45 - Kebahagiaan
Laluna Emalia Putri menghela napas sebelum meraih kantung plastik di sampingnya yang berisikan kelopak-kelopak bunga. Luna menaburkan kelopak-kelopak bunga itu di atas sebuah pusaran tanah dengan tatapan tenang dari bawah hingga ke batu nisan bertuliskan nama seseorang yang belum pernah Luna temui sebelumnya.
Narayana Aneska Yuan.
Tak terasa, waktu berlalu sangat, begitulah yang Luna rasakan. Hidup Luna kembali normal, tentu saja meskipun, semua fakta yang dia dengan sangat terlambat itu cukup menyiksa batin dan pikiran, bahkan sampai sekarang.
Luna sama sekali tak tahu jika Nara yang selama ini berada di dekatnya adalah Nara yang berbeda dengan Nara yang Davi, Wisnu dan Lutfi kenali. Nyatanya, Nara yang Luna kenali adalah Kinara Aneska Yuan, saudari kembar Narayana Aneska Yuan. Kinara marah dan membenci keluarga Syahm karena telah menghancurkan hidup keluarganya jadi, dia menyamar menjadi Nara dan membiarkan Davi jatuh ke dalam perangkapnya sebelum akhirnya, dia melangsungkan niatan awalnya untuk menghancurkan keluarga Syahm.
Sialnya, Davi tak sebodoh itu. Bahkan, sejak awal bertemu Kinara yang sudah mengaku sebagai Nara, Davi sudah tahu semuanya dan Davi memilih untuk diam, mengikuti alur yang Kinara buat. Sederhana, Davi juga merasa bersalah atas apa yang terjadi pada keluarga Nara sehingga dia memilih untuk menurut masuk ke perangkap Kinara, hitung-hitung sebagai permohonan maaf.
Nara meninggal satu tahun sebelum Kinara muncul menggantikan dirinya. Nara meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil dan tewas di tempat.
Davi memang tahu jika Nara yang berada bersamanya itu bukan Narayana, tapi Davi baru mengetahui bagaimana perkembangan terakhir Nara dari Kinara. Tak ada yang menyangka betapa kacaunya Davi saat mengetahui fakta Nara sudah meninggalkan dunia. Davi hampir bermalam di samping pusaran Nara, menangisi kepergian cewek itu.
"Udahan belum?"
Lamunan Luna buyar, cewek itu mendongak dan tersenyum kepada seorang cowok tampan yang berdiri di belakangnya, menyodorkan tangan hendak membantu Luna untuk berdiri.
"Bentar lagi boleh?"
Wisnu Audri Prasetya diam sejenak. "Kamu udah satu jam lebih di sini, Luna."
Luna memejamkan mata sebelum mengangguk dan meraih tangan Wisnu yang terulur padanya. Luna bangkit berdiri. Setelah berdiri, dia menepuk pakaiannya yang kotor oleh tanah. Senyuman tipis muncul di bibirnya dan ditujukan pada Wisnu, cowok yang selama ini selalu berada di sisinya.
"Mending curhat sama seseorang yang udah di surga, ya, daripada sama seseorang yang masih bernyawa. Kayaknya lebih cepat didengar Tuhan." Luna bergurau, terkekeh kecil.
Wisnu menatap Luna sekilas sebelum menunduk. "Ah, maaf tentang yang kemarin. Aku gak maksud sama sekali buat bikin kamu marah."
Luna mengangguk kecil. "Ya, udahlah, Nu. Gak penting juga. Itu masalah kecil, kok."
Masalah kecil yang Luna maksud adalah saat Wisnu yang menjadi pusat curahan hati Luna secara tak sengaja membeberkan curahan hati Luna, kepada Ibunda Luna, yang berujung pada kemarahan sang Ibu akan kebodohan yang sudah Luna perbuat.
Luna melangkah meninggalkan makam mendahului Wisnu yang segera menyusulnya. Sambil melangkah beriringan, "Davi gimana, Nu?"
Wisnu menghentikan langkahnya dan Luna juga ikut berhenti, menatap Wisnu sambil nyengir. "Nanya doang, kok. Bukan apa-apa." Luna menambahkan cepat.
Well, dunia entertainment dilanda kesedihan tatkala aktor Davino Alaric Syahm mengadakan konferensi pers tahun lalu dan menyatakan jika dia memutuskan untuk mundur dari dunia entertain. Setelah itu, Davi pergi ke negeri Paman Sam dan tinggal di sana, melanjutkan pendidikan yang selalu dicita-citakannya. Davi punya cita-cita untuk menjadi seorang aparat penegak keadilan. Dia punya minat besar pada hukum.
