#5.5 × Akhirnya Diskusi Beneran

Warn: ga perlu lagi deh ini

Oke. Sekarang udah jam istirahat, sudah saatnya bagi kelompok 1 untuk memulai diskusi mereka. Mark hampir aja langsung ngacir ke kantin, untung doi inget kalo dia gak mau dicekokin nasi gulanya Tetchou. Di saat yang bersamaan, barudak kelompok 2 sama-sama pergi keluar kelas dan kelihatannya cukup bersemangat. Wah, apakah mereka akhirnya sudah dapet tempat untuk diskusi juga setelah diamuk oleh ayah dan bunda mereka (baca: Nathan dan Marg)?

Bagaimanapun itu, ayo kita saksikan diskusinya kelompok 1 dulu!

Setelah semuanya duduk manis di tempat masing-masing, Kunikida pun memulai diskusi. "Ayo, ayo, saatnya diskusi! Karena ini penampilan drama, berarti kita butuh konsep dramanya dulu! Ada yang punya saran?" serunya sambil mengetuk-ngetuk papan tulis di depan kelas menggunakan spidol, berlagak seperti seorang guru sungguhan.

Kyuusaku mengangkat tangan dengan semangat, "Aku! Aku! Kita main drama Cinderella aja!"

"Skip, yang itu udah pasaran." sanggah Mushitaro yang duduk disebelahnya.

Kyuusaku melanjutkan, "Kalo gitu Tangled aja! Ntar mbak Agatha jadi Rapunzel nya terus mas Fyo jadi Rusli nya!"

"RUSLI SAHA ANJIR" sahut Mark yang bengek seketika.

"Eugene, dek kyuu. Namanya Eugene." ujar Agatha sambil menepuk jidat Atsushi. Atsushi sendiri, selaku pemilik jidat yang ditepuk tadi pun hanya bisa membatin, "Aku ada salah apa sama mbak agath?"

Fyodor bertanya, "Loh nama aslinya bukannya Flynn Ryder?"

"Hah? Apa iya, mas?" John bertanya balik.

Tetchou yang dari tadi planga plongo pun akhirnya buka suara, "Mas Fyo yang nanya kok malah ditanya balik?"

John membalas, "Lah lu kenapa ikutan nanya?"

"UDAH HEH UDAH" Teruko tiba-tiba menyahut sambil memukulkan sebuah penggaris ke meja, seketika membuat barudak kelompok 1 yang lain terlonjak kaget.

"Mbak... Tolong jangan gitu, mbak.." ucap Sigma lirih.

Haruno menghela napas, "Oke, ayo serius! Saran dari dek kyuu disimpan aja dulu, ada lagi yang punya saran?"

Louisa mengangkat tangannya, "Gimana... kalo drama yang murni karya kita sendiri? Siapa tau bisa dinilai juga sama Pak Oda"

"Wah, boleh tuh!" Higuchi memberi senyum ke Louisa sementara Gin yang duduk disampingnya hanya mengangguk-angguk.

Fyodor menggigit kuku jempolnya, "Hmm... Kalo mau karya kita sendiri, berarti itu juga harus kita diskusiin."

Yosano yang kebetulan sedang duduk di samping Fyodor pun langsung menepis jempol Fyodor dari giginya, "Setuju sih. Kita harus nulis ceritanya sama-sama."

"Apakah ada yang keberatan sama ide mbak Loui?" tanya Naomi.

"Kalo gw sih enggak, nulis cerita sendiri kayaknya bakal seru deh!" balas Mark.

Yang lain pun manggut-manggut, ternyata semuanya setuju sama saran dari Louisa. Kyuusaku sempat memasang tampang berpikir untuk beberapa saat, sebelum kemudian ia membuka suara lagi, "Oh, oh! Aku ada ide! Kita gabung-gabungin film-film *dusni jadi satu cerita aja! Misal kayak cerita Rapunzel tadi, digabung sama Cinderella, atau Snow White juga bisa!"

"Wah, idenya bagus banget, dek kyuu!" ujar Atsushi yang kemudian dibalas Kyuusaku dengan senyum bangga.

"Mau saran juga dong."

Semua orang seketika melihat ke Fyodor, dan Tanizaki pun berujar, "Yak, silakan sarannya, mas Fyo."

"Serius nih kalian cuma kepikiran film princess dusni doang? Gak ada yang lain? Kalo bisa film-film yang mau digabung tuh ceritanya jangan tentang putri-putrian semua." jelas Fyodor.

"Eh, iya, aku baru aja keinget sama film dusni yang tentang superhero itu ges! Mungkin kita bisa pake film itu buat referensi latar modern nya!" seru Teruko tiba-tiba.

