia tidak tertarik dengan perjodohan sampah bersama Hyena, gadis yang selamanya hanya akan menjadi benalu.

Jungkook lantas mengamati Hyena. Baru beberapa detik, ia langsung dibuat muak. Bola matanya berotasi. "Bangun! Jangan bermimpi dan keluar dari kamarku!"

Tentu saja, Hyena mengerang kesal mendengar Jungkook dengan santai mengusirnya. "Jung, aku kelak akan menjadi istrimu! Kau tidak bisa memperlakukanku seperti ini!"

Namun, Jungkook tampak tidak peduli dan tidak terancam dengan perkataan Hyena. Ia bahkan tidak masalah jika akan mendapat ocehan dari kedua orangtuanya karena jelas Hyena akan membuat pengaduan. "Jangan banyak bertingkah. Kau mau keluar dengan kakimu sendiri atau aku memanggil sekuriti untuk menyeretmu?"

"Dan kau mau mempermalukan nama baik keluarga, Jung?"

"Persetanan dengan nama baik. Aku tidak peduli. Jadi, keluar dari sini," kata Jungkook yang berbalik menantang. Terlihat Hyena yang mengepalkan kedua tangan. Wajahnya memerahnya, lantas ia mengentakkan kedua kaki dengan mata raut wajah menahan rasa kesal.

"Jung, kau akan menyesal telah mengusirku!" Hyena berkata sembari memilih untuk meninggalkan apartemen Jungkook, pun Jungkook tersenyum tipis seraya melambaikan tangan.

"Kalau perlu, jangan tampakkan wajahmu lagi! Itu memuakkan," ucapnya yang memang tidak peduli semua tentang Hyena. Mau gadis itu telanjang sekalipun, Jungkook seakan melihatnya sebagai sesuatu yang tidak layak untuk dinikmati. Itulah kenyataannya.

Alhasil, Jungkook kembali fokus pada keinginannya untuk berganti pakaian sebelum beristirahat. Hanya saja, ia terlebih dahulu mengambil ponsel. Hal itu karena Jungkook ingin menghubungi Dohyun untuk mengurus pin apartemennya agar Hyena tak lagi bisa masuk begitu leluasa untuk merusak privasi miliknya. Akan tetapi, Jungkook malah dikejutkan dengan pesan dari orang tak dikenal tetapi isi pesannya langsung membuat Jungkook teringat pada seseorang.

[Nomor Tidak Kenal]: Maaf mengganggu waktu, Presdir. Hanya ingin bertanya, apa Presdir suka dengan cheesecake buatan saya?

***

Jihyo itu sangat suka dengan komputer. Ia bahkan sering kabur dari panti bersama dengan Hera ke tempat internet dan akan dihukum karena ketahuan. Masa itulah yang membuat Jihyo ingin memasuki jurusan yang berhubungan dengan komputer, hingga ia akhirnya memilih teknik informatika—dirasanya itulah yang sangat pas. Akan tetapi, masa-masa itu tidaklah mudah.

Bukankah ia pernah berkata panti asuhan berkedok penjara? Itulah yang Jihyo rasakan dengan Hera. Sebelumnya, secara nyata, Jihyo tinggal dengan pamannya—satu-satunya keluarga yang ia miliki saat sang ibu harus terpenjara di rumah sakit kejiwaan. Akan tetapi, pamannya salah satu orang rakus akan apa yang dimiliki Jihyo di sisa-sisa terakhirnya. Dengan memanipulasi semual hal, sang paman berhasil merebut seluruh aset yang tersisa dan membuang Jihyo ke panti asuhan Hakyung.

Sang paman meninggalkan gadis berusia tujuh tahun begitu saja. Jihyo pun tidak bisa melupakan semua kenangan buruk yang menguasai kehidupannya. Walau begitu, ia masih mengingat soal ibunya dan di mana ia dirawat. Ketika semua orang meremehkan Jihyo waktu itu, seperti yang dilakukan oleh pamannya, Jihyo tahu apa yang telah terjadi padanya. Seakan begitu mengerti, Jihyo mencoba mengikuti alur dengan keterbatasan yang ia miliki dan saat memasuki Panti Asuhan Hakyung, namanya adalah Shin Jihyo, bukan Han Jihyo lagi.

"Kak Jihyo, apa kau serius ingin mengejar atasanmu itu? Aku dengar dia akan dijodohkan."

