Bagian II : A Problem
Kumpuland dokumen yang sejak tadi menjadi pusat perhatiannya kini ditaruh ke atas meja begitu saja. Perlahan, sorot mata tajam itu melirik ke arah sosok pria yang tengah berdiri dan berkutat pada IPad-nya. "Dohyun, berikan kepadaku daftar staf yang diterima hari."
Sontak saja, pria yang tengah diberikan perintah mengangkat kepala dengan raut wajah kebingungan. Terasa ingin bertanya tetapi urung ia lakukan. Pertama-tama, ia memperbaiki posisi kacamata yang ia kenakan lantas menetralkan napas. "Hm, soal itu, saya sudah menaruhnya di antara dokumen yang sudah Presdir periksa—"
"Maka berikan aku benda itu lagi, Dohyun! Kenapa kau lambat sekali, huh?" kata pria dengan setelan jas lengkap yang kini memangku tangan di dada. Terlihat senyum menahan rasa kesal pada Dohyun yang menurutnya tak seperti biasa.
Sang empu yang merasa berada dalam bahaya, lekas mencari sebuah map berwarna hitam. Buru-buru, ia memberikannya pada Sang Presdir tercinta. "Saya minta maaf atas keterlambatan yang saya lakukan," katanya di sela ia memberikan benda itu.
Dohyun pun hanya bisa mengamati Presdir sekaligus merangkap sahabatnya yang begitu menyebalkan di dunia ini. akan tetapi, ia tak punya kuasa untuk melawan. Selain menyayangi pekerjaannya sebagai asisten dan sekretaris, ia juga tidak bisa memutuskan tali yang sudah terikat kepadanya dari kakeknya yang terlebih dahulu bekerja di bawah kendali keluarga Choi. Ia menuruni pekerjaan ayahnya yang sesaat masih hidup, mengabdi pada Choi Minhyuk. Dan kini, ia juga melakukan hal sama, pun sudah berlangsung selama sepuluh tahun.
Jungkook terlihat tidak peduli atas permintaan maaf yang dikeluarkan oleh Dohyun, karena ia yang begitu fokus dengan map yang sudah dibukanya. Jungkook tengah mencari dan hanya ingin memastikan satu hal, hingga jemari kekarnya yang ingin kembali membalik lembaran dokumen, seketika terhenti. Sebelah alisnya sontak terangkat.
"Shin Jihyo? staf administrasi?" ucapnya spontan.
Dohyun sedikit bingung dengan apa yang di dengarnya, hingga ia memilih sedikit mengintip lalu mengangguk. "Shin Jihyo lulusan terbaik Seoul National University di jurusan Teknik Informatika. Dia berada di peringkat pertama dari seratus orang yang mendaftar di divisi administrasi dan seperti yang Presdir inginkan, semua staf yang lolos sesuai kualifikasi." Dohyun langsung menjelaskan sekali menarik napas. Apa yang ia katakana sesuai dengan apa yang tertera di sana karena Dohyun'lah yang menyusun poin-poin penting untuk semua staf yang telah diterima.
Akan tetapi, Jungkook belum memberikan balasan. Ekspresi wajahnya bahkan terlihat begitu menganalisa secara seksama, hal yang membuat Dohyun tidak mengerti. "Apa ada hal yang Presdir inginkan?"
"Informasi tambahan untuk gadis ini."
"Nona Shin Jihyo?" tanya Dohyun yang memastikan. Ia takut salah, tetapi respon spontan Jungkook yang menoleh kepadanya seakan ia sudah membuat kesalahan.
"Apa perlu kutanyakan lagi?"
Buru-buru, Dohyun menggeleng sembari membungkukkan tubuh. Sifat dominan dan arogan yang seperti inilah yang menurut Dohyun sangat menyebalkan. Walau pada dasarnya, setiap saat Jungkook memang seperti itu. Alhasil, Dohyun langsung menyalakan IPad dan berkutat beberapa saat.
"Informasi tambahan yang tidak ada di dokumen terlampir yaitu, Nona Shin Jihyo berasal dari Panti asuhan Hakyung. Kedua orangtuanya sudah meninggal dunia dan tidak ada informasi lebih detail lagi. Kami tidak bisa mengulik begitu banyak informasi kala menurut kami itu sudah begitu cukup. Atau Presdir ingin saya melakukan sesuatu?"
