Chapter 1. X-Schedule

BAGI Rigen perempuannya seperti peta. Dengan restu, dia mengusung dan menghamparkannya di mana pun. Untuk dijelajahi tanpa ampun.

Pagi ini dia membuka petanya di meja makan. Setelah sarapan dengan setangkup roti bakar bersimbah madu kental dan susu kuda liar, dia mulai mengembara di tiap lekuk dalam peta. Gunung dia susuri dengan hati-hati. Lembah dia cicipi hingga basah dan terbit desah. Tak lupa sungai, ceruk, bukit, hutan, hingga sumur terdalam, dia masuki dengan sangat sopan.

Rigen bahagia, saat tiap jengkal jejak tangannya melepaskan gemuruh merdu. Lalu peluh keduanya pun bercampur dalam ikatan bernama rindu. Ah, semua tampak sempurna, andai di meja makan itu tidak tiba-tiba datang seseorang.

"Bangun!" perintah laki-laki itu dengan pistol yang moncongnya terarah tepat di kepala Rigen. "Bangun, kubilang!" teriak laki-laki itu makin geram.

Sang peta ketakutan. Bangkit telanjang dan berlindung di balik meja belakang.

Rigen bahkan tak sempat memakai bajunya. Ikut berdiri dengan kedua lengan siaga menahan tembakan, hingga lekukan-lekukan ototnya mengejang.

"Laki-laki tak punya malu!" seru laki-laki itu sambil meludah ke lantai marmer ruang makan.

"Bukannya harusnya kamu juga malu karena gagal membuat bahagia istrimu," balas Rigen sengit. Tubuh terpahat sempurna itu tak gentar. Wajah muda tanpa noda itu bahkan tersenyum tenang.

Mata laki-laki itu langsung memerah. Kemarahan membungkus total dirinya seperti gerhana.

Dor!

Suara pekak pistol pun merobek udara hingga menabrak gendang telinga. Peluru meluncur cepat dan tepat. 

"Mati kau!" sumpah laki-laki itu melihat peluru pistolnya berhasil menembus kening Rigen.

Rigen lalu mencoba meraba dahinya. Basah. Tapi, tidak ada darah.

"Dor!"

Kali kedua suara itu terdengar.

Namun, agak lain.

Suara itu bukan bunyi pistol, melainkan teriak laki-laki yang terdengar meleyot pol.

"Bangun, Mas! Jadwal hari ini padat lho! Mau gue dor lagi?!"

"Ampun. Ampun. Ampun!" jawab Rigen gelagapan. Sadar siapa pemilik suara genit-genit manja gilani itu, Rigen langsung terbangun dari tidurnya. Anjas! Manajernya yang super rempong itu ternyata sudah standby di kamarnya. "Lo apain gue tadi?!"

"Alhamdulillah, bangun juga lo, Mas! Gue pikir uda innalillahi."

"Lambe atau sampah? Nggak ada saringan! Lo mau gue mati?" amuk Rigen masih belum bisa move on dari mimpinya barusan.

"Nggak dong. Ntar yang gaji gue siapa? Terus bini dan anak gue makan apa?"

"Berisik. Bacain jadwal gue hari ini!" perintah Rigen galak.

"Salat subuh, cuci muka, gosok gigi..."

"Tolong," potong Rigen segera. "Lo bisa bacain aja jadwal penting gue?!"

"Mas, salat itu yang terpenting lho."

Rigen kadang kesal sama Anjas. Laki-laki yang mengaku sudah taubat dan hijrah itu selalu saja meletakkan salat lima waktu di jadwal Rigen. Oke, itu kadang berguna kalau Rigen sedang sangat lelah, lagi buntu, dan butuh ngobrol berdua sama Tuhan. Tapi, kalau setiap hari diulang begini kan bikin emosi! Nggak hanya itu, Anjas juga membuat detail schedule hariannya sampai perkara sikat gigi, mandi wajib, bahkan berak. Iya, berak secara jam biologis dia catat dan bahas! 

