2. g u a r d i a n

"Kamu tidak apa-apa?" Pria itu berbalik menatapku setelah memastikan dua preman yang babak belur dihajarnya pergi. Aku menggeleng sebagai jawaban. Tak seharusnya ia mengkhawatirkan orang lain, ketika tubuhnya penuh luka.

Aku menyesal. Karena melindungiku, dia terluka. Andai saja aku tidak melewati gang sempit ini. Semua takkan terjadi.

Aku meremas ujung sabuk merah Taekwondo-ku yang masih melingkar di pinggang. Menyembul di antara resleting jaketku yang tidak tertutup. Berlatih selama tiga tahun rasanya sia-sia.

"Maaf." Pria itu tersenyum setelah mendengar suaraku. Dekik menawan timbul di salah satu pipi lebamnya.

Ia mengacak rambut hitamku gemas. Lantas berlalu melewatiku.

"Terima kasih."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top