Pertengkaran di Perpustakaan

Nova tidak bisa menahan rasa gembiranya. Tepat setelah acara api ungun selesai, gadis itu langsung melesat ke perpustakaan. Ada banyak hal yang harus dipersiapkan oleh Nova, salah satunya pengetahuan. Semakin banyak informasi yang dia peroleh, semakin lancar perjalanannya nanti. Luke belum mencarinya lagi setelah pengumuman. Karenanya Nova memanfaatkan waktu tersebut untuk mempelajari hal-hal yang berguna dalam pertemuan dengan para petinggi Autumland. Sejarah ras Asteri, misalnya.

Ruang perpustakaan berada di Rumah Utama Perkemahan Starborn, tepatnya di lantai dua bangunan terbesar di perkemahan tersebut. Rumah kayu yang berdiri di pusat perkemahan itu memiliki tiga lantai yang digunakan untuk berbagai macam keperluan. Para pengurus perkemahan seperti Nona Alie, Ivona Lacerta, istri dari Kepala Perkemahan pertama, serta Aluta Corvus sang kepala pengawas, tinggal dan berkantor di bangunan tersebut.

Begitu sampai di rumah utama, Nova segera melesat ke lantai dua. Ia menuju ruangan perpustakaan yang dipenuhi rak-rak yang bisa berpindah sendiri setiap lima menit sekali. Beragam buku disusun rapi berdasarkan topik yang dibahas dalam buku-buku tersebut. Nova berkeliling sejenak. Ia mencoba membaca-baca beberapa judul yang mungkin relevan, hingga akhirnya berakhir di bagian Sejarah Asteri.

"Hmm ... buku-buku ini mungkin cocok," gumamnya pada diri sendiri. Nova mencabut buku berjudul 'Tokoh-tokoh Berpengaruh dalam Sejarah Ras Asteri'.

Seperti semua orang di perkemahan Starborn lainnya, Nova juga merupakan salah satu anak dari Ras Asteri, yang berasal dari gugusan konstelasi bintang yang jatuh ke Bumi. Benih cahaya tersebut perlahan-lahan berubah wujud menjadi manusia pertama yang disebut Ras Asteri. Awalnya, konstelasi bintang ini membeku dari gugus Messier 64 hingga Messier 31. Kemudian berjatuhan, turun bersamaan dengan gerhana matahari total. Begitulah awal mulai munculnya Ras Asteri di Bumi.

Nova dan seluruh anak lain di perkemahan tersebut tentu saja sudah menghafal sejarah tersebut sejak usia masih muda. Meski begitu, Nova tetap saja ingin membuat ingatannya semakin tajam lagi dengan membaca buku terkait hal tersebut. Kini, setelah puas berkeliling, gadis itu pun pergi ke salah satu bilik baca bersekat sembari memeluk tiga buku tebal bersampul kulit.

Turquitez

Seekor kura-kura yang sangat setia kepada Dewa Laut hingga akhir hayatnya dan memperoleh berkat diangkat ke udara. Di usia tuanya, Turquitez kembali mendapat berkat dari Dewa Langit. Tempurungnya tidak akan pecah meski menghantam benda seberat apa pun. Hanya kekuatan Dewa yang bisa menghancurkannya.

Forth

Putra Dewa Langit yang dititipkan kepada Turquitez. Forth adalah saksi dari jatuhnya asteroid-asteroid yang berubah menjadi benih cahaya di Bumi. Forth membawa benih-benih cahaya yang berubah menjadi anak manusia itu ke atas tempurung Turquitez. Namun karena banyaknya benih cahaya yang muncul, akhirnya tempurung Turquitez itu pun diubah menjadi pulau yang bermukim menjadi perkemahan besar.

Nova mengalihkan pandangannya sejenak dari buku yang dia baca. Jemarinya memainkan pena hitam sembari pikirannya melayang dalam lamunan. Nova tahu kalau perkemahan itu adalah tempat yang hebat. Meski begitu ia belum banyak membayangkan kehidupannya selepas berada di perkemahan.

Setelah cukup dewasa, Ras Asteri akan pergi ke Osicorin Island, tempat peradaban Ras Asteri berkembang. Nova benar-benar ingin menjadi seperti ayahnya. Ayah Nova adalah seorang Gunner berbakat. Kemampuan gadis itu merakit senjata berasal dari beliau. Meski Ibunya adalah seorang mage dari Ras Asteri juga, tetapi Nova lebih cenderung memiliki bakat yang sama dengan ayahnya.