Terkadang Rigen jengah dengan kelakuan manajernya. Tapi, jika mengingat integritas dan profesional Anjas, Rigen bisa memaklumi itu semua meski harus pakai emosi. Ya, mencari manajer yang jujur, tulus, dan peduli di dunia entertainment Indonesia tak semudah bernapas. Mempekerjakan keluarga sendiri pun kadang masih saja bermasalah.

"Bacakan saja main schedule gue!"

"Pukul sembilan siaran di program Sarapan Seru, Jak FM bareng Ronal dan Tike."

"Next."

"Pukul sebelas siaran di program Trax Lagi sama Akbarry dan Sarazany."

"Abis lunch?"

"Ke studio Mas Anang, buat persiapan live acara Traxustik di Bintaro."

"Malam?"

"X-schedule!"

"YASH!" teriak Rigen sambil melompat dari kasur kamarnya dan berdiri tegak tanpa busana.

"Mas itu, auratnya. Tolong dikondisikan," ujar Anjas menunduk menjaga pandangan.

"Najis! Sama-sama cowok ini!" gerutu Rigen yang padahal masih pakai kolor. Anjas memang berlebihan. "Sudah sana! Siapin sarapan."

Setelah Anjas hengkang dari kamarnya, Rigen tersenyum bahagia memiliki jadwal X-schedule hari ini.

X-schedule adalah jadwal bebas untuknya. Waktu untuk Rigen lepas sebentar dari kerjaan. Di hari spesial ini, Rigen akan meminta Anjas untuk memesan kamar hotel ternyaman dan paling ketat penjagaan privasinya. Rigen ingin menginap semalaman tanpa gangguan. Bahkan, Anjas pun tidak akan bisa menghubunginya.

Sampai sekarang Anjas masih penasaran, jadwal X itu jadwal bosnya buat healing atau....

"Mas, gaswat. Susu kuda liarnya abis," kata Anjas panik saat Rigen sedang push up di lantai kamarnya. Kebiasaan paginya setelah bangun tidur langsung terganggu.

"Beli lagi, apa susahnya?!" balas Rigen sambil mengejan menahan bobot tubuhnya.

"Stokis-nya lagi kosong. Ganti susu sapi gimana?"

"Gue alergi susu sapi!" Rigen makin mengejan karena selain masih dalam posisi push-up, emosinya pun mulai naik cepat dari ujung kaki, betis, pantat, punggung, hingga berakhir di kepala.

"Yaudah, susu kedelai."

"Gue nggak mau letoy kayak lo."

"Lha terus susu apa?!" teriak Anjas hilang kesabaran juga.

Rigen mendadak tersenyum sendiri.

"Gue nanti malam aja minum susunya. Sekarang lo siapin sarapan biasanya tanpa susu."

Tepat 88 hitungan, Rigen menyudahi push up dan lanjut sit up untuk mempertahankan balok-balok keras otot di perutnya. Dia memang sangat menjaga bentuk dan kesehatan tubuhnya. Tiap pagi sebangun tidur, dia akan melakukan workout di rumah. Lanjut berenang di kolam belakang hingga dua puluh lima kali bolak-balik. Baru dia bisa mandi dan sarapan. Dari remaja kebiasaan pagi itu sudah mendarah daging. Jadi, jika satu saja terlewati, maka Rigen akan sangat tidak nyaman dan merasa bersalah dengan dirinya sendiri.

Roti bakar penuh madu Bore, yang khusus didatangkan dari Ethiopia, dilahap Rigen dengan semangat. Manis dan kentalnya madu yang dihasilkan lebah saat musim hujan itu seolah akan membuat manis seluruh harinya. Dia ingin cepat bekerja. Lekas menghabiskan waktu pagi hingga sorenya, dan menikmati malamnya yang pasti manis dan lengket seperti madu yang ditelannya.

Datang ke kantor Jak FM, Rigen tampak kasual dan santai dengan kaus oblong putih, outer kemeja jeans biru, dan celana pendek khaki dengan sepatu sport putih. Ditemani dengan Anjas, dia menjawab pertanyaan-pertanyaan kocak Ronal dan Tike terkait single terbarunya Orang Kedua yang diciptakannya sendiri.

