14. i s t a n a

"Dimana ini ?"

"Ini rumah calon suami adikmu."

"Kukira ini rumah presiden."  Seketika itu juga, sebuah jitakan mendarat di kepalaku. Akupun meringis. "Dasar ngaco!"

Aku kembali menengadah, mengagumi arsitektur rumah berwarna putih gading di depanku. Empat pilar besar memayungi pintu yang berdiri kokoh itu. Ah, eksteriornya saja sudah sangat megah. Dan aku yakin, gagang pintunya terbuat dari emas.

"Woah, calon adik iparku ternyata seorang konglomerat. Selamat, Adikku!" Aku berseru bangga.

"Dan ketika kami menikah, tinggal kau seorang masih single." Aku mencebik mendengarnya.

"Aku sudah punya calon suami."

"Dimana? Cepat kenalkan padaku!"

"Belum pasti jadi suami sebenarnya, karena dia belum menjawab lamaranku."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top