Namun, Jungkook langsung menggeleng. Beriringan dengan ia yang melempar map itu ke atas meja. "Tidak perlu. Itu hanya akan membuang waktu dan sepertinya, aku sepertinya salah orang," ucap Jungkook yang kemudian memutar kursi kebesarannya, membelakangi Dohyun yang hanya diam saja. Akan tetapi, senyum simestris dengan alis terangkat tiba-tiba saja dipancarkan oleh Jungkook didetik itu.
***
Jihyo mendorong kursinya ke belakang, lekas ia bangkit dengan memegang sebuah map berisi administrasi yang diperlukan oleh divisi perencanaan. Rasanya ingin mengumpat karena ruangan divisi itu ada di dua lantai dari lantai ruangan yang ia tempati. Sialnya, lift untuk umum sementara waktu dalam masa perbaikan. Bukankah tidak mungkin ia menggunakan lift khusus petinggi?
Sejenak, Jihyo mengamati kedua kakinya yang berbalut high heels, tingginya sekitar lima cm, dengan menaiki sekaligus menuruni anak tangga adalah pekerjaan yang melelahkan. Kakinya kemungkinan akan lecet, hingga Jihyo melirik ke arah lift khusus yang tidak bisa digunakan oleh sembarang orang. Tidak sengaja, senyum miring terbit begitu saja kala sesuatu terpikirkan oleh Jihyo.
Lagipula, semua orang sedang sibuk dengan pekerjaannya dan jikapun masalah akan timbul, itu urusan belakang.
Jihyo tidak ingin memberatkan diri kala ide yang tercipta lebih menguntungkan. Alhasil, dengan langkah anggun, kepala terangkat begitu percaya diri, Jihyo menuntun diri ke lift khusus. Ia masuk begitu saja dan menekan angka sepuluh. Berharap, lift segera tiba di tempat tujuan, tetapi baru beberapa detik setelah lif tertutup, angka sepuluh yang menjadi tujuan seketika berubah menjadi angka sembilan.
Akan tetapi, Jihyo memilih untuk tidak peduli. Fokusnya berada di map yang harus ia berikan pada ketua divisi perencanaan, lalu beralih pada lift yang terbuka otomatis. Detik itu juga, Jihyo menatap dengan tatapan sedikit mendelik—cukup terkejut kala mendapati secara tidak sengaja eksistensi petinggi nomor satu di kantor, Choi Jungkook.
Jihyo berusaha untuk menetralkan diri. Perlahan, ia membungkukkan tubuh. "Selamat siang, Presdir!" Akan tetapi, tidak ada sahutan. Hanya terdengar bunyi klik kala Jungkook menekan angka sepuluh—angka yang ingin ditujui oleh dirinya.
Kenapa harus semendadak ini? Aku berharap tidak diberhentikan di detik ini juga karena lancang memasuki areanya.
Hanya saja, tidak ada yang terjadi selama beberapa detik di dalam lift itu. Melihat betapa dinginnya sosok pria di hadapannya ini dan situasi yang tidak mendukung, Jihyo memilih diam, hingga pintu lift terbuka. Jungkook sang atasan langsung keluar, beriringan dengan Jihyo yang ingin melangkah kala dirasanya sudah tepat, tetapi nyatanya langkahnya harus tertahan, karena Jungkooo juga melakukan hal yang sama, secara tiba-tiba.
"Ingat posisimu di perusahaan ini. Kau begitu lancang memasuki area yang bukan kuasamu, tetapi kali ini, aku memaafkanmu, Nona staf dari divisi administrasi." Kalimat itu berhasil menyentuh titik terdalam Jihyo. Ia pun sudah paham akan mendapatkan hal demikian dan beruntung jika hanya sekadar itu, tidak lebih seperti pemecatan di hari pertama.
Memang, ada sedikit rasa takut karena ia yang baru memulai, rasanya mengecewakan jika harus berakhir. Dengan penyataan Jungkook seperti itu, Jihyo jadi tahu apa yang harus ia lakukan nanti. Sorot mata bulatnya masih fokus mengamati Jungkook yang telah berjalan dan memasuki area divisi perencanaan sesaat ia juga sudah keluar dari lift itu.