Perusahaan kecil keluarga Syahm yang baru dibangun kembali mulai berkembang cukup pesat dalam satu tahun terakhir. Terima kasih pada Lutfi dan juga Wisnu yang sangat berperan akan keberlangsungan perusahaan. Doa serta dukungan moril dari Alan Syahm juga jelas-jelas yang membuat perusahaan itu dapat berkembang.
Lutfi juga harus dihadapkan dengan Maura yang hamil dan mengidam sesuatu yang sangat aneh. Pernah suatu hari, Maura mengidam ingin bertatap muka langsung dengan Davi, saat itu juga. Lutfi sampai kalang kabut karena Davi benar-benar sulit dihubungi. Akhirnya, setelah dapat dihubungi, Davi melakukan panggilan video dengan Maura dan Maura merasa lebih tenang.
Lutfi sampai geleng-geleng kepala. Sepertinya tak akan heran jika anaknya kelak justru lebih mirip Davi daripada Lutfi.
Wisnu menghela napas. "Davi sehat. Kemarin malam videocall sama Kak Maura." Wisnu menjelaskan dan Luna tersenyum.
Tangan Luna meraih tangan Wisnu dan menggandengnya erat. "Gak usah pasang muka gitu, lah, tiap aku tanya Davi. Bukannya semua udah jelas? Aku terima kamu lagi. Itu berarti aku pilih kamu." Ibu jari Luna mengelus punggung tangan Wisnu.
Wisnu tersenyum tipis dan balas menggenggam tangan Luna. "Aku masih...takut kamu bisa dengan mudah berubah pikiran."
Luna terkekeh geli. "Kamu mau aku berubah pikiran?"
Buru-buru Wisnu menggeleng. Luna tersenyum, satu tangannya yang bebas menyentuh pipi Wisnu. Secara tiba-tiba, Luna mencondongkan tubuhnya ke arah Wisnu dan mengecup pipi cowok itu singkat.
Tanpa ada rasa ragu, Luna tersenyum dan berkata mantap, "Aku sayang kamu."
Wisnu menahan napas dan balas tersenyum. "Aku apalagi."
Setelah itu, keduanya melanjutkan langkah kaki mereka melangkah meninggalkan pemakaman tersebut sambil sesekali menatap satu sama lain dan tertawa.
☢☢☢
"Gue mau lanjut kuliah hukum di Amerika. Sekalian nyari angin segar. Di Indonesia, mana bisa gue kuliah dengan normal saat muka gue dikenalin banyak orang."
Wisnu menghentikan kegiatannya bermain playstation dan beralih menatap Davi yang tengah duduk di sofa, menatap Wisnu bermain dengan wajah letihnya. Davi baru saja kembali setelah menyelesaikan syuting sebuah iklan. Wisnu sudah kembali tinggal di apartment Davi, atas permintaan Davi sendiri.
Satu alis Wisnu terangkat. "Lo serius? Udah bicarain sama Papa? Papa mana mau jauh-jauhan sama lo."
"Gue udah ngomong sama Papa, sama Lutfi juga. Tadinya Papa gak mau gue kuliah di luar, tapi akhirnya dia ngizinin setelah Lutfi bantu gue ngejelasin semuanya." Davi menjawab santai.
Wisnu menghela napas. "Oh, gitu."
Wisnu berbalik dan mulai memainkan playstation lagi meskipun, dia mulai cemas dan sejujurnya, sangat ingin memprotes keputusan Davi. Biar bagaimanapun, Wisnu mana pernah berjauhan cukup lama dengan Davi. Davi sudah seperti adik untuknya, seseorang yang selalu Wisnu cari pertama kali jika Wisnu berada dalam kesulitan. Davi adalah orang yang selalu ada untuk Wisnu dan Wisnu tak yakin dia bisa mencurahkan isi hatinya pada orang selain Davi.
"Gue titip Luna, ya."
Tubuh Wisnu membeku saat Davi mengatakan hal itu. Wisnu tak menoleh sedikitpun, tapi Davi terus berkata, "Gue tau lo masih sayang banget sama dia. Jadi, gue saranin lo jangan berhenti ngejar dia. Dia masih labil, keputusan hatinya belum keputusan akhir."
Wisnu tersenyum sinis. "Setelah semuanya yang lo perbuat, bikin dia makin sayang sama lo, lo mau lepasin dia?" Wisnu menoleh, memicingkan mata kepada Davi yang tersenyum tipis.
"Boleh gue jujur? Gue sayang sama Luna dan lo salah kalo bilang gue mau lepasin Luna." Davi tersenyum kecil, sedikit menunduk menghindari tatap mata langsung dengan Wisnu, "Gue gak lepasin dia. Gue cuma mau dia bahagia dan gue gak akan bisa ngasih kebahagiaan itu ke dia. Gak akan pernah bisa."
