02 - Gang Biru
Jika kalian pikir Luna adalah cewek-cewek menye dan feminim, kalian salah besar. Laluna Emalia Putri hanyalah cewek biasa yang kerapkali sulit mengendalikan emosi dan mood buruknya. Di kampus, Luna cukup terkenal karena saat OSPEK, dari ratusan calon mahasiswa, hanya Luna yang berani memprotes senior ketika sang senior menjemur para peserta OSPEK di tengah siang bolong dengan memaksa mereka mengenakan jaket jeans berwarna hitam. Sejujurnya, jika mengingat kejadian itu Luna pasti akan tertawa apalagi mengingat ancamannya sendiri kepada si senior yang untungnya sudah lulus setelah beberapa tahun memusuhinya.
"Eh, gue sodara jauhnya Jokowi. Liat aja gimana nasib kampus ini kalo gue laporin ke Om Joko tentang kelakuan para senior ke calon juniornya."
Luna tak bohong tentang memiliki saudara jauh bernama Jokowi yang dipanggilnya Om Joko. Tapi jelas-jelas bukan Jokowi yang saat ini berstatus sebagai presiden Republik Indonesia. Om-nya Luna bernama Jokowi saja, bukan memiliki nama panjang Joko Widodo.
Gara-gara Jokowi itu, Luna ingat beberapa mahasiswa pernah atau bahkan sampai sekarang masih sering mendatanginya hanya untuk berjabat tangan dan menitipkan pesan kepada Jokowi, lewat Luna. Tenang saja, pesan itu selalu sampai ke Jokowi yang Luna kenal, lewat SMS.
Selain karena kejadian itu, Luna juga terkenal di kampus karena kejahilannya. Dia cewek jahil yang tak pernah pandang bulu mengerjai teman-temannya.
Teman dekat Luna tak banyak. Total hanya ada tiga orang. Mereka membuat gang yang Luna namai sendiri sebagai gang Biru karena hobi mereka berlima yang setiap mengadakan pertemuan akan sangat bersemangat ketika topik yang mereka bicarakan adalah tentang film biru.
Jika kalian juga berpikir Luna cewek polos, itu salah besar. Di gang Biru yang selain Luna beranggotakan Rahayu Ajeng alias Ayu, Siska Aulia Rahmat alias Siska dan Temmy Maulana Syarif alias Temi, yang paling hatam teori mengenai hal-hal berbau film biru justru adalah Luna. Dari gaya jongkok sampai gaya kejang-kejang, Luna pasti akan cepat paham dan mengerti. Sinyal tangkap Luna terhadap hal seperti itu jauh lebih cepat dari laju kereta di Jepang yang selama sepuluh tahun terakhir hanya pernah terlambat satu-dua kali dan itu juga hanya terlambat satu-dua menit tak seperti kereta di Indonesia yang jarang sekali tepat waktu.
Setelah kelas terakhir, seperti biasa, Luna pasti akan ke kantin dan nimbrung dengan gang Biru yang memang sudah memiliki teritorial tersendiri di kantin. Meja di kantin kampus Luna punya nomor dan nomor 6 adalah meja kekuasaan gang Biru yang hukumnya haram untuk dijamah oleh orang lain.
"Lo udah nonton yang Real belum? Itu, loh, yang main cowok gue, Kim So Hyun."
Baru bergabung, Ayu sudah membahas tentang film Real yang diperankan oleh Kim So Hyun dan juga Sulli. Luna berdelik melihat Siska yang langsung menjawab pertanyaan Ayu dengan gelengan kepala. Informasi saja, di gang Biru, Siska adalah yang paling polos. Dikasih tonton drama Korea Suspicious Partner pas adegan ciuman panas Ji Wook dan Bong Hee saja, dia jejeritan. Apalagi dikasih tunjuk adegan film Real atau yang lebih hot lagi, film Fifty Shades of Grey?
"Tapi Sulli rata. Gue gak nafsu. Coba aja yang mainin peran yang sedikit lebih berisi. Apalagi Sunny SNSD." Temi yang merupakan satu-satunya cowok di gang Biru berkomentar.
Walaupun, cowok satu-satunya di gang yang sebagian besar beranggotakan cewek, bukan berarti Temi masuk dalam golongan cowok-cowok melambai. Dia juga punya gang lain di luar sana yang beranggotakan para cowok berandalan yang hobinya ngerokok ditemani kopi hitam sambil angkat kaki di warung kopi remang-remang.