Secara spontan, Jihyo tersenyum miring. "Kau memang baik sekali, Tuan Presdir. Akan tetapi, aku merasa tidak enak hati atas kelancangan yang kubuat. Ah, benar! Aku harus meminta maaf. Lebih dari seorang staf administrasi. Bukankan lebih baik melakukan hal tersebut sebagai gadis yang baik, Tuan?" Lantas senyum Jihyo luntur begitu saja.
Pekerjaan yang ia lakukan sekarang nyatanya memiliki sisi positif yang menurutnya menyenangkan. Jihyo juga baru mengetahui beberapa hal kala menyanggupi permintaan ketua divisi perencanaan. Ternyata, Jungkook rutin melakukan pemeriksaan kala ialah yang menjadi pengendali utama ke divisi perencanaan dan pemrograman—walau setiap divisi memiliki penanggung jawab seperti ketua. Jadi, jika ingin selalu menciptakan pertemuan, maka datang atau berbaurlah dengan kedua divisi tersebut. Itu bisa saja Jihyo lakukan untuk menuntaskan sebuah misi yang sudah ia rencanakan, tetapi Jihyo memilih opsi lain. Untuk sementara waktu, ia ingin mengikuti alur dan Jihyo juga sedang ingin melakukan satu rencananya.
***
"Jihyo, bagaimana jika agenda makan malam saat ini juga—"
"Tidak, aku memiliki urusan lain," kata Jihyo yang telah merapikan barang-barang miliknya. Nadanya begitu ketus, membuat Mira mengendurkan senyum. Hal tersebut menyadari Jihyo akan satu hal hingga ia mendekat ke arah Mira dengan senyum tipis. "Lain kali saja. Aku benar-benar harus pergi, Mira. Sampai jumpa!"
Itulah kata yang terdengar sangat ramah, sehingga berhasil membangkitkan senyum Mira yang sebelumnya meredup. Bahkan, gadis lugu itu lantas melambaikan tangan dengan gembira, pun dibalas demikian sama oleh Jihyo. Kemudian, Jihyo melangkah meninggalkan Mira dan perusahaan ini. terlebih, sejak tadi ponselnya juga bergetar—pesan yang masuk beruntun dengan pernyataan yang sama.
Aku sudah sampai.
Sungguh, Jihyo ingin sekali mengcekik sosok yang begitu menganggu kala ia sudah memberikan balasan. Itulah kenapa Jihyo saat ini buru-buru keluar. Kedua matanya lekas melirik ke kanan dan ke kiri, mencari sosok pengirim pesan yang memang sudah ia perintahkan untuk menjemput dirinya.
"Sialan, bedebah kecil ini, di mana dia?" umpat Jihyo yang tidak tahan. Ia merasa sudah dibohongi, tetapi nyatanya dia belum datang seperti yang dikatakannya di pesan. Tentu saja, Jihyo langsung menelepon pemilik nomor yang mengirimkan pesan, hingga kekesalan Jihyo memuncak kala sebuah mobil sedan berwarna putih berhenti tepat di hadapannnya, beriringan dengan sambungan telepon yang tersambung.
"Hei, aku sudah datang, tetapi kenapa wajahmu cemberut seperti itu?" Seraya kaca mobil terbuka—turun secara perlahan yang menampilkan seorang gadis dengan potongan rambut pria, tersenyum begitu lebar. "Kak Jihyo, ayolah! Katanya kau mau pergi ke suatu tempat dan sesuai keinginanmu, aku membawa setelan dress cantik dan cheesecake stok terakhir toko," katanya lagi.
Jihyo yang sebelumnya ingin menumpahkan kekesalan, perlahan memejamkan mata. Ia meredam emosi dalam dirinya lalu mendekat, membuka pintu yang lainnya. "Ayo segera ke Deluxe Billiard Club."
Sontak saja, gadis itu dibuat terperangah. "Serius? Kak Jihyo mau ke Deluxe Billiard Club? Ah, sungguh, aku penasaran, kali ini apa lagi yang kau rencanakan!"
Hola, aku update! Maaf baru sempat, hehe.
Gimana nih bab ini, sepertinya bab selanjutnya bakalan terjadi sesuatu, hahah.
See u pokoknya 🦋
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top