Davi mengangkat sedikit wajahnya hingga matanya bertemu dengan mata Wisnu. "Jadi, lo harus pastiin dia bahagia, oke?"
Wisnu tersenyum mengejek. "Lo bercanda? Mana mungkin dia bahagia sama gue sejak kebahagiaannya adalah lo."
Davi diam sejenak sebelum menggelengkan kepala. "Enggak, dia gak akan bahagia sama gue. Dia cuma akan bahagia sama lo, Nu."
"Lo sayang dia. Dia sayang lo. Lo masih nahan-nahan buat bersatu sama dia dan biarin dia terus berharap sama lo tanpa ada kepastian?"
"Gue udah kasih dia kepastian. Gue dan dia gak bisa bersama dan lagi, bukannya lo masih sayang sama dia?"
Wisnu berdecak. "Jadi, lo gak bisa sama Luna karena gue? Duh, Dav. Gue lagi proses move on. Luna bukan satu-satunya cewek yang bisa gue dapetin. Silahkan lo jadian sama dia, nikah kalo perlu." Wisnu terkekeh.
"Gue jadian sama Luna dan biarin lo ngegalau entah sampai kapan?"
Wisnu diam, tak berani menjawab. Davi tersenyum. "Wisnu, lo berhak bahagia dan untuk saat ini, gue gak akan egois. Gue mau lo bahagia dan Luna adalah sumber kebahagiaan lo." Davi mengambil jenak sejenak sebelum melanjutkan, "Perasaan seseorang mudah berubah jadi, sebisa mungkin lo harus ngubah rasa sayang Luna. Kembaliin rasa sayang dia yang dulu pernah ada buat lo."
"Gue gak akan pernah bahagiain dia, kalo rasa tertarik gue ke dia hanya sebatas karena dia lebih baik dalam memerankan Narayana, jauh lebih baik daripada Kinara." Davi memejamkan mata, "Dia punya banyak kesamaan sama Nara dan itu yang buat gue suka dan sayang sama dia. Gue gak yakin gue akan sayang dia sebagai Luna, tanpa bayang-bayang Nara."
Davi tersenyum tipis. "Lagian, lo udah berkorban banyak buat kebahagiaan gue, Nu. Sekarang, kasih gue kesempatan gue bahagiain lo dan...satu hal lagi yang paling penting."
Davi menahan napas dan menghelanya perlahan, kembali tersenyum. "Rasa sayang gue ke lo lebih besar daripada rasa sayang gue ke Luna."
☢☢☢
Sudah hampir setahun belakangan Davino Alaric Syahm menghabiskan hari-harinya belajar ilmu hukum di salah satu kampus terbaik di Los Angeles. Hidup sebagai selebriti benar-benar membuatnya belajar banyak, terlebih lagi tentang privasi yang akan sulit untuk tak diketahui publik. Satu tahun lalu, Davi membuat keputusan untuk mundur dari dunia entertainment di Indonesia, setelah membayar denda pemutusan kontrak yang nyatanya sangat tidak main-main nilainya. Tapi Davi senang. Dia bebas sekarang, tanpa ada wartawan yang mengikuti, tanpa ada banyak orang yang mengganggu waktu senggangnya. Davi senang dengan hidupnya sekarang. Ya, setidaknya itu yang selalu dia coba untuk tekankan.
Selain tentang karir, Davi juga sudah membuat keputusan besar untuk membiarkan Luna dan Wisnu bersama, berbagi kebahagiaan meskipun, sejujurnya itu keputusan yang sangat sulit. Bukankah cinta datang karena terbiasa dan mungkin itulah yang terjadi pada Davi dan Luna.
Tapi sebesar apapun rasa cinta Davi kepada Luna, Davi tak ingin egois dan merebut cewek itu dari Wisnu yang jelas jauh lebih mencintai Luna daripada Davi. Wisnu sudah sangat banyak berkorban untuk Luna. Sangat jahat rasanya jika Davi merebut Luna begitu saja, setelah sekian lama Davi memainkan perasaan cewek itu dengan tak kunjung memberi penjelasan tentang rasa yang dimilikinya.
Lagipula, Davi tak mau kehilangan Wisnu hanya karena masalah cewek. Wisnu adalah seseorang paling berharga dalam hidup Davi, yang selalu ada di sisinya.
Tentang Kinara, entahlah. Davi mencoba untuk tak berhubungan lagi dengan kembaran Nara itu mengingat apa yang dia lakukan benar-benar sulit dimaafkan. Bukan, bukan tentang tunangannya yang memfitnah Davi dan menyebarkan banyak gosip murahan tentang Davi dulu, tapi tentang bagaimana dia berpura-pura menjadi Nara dan membuat semua orang percaya dia adalah Nara.
