13. a h j u s s h i


Aku mendengar kursi berderit. Kulihat dari ujung mata, wanita itu beranjak dari kursinya. "Terima kasih untuk semuanya. Aku pergi."

Ada kerak menyakitkan yang perlahan merobek dinding hatiku. Aku tak kuat. Lebih baik beranjak. Ketimbang terciduk menangis sesegukan di tempat seramai ini.

Namun, belum sempat aku mengangkat tubuh. Sebuah bibir kecil namun agak tebal menyentuh salah satu pipiku. Basah. Dan dingin. Tapi nikmat.

Dalam sekejap, otakku terasa kosong. Kebas dan membeku.

"Maaf, aku lancang, Ahjusshi. Maukah kau menikah denganku?"

Suara lembut itu menyadarkanku. Namun secepat kilat membuatku terbelalak.

"Aku kalah taruhan dari teman-temanku, Ahjusshi. Maafkan atas kelancanganku. Tetapi kau harus menjawab pertanyaanku sekarang." Mata bulat bening itu menatapku penuh harap. Bibirnya yang penuh terlihat segar. Badannya ramping dan sexy. Ah, tipe idealku.

Baru saja putus dengan mantan, aku sudah akan mendapat penggantinya. Beruntung sekali, bukan?

Namun tunggu.

Dada gadis itu masih rata.

"Berapa umurmu?" Gadis itu duduk di sebelah kursiku. Berjarak lebih dekat denganku. Berbeda dari mantan kekasihku tadi yang duduk di seberangku.

"11, Ahjusshi." Pantas saja.

Aku memutar tubuhku dan menemukan tiga gadis lain yang memakai seragam seperti gadis didepanku. Mereka sedang cekikan ketika temannya sedang melawan ketakutan.

Aku menghela napas.

"Kau masih terlalu kecil. Datanglah padaku lima tahun lagi. Dan akan kujawab lamaranmu." Ia mengigit bibitnya, resah. Sepertinya bukan jawaban seperti itu yang ia harapkan.

"Kau tahu? Kita masih sekolah. Jika aku menerima lamaranmu, bagaimana sekolah kita?" Ia menghela napas frustasi.

"Cukup tolak aku, Ahjusshi!"

"Hei, jangan panggil aku Ahjusshi. Apa aku terlihat setua itu?"

"Ah, maaf, wajahmu boros." Ekspresinya tidak menunjukan rasa menyesal. Karena gelisah lebih mendominasi.

"Bagaimana?"

Aku masih bingung. Secara logika, semua orang pasti akan menolaknya, ketika berada di posisiku. Namun, gadis itu terlalu menarik untuk kulepaskan.

Tanpa berpikir lebih lama. Tubuhku mendekat, mencium puncak kepalanya. Membuat gadis itu menegang. Dan teman-temannya menjerit iri.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top