"Kalau judul lagu ini Orang Kedua, gue penasaran orang pertamanya siapa sih, Gen?" canda Ronal.

"Wah, pertanyaannya lo menjurus sekali sih, Nal," sambung Tike sebelum Rigen sempat menjawab. "Jadi ini lagu tentang selingkuhan?"

"Sama aja lo!" tegur Ronal.

"Lha, gue nggak nanya orang ya, Onal?"

"Tapi bilang lagu ini tentang perselingkuhan. Ya, sama saja!" protes Ronal. "Btw, Tik, lo nyebut nama gue onal kok nggak enak banget ya."

"Pagi-pagi otak lo udah kotor!"

"Heh, kita kok yang malah ribut, Tik."

"Yaudin dah, waktu dan tempat sekarang kami persilakan, Gen."

Tawa mereka lalu membahana renyah. Rigen yang sebenarnya tegang lahir batin menerima pertanyaan sensitif ini, menjadi agak santai dengan pembawaan Tike dan Ronal yang lucu.

"Benar kok, Kak. Lagu ini tentang cowok yang memilih bertahan menjadi orang kedua. Dia bahkan rela menunggu si cewek buat berpisah dengan kekasihnya."

"Rasanya agak dramatis gimana gitu ya?" sambut Tike.

"Bukan dramatis ini mah, tapi hobi nyakitin diri sendiri," komentar Ronal yang dibenarkan Rigen dalam hati.

"Mau dong dinyanyiin sedikit," pinta Tike dengan kedua tangan terlipat di dadanya.

Sebagai ajang promosi, Rigen pun langsung mengabulkan permintaan Tike. Acara Sarapan Seru di Jak FM Rigen tutup dengan menyanyikan lagu Orang Kedua secara akustik. Dengan suara lembut, wajah imut, dan postur tubuh tegap menjulang, membuat Rigen menjadi idola setelah merilis tiga single pop ballad-nya. Bahkan, Anang Hermansyah sebagai produser rekaman sangat optimis Rigen akan bisa menjadi penyanyi besar setelah melihat kerja kerasnya selama ini.

Sesuai jadwal, setelah menyambangi kantor Jak FM, Rigen langsung bertolak ke kantor Trax. Anjas meminta driver untuk mampir dulu sebentar di drive-thru kopi sebelum pukul sebelas. Rigen menandaskan kopinya seketika sebelum masuk ke kantor Trax. Dia dalam kondisi darurat Kafein. Agar siap lahir batin untuk ditanya-tanya tentang tema lagu yang pasti tidak jauh-jauh tentang selingkuh.

"Lo takut dikecam nggak sih buat lagu dari sudut pandang pelakor?" tanya Akbar, penyiar Trax.

"Pebinor, kali! Lo kira Rigen nafsu sama lakik!" ralat Saraz kepada partner setianya.

"Sori, sori. Lidah gue typo," kelit Akbar. "Gimana nih, Gen. Lo nggak takut dicekal karena pro pebinor atau pelakor?"

Anjas tiba-tiba memberikan tisu kepada Rigen yang mendadak berkeringat. Namun, dengan sopan Rigen menolaknya. Dia tidak ingin tampak gugup atau tak nyaman. Rigen tersenyum simpul, dan menjawab santai.

"Semua karya pasti menuai respons dari dua sisi. Ada yang suka, dan pasti ada yang tidak. Itu wajar. Yang tidak wajar adalah kita memaksakan semua orang untuk suka dengan karya kita."

"Gue setuju banget sama kata-kata lo," timpal Saraz. "Tapi, ngomong-ngomong soal memaksakan kehendak, bukannya dengan menjadi pelakor itu sudah bentuk pemaksaan diri. Sudah tahu orang punya pasangan, eh masih maksa juga buat ngerebutnya?"

"Ya, sama halnya dengan pasangan yang tetap memaksakan hubungan mereka, meski itu toksik dan menyakitkan. Itu juga nggak baik kan?" jawab Rigen tenang. Rigen bahkan tersenyum, walau hatinya merasa ada bekas tusukan dari kata-kata penyiar.