Nah, di luar kampus, Temi masuk ke gang itu sedangkan di kampus, dia harus berpuas diri bergabung dengan gang Biru karena diusir dari gang Para Cowok Keren kampus. Alasannya sangat sederhana, hanya disebabkan oleh kecintaan tanpa batas Temi kepada SNSD, apalagi Sunny. Para Cowok Keren di kampus mereka lebih cinta JKT48 daripada girlband Korea.
"Tapi So Hyun-nya ganteng banget, guys. Adegan pertama aja udah buka-bukaan. Badannya itu, loh. Rawr."
Luna dan Temi tertawa ketika Ayu menirukan suara kucing. Siska hanya melongo seperti orang bego, tapi begitulah dia. Sebenarnya, Siska itu pintar. Pintar bikin orang geregetan dan rasanya pingin nabok itu cewek saking kelewat pintarnya.
"Copy ke flashdisc gue, dong, Yu. Kok, gue penasaran."
Luna buru-buru menggeleng. "Jangan, Sis. Filmnya kurang bagus. Lo udah download Fifty Shades of Grey, belum? Lo tonton itu dulu, baru film Real."
"Tapi wifi di kost-an gue lemot banget, Lun. Gak bisa dipake buat download dari kemaren." Siska mengerucutkan bibir dan Luna baru mau menanggapi ketika sebuah suara terdengar.
"Jangan ngajarin anak orang yang gak bener."
Perhatian gang Biru teralihkan oleh suara itu. Bohong jika Luna tak tersenyum lebar mendapati Wisnu yang entah sejak kapan berdiri di dekat meja mereka, tapi Luna buru-buru mengubah ekspresi wajahnya menjadi biasa saja seakan kedatangan Wisnu itu bukan hal yang menakjubkan walaupun, Luna benar-benar senang.
"Halo, Wisnu." Siska menyapa Wisnu ramah dan hanya ditanggapi senyuman tipis oleh Wisnu yang langsung menarik kursi kosong di dekat Luna seakan-akan kursi kosong itu memang hanya disediakan untuknya.
"Lama gak keliatan, Bro? Masih main Counter Strike lo?" Temi dan Wisnu melakukan salam khas cowok.
Wisnu mengangguk. "Gak peduli, lah, itu games udah sejadul apa. Gue gak akan pernah ngelupain games yang udah bawa gue ke Jerman dan walaupun, menang sebagai runner up."
Wisnu memang gamer paling profesional yang Luna—bahkan anggota gang Biru kenal. Sudah berapa negara Wisnu sambangi secara cuma-cuma sebagai perwakilan Indonesia di ajang permainan-permainan online Internasional. Dari GTA, Counter Strike, Point Blank dan yang sekarang sedang hitz, Mobile Legend. Bermain games juga pekerjaan tetap Wisnu. Terdengar seperti judi, tapi setiap mendapat tantangan dari para gamers lain setiap minggu, Wisnu bisa menghasilkan lima ratus hingga dua juta rupiah. Hanya bermain games online.
Tapi seberapa besar pun prestasi Wisnu di bidang yang satu itu, Luna tak akan sudi menikah dengan Wisnu dan dinafkahi hasil dari bermain games.
Apalagi mengingat Wisnu pernah hampir mati karena tersetrum ketika komputernya korsleting akibat dipakai bermain games selama seminggu penuh, jeda hanya sedikit. Luna jadi was-was. Selain tersetrum, Wisnu juga pernah harus dilarikan ke rumah sakit karena pingsan kehabisan cairan. Bermain games membuatnya lupa segalanya. Termasuk kesehatan dirinya sendiri.
"Jadi, kan? Aku gak terlambat, loh."
Wisnu beralih menatap fokus cewek yang kemarin memaki dan menyumpah serapah kepadanya lewat telepon. Sejujurnya, Wisnu juga mau tertawa saat Luna yang menghubunginya pertama tadi pagi sebelum sempat Wisnu memberanikan diri untuk meminta maaf.
"Aku sewa mobilnya Davi biar bisa lebih bebas. Kamu mau ke mana, aku nurut dan kamu bisa pegang HP dan Nintendo DS aku yang ada di mobil."
Luna memicingkan mata. "Katanya, gak mau dibawa."