Hanya ada satu Narayana Aneska Yuan di mata Davi dan Kinara Aneska Yuan sekalipun tak akan mampu menggantikan Nara.
Ah, Davi sangat frustasi saat tahu jika Nara sudah menghadap Yang Maha Kuasa. Hampir sebulan Davi mengurung diri hingga Nara muncul di mimpi Davi dan meminta cowok itu untuk bangkit dan melanjutkan hidupnya dengan baik. Termasuk juga tentang permintaan supaya Davi mencari cewek lain, cewek yang harus dia perjuangkan untuk terus bertahan di sisinya.
Selama tinggal di Amerika, kegiatan Davi selain belajar adalah berjalan-jalan di sore hari, menikmati suasana kota Los Angeles yang cukup ramai. Davi melangkah di sepanjang trotoar, dengan tangan yang tersembunyi di dalam saku jaket tebal yang dia kenakan.
"Argh!"
Langkah Davi berhenti bersamaan dengan seseorang yang mengaduh setelah berjalan cepat dan menabrak bahu Davi. Seorang cewek, berambut panjang dan dengan wajah yang cukup familiar untuk Davi. Cewek itu juga terlihat terkejut saat melihat Davi.
Cewek itu membuka mulut, hendak mengatakan sesuatu, tapi buru-buru dia menggeleng dan seperti menggumamkan sesuatu pada dirinya sendiri. Davi memutar bola matanya.
"Selain pake kaki, usahain kalo jalan lihat-lihat pake mata." Davi berujar pedas.
Cewek itu memicingkan mata. "Gue buru-buru! Lo ngalangin jalan!"
Davi berdecak. "Gue yang ngalangin jalan atau lo yang gak ngelihat jalan?"
Cewek berambut panjang itu menggigit bibir bawahnya. "Ya, maaf! Udahlah, gue duluan!"
Cewek itu baru mau melangkah, tapi tangan Davi menahan lengannya dan membuat cewek itu berhenti. Cewek itu berbalik dan hendak mengomel, tapi senyuman penuh arti yang Davi berikan kepadanya membuat dia luluh dan seakan melupakan niatan awalnya untuk mengomel.
"Gue traktir Starbucks mau gak? Hari ini lo pasti capek ngikutin jalan sore gue yang lebih jauh dari biasanya, kan, Kayla Juanita?"
Cewek itu tak mampu mengeluarkan kata apapun saat Davi meraih tangannya, menggandengnya untuk melangkah bersama menuju ke tempat yang dituju oleh Davi, dengan jantung yang berdebar tak karuan. Tapi dia memilih untuk menurut.
Lagipula, sudah beberapa hari belakangan Kayla menjadi stalker Davi. Tidak, Kayla bukan seorang penggemar fanatik Davi, tapi dia mengaku, sejak Davi menawarkan mobilnya untuk Kayla tumpangi saat mobil Kayla mogok di tengah jalan menuju kampus, Kayla tak bisa melupakan kejadian itu. Kayla ingin membalas kebaikan Davi, dia mengikuti Davi ke manapun, tapi dia tak mempunyai keberanian besar untuk menghampiri Davi sekedar mengatakan terima kasih dan membalas Davi dengan mentraktir minum kopi.
Davi tak bodoh untuk tak mengetahui keberadaan Kayla di dekatnya selama beberapa hari belakangan dan hari ini, Davi sudah membulatkan tekad, matang-matang.
Davino Alaric Syahm sudah menemukan seseorang yang akan dia perjuangkan.
☢☢☢ TAMAT ☢☢☢
Guys, finally cerita ini tamat juga setelah ada pergolakan batin (ciaelah) apakah endingnya Davi sama Luna atau Luna sama Wisnu? Tapi atas rekomendasi kalian juga wkwk gue mutusin kalo Wisnu lebih berhak bersama Luna daripada Davi. Gue gak mau Davi jones karena dia gak sama Nara dan Luna alhasil, gue buat happy ending buat Davi dengan menemukan cewek lain yang bisa diperjuangkan:')
Intinya, terima kasih banget yang udah mau ngikutin cerita ini dari awal sampai akhir. Maaf atas segala kekurangan dan segala hal gak berkenan dari cerita ini.
Salam hangat dari pasangan-pasangan di Boomerang,
Luna & Wisnu
Lutfi & Maura
And our soon to be couple,
Davi & Kay
Btw, aku udah post cerita baru. Judulnya: Desember and I hope you guys like it. Thank you :)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top