Nova menghela napas panjang lantas melanjutkan membaca bukunya. Tidak ada informasi baru lagi yang menarik. Rata-rata isi buku tersebut sudah dikuasai oleh Nova. Forth, sang Putra Dewa Langit, sekaligus Kepala Perkemahan yang pertama, merupakan suami dari Ivona Lacerta yang kini juga tinggal di perkemahan Starborn bersama Nona Alie. Ivona dulunya berasal dari pondok tank yang jatuh cinta pada sang Kepala Perkemahan. Sungguh romansa yang menarik.

Setelah itu Ivona dan Fort memiliki putra bernama Arnav Ryusan, yang melanjutkan tugas ayahnya sebagai Kepala Perkemahan. Forth dipanggil kembali oleh Dewa Langit saat Arnav berusia 15 tahun. Sejak saat itulah Arnav pun diwarisi tanggung jawab sebagai Kepala Perkemahan generasi kedua.

Akan tetapi, Arnav justru menghilang secara misterius setelah tiga tahun menjabat. Posisinya digantikan oleh Alie Samara Crux, sang Kepala Perkemahan saat ini. Beliau berasal dari rasi bintang Crux, yang dulunya berada di bawah naungan Pondok Support. Nona Alie dipilih sendiri oleh Ivona karena kabarnya dia memiliki ikatan dengan Arnav, putranya. Tidak ada yang tahu ikatan semacam apa itu, begitu pula dengan Nova.

"Ah ... melelahkan," desah Nova sembari meregangkan tubuhnya yang kaku karena terlalu lama duduk fokus dan membaca.

Gadis itu pun akhirnya menutup buku ketiga yang sudah dia baca. Malam sudah semakin larut dan ia pun mulai mengantuk. Dengan lelah ia pun membereskan buku-buku tersebut dan berniat untuk mengembalikannya ke dalam rak.

Akan tetapi, baru saja Nova keluar dari biliknya, mendadak tubuhnya justru menabrak seseorang yang berjalan di belakangnya. Seluruh buku-buku Nova pun jatuh berhamburan di lantai. Beruntung Nova berhasil menguasai keseimbangannya dan tidak ikut terjatuh. Ia hanya buru-buru berlutut untuk mengambil bukunya sembari berniat meminta maaf pada orang yang sudah ditabraknya.

"Ma ... ."

"Apa kau tidak punya mata?!" potong orang itu dengan nada membentak.

Sontak Nova pun terpancing. Gadis itu mendongak dari kesibukannya menata buku demi untuk melihat manusia arogan mana yang mengomel hanya karena kecelakaan kecil. Rupanya seorang pemuda dari pondok lain. Nova tidak terlalu mengenalnya dan tidak peduli juga siapa namanya. Namun sikap menyebalkan itu harus dibalas dengan menyebalkan pula.

"Apa kau tidak bisa melihat mataku di sini?" sahut Nova yang kini sudah bangkit berdiri sembari menunjuk dua matanya yang menatap tajam ke arah pemuda tersebut.

Sang pemuda mendengkus kesal. "Bukannya minta maaf malah melotot. Benar-benar tidak punya rasa malu," geramnya sembari berdecih pendek.

Nova tak kalah kesal. Dengan tangan terlipat gadis itu pun menatap sang pemuda dengan tatapan mencela. "Aku hanya akan meminta maaf pada orang pantas mendapatkannya," tukas gadis itu tak kalah tajam.

"Kau ... dasar sombong. Padahal kau yang menabrakku tapi kau sama sekali tidak merasa bersalah," kata pemuda itu gusar.

Nova balas mendengkus sembari memutar matanya dengan sebal. "Bagaimana bisa hanya aku yang menabrakmu tapi aku juga yang terjatuh. Lihat buku-bukuku berserakan sementara kau baik-baik saja. Kita saling bertabrakan. Baik kau dan aku sama-sama melakukan kesalahan. Aku sudah berniat meminta maaf lebih dulu tapi kau malah membentakku dengan arogan. Tidak ada secuil pun bagian dari dirimu yang pantas mendapatkan permintaan maafku," cerocos gadis itu terus mengomel.

Pemuda itu tercengang mendengar omelan Nova yang panjang lebar. Seakan kehabisan kata-kata, orang itu hanya bisa berkacak pinggang sembari menatap Nova yang sejengkal lebih pendek darinya.

"Baiklah, kalau begitu lebih baik kitaselesaikan saja di lapangan tarung," ujar pemuda itu kemudian. 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top