Wisnu nyengir. "Sebenarnya, aku sampai di kampus kamu dari satu jam lalu. Tapi kamu gak keliatan-keliatan dan tanpa HP serta Nintendo DS, mana betah aku nunggu lama-lama."
"Ya, iyalah. Games dulu, baru kamu, Luna." Temi menggoda yang disertai tawa Siska dan Ayu. Luna menatap Temi galak sebelum beralih menatap Wisnu lagi yang kali ini tersenyum manis kepadanya.
Siapa yang tahan akan senyuman manis Wisnu? Siska dan Ayu bahkan pernah mengaku ingin nikung Luna setelah melihat senyuman manis Wisnu itu.
"Berangkat sekarang aja, deh. Lama-lama panas ngeliat dua cewek centil ini."
Luna bangkit berdiri dan menarik lengan Wisnu supaya cowok itu ikut berdiri melihat Siska dan Ayu yang lagi-lagi memasang wajah penuh harap setelah melihat senyuman Wisnu tadi.
"Guys, duluan, ya."
Kemudian, Luna menarik Wisnu pergi dari kantin sebelum sempat Wisnu berpamitan kepada sahabat-sahabat Luna yang masih sempat-sempatnya Luna cemburui.
Sesampainya di area parkir, Luna melepaskan tangannya yang tadi menarik lengan Wisnu. Bibirnya mengerucut. "Aku masih marah sama kamu. Jangan tambah masalah lagi dengan tebar pesona ke teman-teman aku."
Wisnu terkekeh geli sebelum merangkul Luna, membawa cewek itu ke dekapan hangatnya sambil berkata, "Aw, my possesive girlfriend. Jangan cemburu, dong, sama teman kamu sendiri."
Luna hanya memutar bola mata dan mengikuti langkah kaki Wisnu yang membawanya ke tempat di mana mobil Honda HRV hitam terparkir dengan mulus. Luna mengernyitkan dahi melihat mobil itu.
"Lah, mobilnya si Davi ganti lagi? Kayaknya, yang belum lama kamu bawa itu Jaguar?" Luna bertanya heran ketika Wisnu melepaskan rangkulannya, membukakan pintu mobil untuk Luna.
Wisnu mengedikkan bahu. "Biasalah. Dia gampang bosenan. Bentar lagi juga dia dengan suka rela ngasih salah satu mobilnya ke aku soalnya, pengelola apartment-nya ngebatasin area parkir khusus pemilik apartment."
"Tapi masa setiap bulan dia ganti mobil?"
Wisnu tertawa. "Enggak setiap bulan, Lunaku sayang. Dia ganti mobil kalo dirasanya, mobil yang dia pake gak enak."
Luna hanya dapat menggeleng-gelengkan kepala mendengar cerita Wisnu sebelum masuk ke dalam mobil dan duduk tenang di sana. Bahkan, Luna dapat mencium bau mobil baru ketika masuk ke dalam mobil ini.
Siapapun Davi itu, dia pasti anak orang kaya manja yang hanya dapat menghabiskan harta tujuh turunan orangtuanya tanpa mau bekerja mengeluarkan keringat.
Setidaknya, itulah penilaian kesekian Luna kepada Davi yang sampai detik ini belum ditemuinya.
☢☢☢
Hanya orang pedalaman yang tidak mengenal sosok Davino Alaric Syahm yang tanpa perlu tampil di sinetron kejar tayang televisi setiap hari, tapi mampu mengumpulkan lebih dari dua setengah juta followers di akun Instagramnya, davinoas.
Wajah tampan blasteran dengan rahang keras, alis tebal, hidung mancung dan bibir tipis merah muda tanpa perlu olesan lipstick itu jelas menjadi daya tarik tersendiri Davi yang sewaktu SMA hampir tiap hari mendengar pernyataan cinta cewek-cewek yang memang sulit menampik pesona cowok tersebut.
Di usia yang belum lama menginjak angka 22 tahun, wajah tampan Davi kerapkali muncul sebagai brand ambassador segala jenis produk. Mulai dari produk makanan, minuman bahkan produk kecantikan.
Pekerjaan Davi semrawutan di dunia entertain. Hampir semua bidang sudah dicoba olehnya selama tiga tahun terakhir, hanya coba-coba, tapi selalu sukses.