"Film dusni mana yang ada superhero nya, mbak?" tanya Tanizaki.

"Yang ada robot marshmallow warna putih itu! Siapa ya namanya?"

"Oh! Robot marshmallow yang namanya Bayu itu bukan?" tanya Kyuusaku.

Dan yak seketika Mark pun bengek lagi.

***

Jika kalian sudah membaca chapter di book ini yang berjudul "Salam dari Yokohama", pasti kalian ingat akan tempat tongkrongannya Soukoku dan trio DOA sebelum insiden pohon tumbang. Benar sekali! Pohon beringin di belakang sekolah! Pohon beringin yang selalu digunakan sebagai tempat tidur oleh salah seorang murid di Bungo Gakuen yang bernama Bram Stoker!

Nah, saat ini, kelompok 2 sedang menggunakan tempat itu sebagai lokasi untuk diskusi mereka atas saran dari Dazai, Chuuya, dan Nikolai. Apakah suasananya masih sama rusuhnya seperti di chapter sebelumnya? Bisa dibilang sih iya.

"WIUWIUWIU NUMPANG LEWATTTTT"

"WEEEEE LEBIH NGEBUT DONG DAZ"

Dazai mendorong sebuah gerobak sorong dengan Nikolai yang lagi rebahan santuy di atasnya. Entah darimana mereka berdua mendapatkan benda itu, tapi yang jelas mereka sedang memainkannya.

Edgar menatap datar kelakuan dua badut kelas tersebut, "Heh, jalannya ada lumutnya jadi hati-ha—"

GEDUBRAK

Dengan tidak elitnya, Dazai terpeleset lumut sehingga hilang keseimbangan dan gerobak sorong pun jatuh ke samping, seketika membuat Nikolai jatuh dengan wajah mencium tanah dan tubuhnya tertimpa gerobak sorong.

Edgar menepuk jidatnya, "... Baru juga dibilangin."

"Plis ya, Yosano gak ada di kelompok kita jadi kalian berdua gak usah macem-macem." ujar Lucy.

Dengan tubuh yang sedikit encok, Dazai pun bangkit setelah bersusah payah untuk bergerak lagi. "Awh, mbak Lucy tumben nih perhatian sama seorang Osamu Dazai." ujar Dazai sambil tersenyum.

"Ew, nggak ya."

"Aduh, sakit hatiku mbak :("

"UDAH UDAH AYO MULAI DISKUSINYA" Margaret ngegas, meskipun sedang menggunakan megafon yang gatau dapet darimana tapi pastinya bukan milik Pak Natsume.

"Mbak, megafon nya gak usah dipake aja kalo mau ngegas kek tadi." ujar Kyouka yang tadinya menderita tuli sementara karena dia duduknya di samping Margaret.

"Oh iya, ehehe. Maap ya, dek kyou."

Ranpo yang dari tadi hanya mengemut permen lolipop pun memanggil Kenji, "Ken! Bangunin si Katai tuh."

"Siap mas!"

Kenji pun melihat ke Katai yang lagi ngorok di sebelahnya, lalu ditepuk-tepuknya pipi Katai menggunakan punggung tangannya untuk membangunnya, "Mas Katai, bangun mas! Diskusinya udah mau mulai!"

Dazai dan Nikolai, yang ajaibnya udah baik-baik aja, gak nge-rasa encok lagi, ikut bergabung ke kelompok mereka yang sudah mengambil posisinya masing-masing untuk berdiskusi.

Di tempat itu terdapat tiga bangku panjang. Secara berurutan, Kyouka, Margaret, Ranpo, Jack, serta Elise yang duduk di pangkuan Lucy, mengambil tempat di bangku pertama. Bangku kedua diisi oleh Katai, Kenji, Kajii, Tachihara, dan Jouno. Lalu bangku ketiga diisi oleh Nathaniel, Edgar, Dazai, Nikolai, dan Akutagawa.

Loh, Chuuya mana? Doi gak kebagian tempat. Alhasil Chuuya pun nangkring di dahan pohon beringin, namun berbeda dahan dengan tempat tidurnya Bram.

"Mas chuuya, kenapa di atas sana?" tanya Akutagawa.

"Daripada duduk di tanah berlumut gitu mending gua duduk disini aja." balas Chuuya.

"Oalah, biar greget ya mas." ucap Akutagawa, seketika membuat Chuuya tersenyum bangga.

"Udah, ayo mulai. Kita mulai dari konsep dramanya dulu. Kita mau ambil drama tema apa?" Nathaniel memulai diskusi sambil membetulkan letak kacamatanya.

Edgar mengangkat tangan, "Misteri—"

"Yang genrenya kira-kira bakal sulit gak diterima, ya." Margaret menyela.