Dengan cepat, lamunan Jihyo teralihkan. Matanya mengerjap, tetapi ia berusaha untuk tetap tenang. "Baru akan dijodohkan, bukan? Kurasa tidak ada yang salah," ucap Jihyo dengan santai yang merapikan blazer dress berwarna putih dengan sedikit motif hitam yang ia kenakan. Memperlihatkan jika ia tidak merasa takut terhadap apapun. Bahkan jika ia akan berhadapan dengan gadis bernama Hyena itu.

Hera yang sudah mengenal Jihyo sejak memasuki Panti Asuhan mengangguk paham. "Kau memang selalu seperti itu. Tanda tanya dan suka mengambil tantangan."

"Ya, jika terlalu lurus juga akan sangat membosankan. Contoh kecilnya, aku menghubunginya semalam untuk memastikan apakah cheesecake buatanku itu enak."

Alhasi, Hera yang tengah duduk menggulir IPad—bersiap untuk membuka JiRa Bakery seperti biasanya lantas bangkit, mendekat ke arah Jihyo yang seakan ingin segera ke kantor. "Kau bercanda? Bagaimana bisa kau begitu tenang dan hei, kau mengirimkan pesan itu ke nomor pribadinya?"

"Ke mana lagi? Lagipula, mendapatkan nomornya itu tidak terlalu susah," katanya yang kemudian menoleh pada Hera dengan senyum begitu lebar. "Semua hal yang terasa sulit dan mustahil, aku tetap ingin mendapatkannya, Hera. Bagaimana pun caranya itu. Aku minta maaf karena mungkin akan sangat jarang ke toko lagi. So, aku mempercayaimu memegang kendali toko. Oke?"

Jihyo berkata seraya menepuk pundak Hera, lantas ia meninggalkan Hera yang mematung. Hera masih berpikir bagaimana bisa Jihyo melakukan hal yang serasanya tidak mungkin. Walau mereka sudah bersama sejak Jihyo kala itu berusia sepuluh tahun dan ia yang berusia delapan tahun, Hera masih seperti tidak mengenal Jihyo dengan baik. Shin Jihyo, teman sekaligus saudaranya itu memiliki begitu banyak rahasia yang hanya dikonsumsi pribadi oleh Jihyo sendiri.

***

Jihyo masih mengingat balasan pesan yang ditujukan padanya dari Jungkook, pria yang begitu dihormati. Entah kenapa, ia akan mendapatkan kejutan manis setelah ini.

Datanglah ke ruanganku setibamu di perusahaan.

Jihyo tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh Jungkook dengan mengirimkan pesan itu. Bukankah tidak mungkin Jungkook meminta cheesecake tambahan? Lagipula, ia tinggal mengirimkan pesan mengenai cheesecake jika memang menginginkannya. Akan tetapi, pesan yang dikirim seakan Jungkook hanya menginginkan dirinya.

Oleh karenanya, itulah alasan Jihyo saat ini berada di depan pintu ruangan Jungkook. Suasana masih begitu sepi, tetapi ia sudah memeriksa jika atasannya itu sudah berada di perusahaan. Kemungkinan ada di kantor. Hanya saja, Jihyo tidak melihat eksistensi Dohyun yang seperti ekor Jungkook.

"Entahlah, Jihyo. Akan tetapi, tidak ada salahnya untuk memeriksa ruangan di depanmu," ucap Jihyo pada dirinya sendiri. Ia pun mengetuk pintu, tetapi tidak ada sahutan. Hingga pada ketuka ketiga, Jihyo hendak melakukannya, tetapi kegiatannya seketika terhenti kala mendengar suara yang berbeda dari hembusan angin. Jangan lupakan aroma parfum leather yang menjadi ciri khas Jungkook yang membuat Jihyo perlahan tersenyum miring.

Jihyo ingin berbalik, tetapi nyatanya Jungkook dengan spontan melakukan hal demikian. Membalik tubuhnya hingga mereka berhadapan. Bahkan, Jungkook langsung mengurung tubuh Jihyo di pintu, seakan tidak ingin dirinya kabur. Aroma Jungkook semakin terasa dan Jihyo bisa melihat raut Jungkook yang begitu dingin seperti biasanya.

Jihyo tetap mempertahankan senyumannya. "Presdir—"

"Siapa kau sebenarnya, hah?!"

Hola guys🦋 Aku akhirnya update ye, semoga nggak gaje deh, wkwk.

Sebelumnya terima kasih karena selalu stay sama cerita aku. Tenang aja, bakalan tetap lanjut walau rumor Jihyo yang beredar. Sebagai penggemar sih, alangkah baiknya kita dukung² aja, ya. Entah rumor itu benar atau nggak karena JYP juga klarifikasinya fifty².

See u pokoknya teman-teman 🦋

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top