Pertama kali Davi menginjakkan kaki di dunia entertain, dia mengeluarkan sebuah single berjudul Hampa yang sebenarnya tak ada yang spesial. Suara Davi terdengar bagus akibat editan dan Davi mengakui itu, tapi herannya, lagu itu sempat memuncaki tangga lagu acara musik di televisi seperti Dahyat dan Inbox selama dua pekan berturut-turut. Tapi sadar akan kemampuan menyanyinya yang sangat terbatas, setelah itu Davi memutuskan untuk tak memaksakan diri menjadi penyanyi.
Single Hampa itu membawa perubahan besar dalam hidup Davi. Padahal, di video klip-nya tidak menampilkan wajah Davi, hanya sebuah animasi, tapi orang-orang penasaran hingga akhirnya berhasil menemukan Davi di akun sosial media. Sejak itu pula, Davi kebanjiran tawaran-tawaran menarik di bidang entertain.
Davi pernah menjadi aktor pendukung dalam sebuah film box office berjudul Sarimin Sayang. Di film itu, Davi mendapat beberapa adegan dan anehnya, hanya dengan sedikit adegan, nama Davi langsung melejit terkenal dan tawaran menjadi aktor utama film-film mulai berdatangan. Di sinilah posisi Davi berada sekarang.
Davi adalah seorang aktor yang selama dua tahun belakangan sudah berperan dalam lima judul film yang berhasil mendapatkan rata-rata di atas satu juta penonton. Davi cukup cerdas memilah-milih peran yang sesuai dengan kepribadian aslinya: hanya memainkan ekspresi, sangat langka berkata-kata.
Selain menjadi aktor, Davi juga seorang disc jokey dengan bayaran yang cukup tinggi untuk satu kali penampilannya. Jangan lupakan juga karirnya sebagai model dan brand ambassador produk-produk ternama.
Tak heran jika Davi masuk ke dalam kategori bintang dengan bayaran termahal. Semua orang mengenalnya, memujanya dan Davi memang salah satu bahan promosi terbaik yang ada di Indonesia saat ini.
"Hari ini, jadwal kamu cuma pemotretan untuk majalah Vogue Indonesia di Ancol, ya, Dav. Setelah itu, kamu bebas mau ngapain aja."
Atika Sari alias manajer Davi berkata sambil membuka jadwal kerja Davi yang sudah dia atur dalam bentuk memo di ponsel. Saat ini, Atika duduk di samping supir ketika Davi duduk di bangku penumpang sambil menatap ke luar kaca mobil dengan wajah dingin berkarismanya. Mereka sedang dalam perjalanan menuju ke Ancol. Mereka akan melakukan pemotretan di pantai dan Atika sudah menyiapkan sunblock terbaik untuk menjaga kulit Davi tetap dalam kondisi baik meskipun, Davi tak meminta. Tapi bayangkan saja cowok setampan Davi harus pemotretan tengah hari bolong di pantai yang air lautnya sewarna dengan teh manis. Butuh penanganan ekstra sehingga ketampanan Davi tak berkurang walaupun, mustahil berkurang.
Atika menghela napas tak mendapat respon apapun dari Davi. "Tadi pihak Clear juga nelepon, katanya kamu belum upload hasil pemotretan minggu lalu di Instagram kamu. Padahal, mereka udah kirim hasil-hasilnya ke email."
Davi menghela napas dan beralih menatap Atika lewat kaca mobil. "Upload aja. Bukannya, Kakak juga bisa buka akun Instagram aku? Email dari Clear aku forward ke email Kakak, ya."
Atika mengangguk kecil dan Davi mulai meraih ponselnya, membuka email untuk men-forward email dari pihak shampoo Clear ke email sang manajer yang dipanggilnya Kak Atika.
Setenar-tenarnya Davi, yang membuat Atika cukup bangga untuk bertahan dengannya sebagai manajer sejak pertama kali dia muncul dalam dunia entertain adalah fakta jika Davi dibesarkan oleh keluarga yang sangat menghargai dan tahu bagaimana harus beretika.
Walaupun, ada kalanya Atika hanya dapat pasrah menghadapi perubahan mood Davi yang sangat sulit untuk diterka dan hari ini, mood Davi jauh lebih baik dari kemarin.
---
Wisnu Audri Prasetya visualised by Zhang Yixing
---
Davino Alaric Syahm visualised by Oh Sehun
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top