"Iya deh" ucap Edgar pasrah.

"Terserah kalian lah mau apa, gua sih ya ngikut aja." ujar Chuuya dari atas pohon.

Dazai langsung mencibir, "Yeeuuu, pinter ya lu ngomong gitu. Minimal ikutan ngasih saran atau ide kek."

"Ba to the cot, BACOT" sahut Chuuya dengan suara nyaringnya.

"Drama genre horor boleh gak, ya?" tanya Nikolai tiba-tiba.

"Hah? Horor? Yang bener aja lu, nik" Tachihara memberi bombastic side eye ke Nikolai.

Nikolai cuma nyengir, "Nanya doang sih. Tadinya gw sempet kepikiran kita main drama Roro Jonggrang aja."

"WUIH IDE BAGUS NIK"

Dazai bangkit dari duduknya, "Nanti mbak Marg jadi Roro Jonggrang nya, terus mas Nathan jadi Bandung Bondowoso nya, para cewek jadi warga desanya, terus kita para cowok jadi jin nya!"

Setelah itu, Dazai melihat ke Chuuya di atas pohon, "Chuuya, nanti lu jadi tuyul, ya. Hehe."

"BAJINGA—"

"UDAH STOP" Kali ini Lucy yang menengahi mereka berdua. Margaret yang satu bangku dengannya langsung memijit pelipisnya, "Diskusinya baru segini tapi udah bikin capek banget."

"Mas Ranpo, mohon bantuannya." bisik Margaret ke Ranpo kemudian.

"Lah, kok gw?"

Lucy ikutan memohon, "Tolonglah, mas..."

Ranpo pun menghela napas. "Yah udahlah, ya" balasnya kemudian sambil mengeluarkan kacamatanya. Setelah memakai kacamatanya, Ranpo pun melanjutkan diskusi, "Kita main drama yang ceritanya buatan kita sendiri aja, ya."

"Loh, emang boleh, ya, kalo cerita buatan sendiri?" tanya Kajii.

Dazai membalas, "Woiya pasti boleh dong! Apa sih yang gak boleh sama Pak Oda. Nanti kita bikin cerita tentang orang yang mau bundir aj—"

"OSAMU DAZAI STOP"

Dazai terlonjak kaget ketika disahuti begitu oleh setengah dari barudak kelompok 2. Ia pun mengelus dada sambil memasang tampang memelas, "Kejam ya kalian.."

"Ga ada yang peduli sih, mas"

"Aduh, dek kyou, hatiku sakit lho dengerny— HMPHH??!!!?"

Tiba-tiba saja mulut Dazai dipasangi lakban oleh Edgar, entah hasil dapet darimana. "Silakan lanjutin penjelasannya, mas ran" ujar Edgar ke Ranpo kemudian selagi Dazai di sebelahnya nge-reog di tempat.

"Kita ambil tema petualangan sama genrenya misteri, ya."

"PETUALANGAN!?" sahut Jack dengan bintang-bintang imajiner di kedua matanya. Jack suka yang namanya petualangan, makanya doi langsung bersemangat saat Ranpo menyebutkan tema drama mereka nanti.

"Loh, mas ran, yakin nih mau genre misteri?" tanya Nathaniel ke Ranpo sambil melirik Edgar di sebelahnya yang lagi senyum-senyum sendiri, kemungkinan sih karena mendengar kata "misteri" tadi.

"Kalo gue ga yakin yah gak mungkin gue omongin lah" balas Ranpo. Lelaki yang memiliki julukan "Nomor Satu Bertahan" itupun membetulkan letak kacamatanya lalu melanjutkan, "Kelompok satu mau bikin cerita karangan sendiri juga, tapi mereka ngambil plot nya dari film-film dusni yang digabungin jadi satu cerita."

Kelompok dua pun manggut-manggut, tidak ada satupun dari mereka yang mempertanyakan bagaimana Ranpo bisa tahu soal rencana milik kelompok satu. Yah, namanya juga Ranpo, jadi tidak seharusnya kita juga heran, kan?

"Terus cerita drama kita bakal gimana, mas? Udah dapet ide?" tanya Elise ke Ranpo.

Ranpo pun membuka matanya dan tersenyum, "Yang keberatan sama cerita karangan gue, bisa keluar aja dari kelompok, ya."

Seketika, barudak kelompok dua pun menelan ludah mereka karena kata-kata Ranpo tadi.

~~~

Bisa tebak Ranpo bakal bikin cerita drama yang gimana? 🗿

Hehehe, sekian untuk kegajeannya (⁠~⁠‾⁠▿⁠‾⁠)⁠~
See you next chap <3

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top