"Benar juga. Intinya kita jangan suka maksa orang Anak Trax," sambung Akbar. "Apa pun bentuk paksaan itu dilarang!"

Rigen merasa lega saat Saraz sudah memberi kode untuk closing acara. Beban yang dia pikul selama wawancara luruh seketika.

"Oke, thank you Rigen sudah mau hadir di Trax dan sebagai penutup inilah Rigen dengan single terbarunya Orang Kedua untuk kalian semua Anak Trax."

Rigen pun kembali menyanyikan lagunya dengan penuh perasaan seolah lirik-lirik di lagu itu adalah kisah pribadinya. Dari awal kemunculannya di kancah musik Indonesia, suara lembut dan dalam milik Rigen selalu berhasil menghanyutkan siapa saja yang mendengarnya. Seakan pendengar diajak bercengkerama dari hati ke hati. Bukankah apa-apa yang dibuat dari hati akan sampai juga ke hati yang menerimanya?

"Mau langsung ke hotel, Mas?" tanya Anjas ketika mereka kembali masuk ke mobil setelah meninggalkan kantor Trax.

"Emangnya Mas Anang minta latihan vocal di hotel?"

"Masa latihan vokal di hotel," jawab Anjas gemas. "Mas Anang cancel ini, Mas. Jadi sore sampai malam jadwal kita free. X-schedule!"

Rigen tersenyum. "Sudah lo pesenin kamar?"

"OTW sih."

"Perlengkapan gue?"

"Aman." Anjas menjawab sambil ribet dengan ponselnya.

"Oke, drop langsung ke hotel aja."

"Siap laksanakan." Anjas tampak bahagia juga. Schedule-X adalah hari liburnya. Jadi dia bisa lama-lama dengan istri dan anaknya.

Di kamar hotel khusus pasangan bulan madu itu sudah dihias sangat cantik dengan taburan mawar. Rigen menyesap dalam aroma wangi yang lembut dan penuh gairah itu. Dia tersenyum sendiri saat ujung jari-jarinya menyentuh lembut pinggiran ranjang sambil berjalan menuju jendela kaca. Senja kini merekah. Semburatnya merah. Terlalu merah hingga menyerupai darah. Rigen tiba-tiba teringat dengan mimpinya. Dia mendadak beku.

"Kenapa berdiri saja di sisi jendela?"

Suara itu mengejutkan Rigen. Perempuan yang dianggapnya peta kini ada di depan matanya. Istri seseorang yang mengaku mencintainya.

"Aku nggak dengar kamu masuk."

"Kamu melamun. Mana bisa dengar?" jawab perempuan itu tersenyum.

Rigen membalas senyum cantik itu. Matanya mendadak menatap lekat perempuannya. "Apa kamu merindukanku?"

Perempuan peta itu mengangguk, lalu menangis. 

"Tapi, aku ingin cinta terlarang ini selesai malam ini," pungkasnya dengan senyum dan juga air mata. 

"Maksudmu apa?!" 

Inikah makna mimpi buruknya tadi malam?

"Sudah saatnya kamu cari peta baru, Gen. Aku sudah punya suami!"

Pertahanan Rigen akhirnya runtuh mendengar kata-kata dari bibir termanis itu. Dia merasa tersesat. Peta hidupnya mendadak lenyap. Lantas bagaimana dia bisa hidup tanpa menyentuhnya? Mengecupnya? Mencumbuinya tiap X-schedule-nya?

Meski, dia sadar tak akan pernah memiliki seutuhnya.

Aku harus lakukan sesuatu!

Lanjut hari Rabu minggu depan ya....

---------------------------------------------------------------------------------------------------------

Burn Me in Your Kiss adalah Adult Romance Series Falling Into Star #FIS bersama penulis :

 @DadanErlangga @handinamire @DesyMiladiana

Baca juga karya-karya mereka di #FIS

1. Desy Miladiana (Tell Me Your Dirty Secret)

2. Handi Namire (Call Me When You're Single)

3. Dadan Erlangga (Write Me A Love Story)

Terima kasih ya, sudah mampir di cerita kami.

Salam hangat,

Nara

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top