8. s t i g m a

Aku menepi,
menghindar dari ingar bingar pesta
yang memuakkan.

Berjalan menyusuri selasar
menuju taman di belakang gedung sekolah.

Sendirian.
Aku tak keberaratan.
Justru itu yang kuharapkan.
Menjauh dari kebisingan yang membuat telinga rasanya akan pecah.

Aku tak suka pesta.
Seramai apapun aku tetap sendirian.
Tenang saja,
Aku punya teman.
Tapi mereka datang di musim-musim tertentu.

Namun di musim dingin begini,
mana ada yang mau berteman dengan orang dingin.
Bisa-bisa mereka menggigil.
Makanya aku dijauhi.
Dan aku tak peduli.

Lebih baik sendiri, daripada berteman dengan yang bermuka dua.
Mereka memujaku ketika ada maunya.
Dan menghinaku ketika tak memenuhi permintaannya.

Mengataiku banci,
karena tidak memenuhi ekspektasi seorang lelaki.

Padahal aku sudah merokok,
meminum soju
terkadang berkelahi.
Aku tahu, semua itu bukan tolak ukur seorang pria sejati.

Bodo amatlah!
Jika aku terus menerus menuruti penilaian mereka,
maka aku akan lelah.
Jadi bersikap apatis, itu perlu.

Karena sekeras apapun aku berusaha mereka akan tetap melabeliku sebagai pria famboyan
feminin
tidak manly.

Salahkah jika aku terlahir berkulit putih bersih, ramping, dan cenderung cantik?
Cantik?
Ya, itu menurut mereka.
Bola mataku yang besar seperti boneka barbie.
Bibirku yang penuh seperti seorang gadis.
Tetapi menurut ibuku,
Akulah yang paling tampan sedunia.
Bahkan melebihi ayahku.
Dan aku mempercayainya.

Yang musti disalahkan di sini adalah pola pikir mereka.
Dan kotruksi sosial yang telah dibangun sejak dulu.
Sesungguhnya aku adalah korban.
Dari ketidakberdayaan melawan hukum di masyarakat.
Harusnya aku dilindungi.
Bukannya dijauhi.

Arghh.
Memikirkan hal-hal seperti itu, membuatku menggigil.
Dan rokokku padam, ketika angin berembus barusan.
Sialan!
Aku juga malas menghidupkannya kembali.

Aku berjalan, mencari kehangatan.
Di tengah taman, aku menemukan api unggun membara pelan.
Tanpa sadar aku mendekat. Seperti terhipnotis.
Menemukan bebek kuning kecil tengah menatap api yang meliuk-liuk.

"Seandainya kau bisa mengerti bahasaku, aku ingin bercerita. Aku akan menjadikanmu teman."

Dan aku mulai gila.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top