Pertarungan untuk Kata Maaf

Lapangan tarung berada di sisi lain perkemahan. Bangunan itu sebenarnya merupakan sebuah ruangan tertutup yang disihir sedemikian rupa sehingga tampak menyerupai pemandangan di luar. Orang-orang yang bertarung di dalamnya merasa seperti sedang bertarung di udara terbuka.

Nova dengan malas mengikuti pemuda tersebut menuju lapangan tarung. Orang ini sepertinya benar-benar berambisi untuk melakukan kompetisi demi menentukan siapa yang bersalah. Nova pun tak habis pikir karena dirinya bisa dengan pasrah terseret ke tempat itu dan harus berurusan dengan orang yang merepotkan seperti ini.

Yen, salah satu dari si kembar Yin Yen, menyambut kedatangan mereka berdua di tengah malam buta. Entah kenapa sang wasit lapangan sekaligus petugas kesehatan ini masih terjaga pada jam ini. Nova benar-benar tidak peduli. Ia hanya ingin urusan ini cepat selesai dan ia bisa beristirahat untuk melanjutkan persiapan keberangkatannya.

"Benar-benar merusak kegembiraanku hari ini," gumam Nova dengan geram sembari melirik kesal ke arah sang pemuda yang kini tengah berbicara dengan Yen.

"Baiklah, aku sudah mendengar sedikit alasan kalian bertarung hari ini. Aku yang akan menjadi wasit dan siapa pun yang keluar dari area pertarungan akan dianggap kalah. Orang yang kalah harus meminta maaf pada pemenangnya dan mengakui kesalahan dengan tulus," ucap Yen melakukan pidato pembukaan sebelum pertarungan.

"Apa?!" pekik Nova tercengang. "Hei, kau! Kau melakukan semua ini hanya untuk mendapatkan permintaan maaf? Apa ini tidak berlebihan?"

"Kenapa? Kau takut akan kalah?" tantang pemuda bermata merah itu. Menilik kedua pupil matanya yang merah, pemuda ini tentu saja berasal dari Pondok Fighter.

Nova menghela napas dengan lelah. "Terserah kau saja," gumamnya sembari berjalan ke dalam area tarung.

Pemuda itu pun menyeringai lantas turut memasuki area tarung sembari membebat tangannya dengan kain putih. Nova memperhatikan gerakan pemuda itu. Pondok Fighter artinya petarung jarak dekat. Melihat bagaimana orang itu menggunakan pembebat kain tebal di kedua tangannya, bisa berarti bahwa anak tersebut menggunakan tinjunya sebagai senjata.

Itu bukan kabar baik bagi Nova. Tipe pertarugan mereka memiliki perbedaan yang kontras. Di awal-awal, mungkin Nova bisa berada di atas angin karena mengandalkan jarak serangan yang bisa dia atur dengan kelincahannya. Namun sekali saja pemuda itu berhasil mendekati tubuhnya, maka Nova akan berada dalam masalah.

"Kedua petarung silakan bersiap," seru Yen berdiri di sisi luar lapangan sembari mengamati. "Mark Aries dari Pondok Fighter dan Nova Fornax dari Pondok Marksman."

Rupanya nama anak itu adalah Mark. Nama yang sama-sama menyebalkan seperti tingkah lakunya. Nova berdecih pelan. Gadis itu lantas memanggil senjatanya, Phobos dan Deimos. Sebuah portal dimensi muncul di kanan dan kiri tubuh gadis itu. Portal tersebu berpusar dalam warna gelap dengan sisi-sisinya dialiri energi listrik berwarna ungu muda.

Dari dalam kedua portal tersebut, Nova mencabut sebuah pistol flintlock kembar berwarna merah marun dan biru toska. Seluruh sisi luar pistol itu dihiasi sulur-sulur berwarna hitam. Begitu kedua pistol flintlock klasik itu keluar, kedua portal di sisi tubuh Nova pun menghilang.

"Mainan kecilmu sepertinya cukup mengancam," kata Mark menyeringai.

"Jangan banyak bicara dan ayo cepat selesaikan," sahut Nova dingin.

Tanpa perlu disuruh dua kali, pemuda dari Pondok Fighter itu langsung melesat begitu Yen membunyikan tanda pertarungan dimulai. Anak itu rupanya cukup gesit. Rambutnya yang berwarna ungu berkibaran dihempas angin saat dia berlari ke arah Nova. Mata Mark yang sewarna darah menatap Nova dengan sangat fokus seolah sedang membidik hewan buruan.

Di atas segalanya, ekspresi pemuda itu yang menyeringai senang saat melancarkan serangan, membuat Nova menjadi sedikit lebih waspada. Anak ini sepertinya maniak pertempuran. Orang gila yang suasana hatinya akan membaik setiap kali berada dalam pertarungan.

Kaki Nova langsung menjejak tanah. Lompatannya yang tinggi dan cepat berhasil menghindari serangan tinju berkekuatan super dari Mark. Sembari berkelit, gadis itu pun menembakkan peluru pertamanya. Dua buah peluru ether yang berwujud cahaya keperakan melesat dari kedua pucuk senjatanya, hingga menggores lengan pemuda itu.

Mark menghindar tepat pada waktunya, lantas langsung melakukan manuver kedua menuju ke arah Nova. Kepalan tinjunya mengandung energi besar hingga membentuk semacam aura merah terang yang melingkupi lengan Mark. Sedikit saja Nova tekena pancaran aura energi Mark, tubuhnya pasti akan terlempar jauh.

Manuver kedua Mark dipatahkan oleh Nova dengan lompatan ke samping. Gadis itu membidik bahu Mark untuk mengurangi kekuatan aliran energi pukulannya. Tembakannya jitu, satu peluru menembus bahu Mark hingga membuat pemuda itu mengerang pelan. Tinju kanannya tidak akan sekuat sebelumnya.

Pertarungan terus berjalan dengan seru. Nova selalu mengatur jarak agar tidak berada terlalu dekat dengan Mark. Meski begitu, Mark rupanya cukup gesit sehingga selain tembakan Nova tadi, pemuda tersebut berhasil menghindari sisanya.

"Berhenti kabur kesana-kemari, Dasar Tikus Kecil. Kita tidak sedang bermain kejar-kejaran," geram Mark sedikit tersengal.

Nova pun tak kalah lelah. Napasnya sudah pendek-pendek karena terus menghindari serangan Mark sambil membidikkan senjatanya.

"Mau bagaimana lagi. Senjataku digunakan untuk menembak dari jauh, bukan memukul seperti orang bar-bar," sahutnya tak mau kalah.

Mark meraung kesal dan kembali menerjang ke arah Nova. Gadis itu kembali melompat menjauh. Akan tetapi Mark rupanya sudah bisa membaca gerakannya. Dengan cepat, pemuda itu mengubah arah pukulannya, lantas menyambar kaki Nova yang sudah melayang di udara.

Nova terkejut. Cengkeraman Mark begitu kuat hingga membuat gadis itu tidak bisa melepaskan diri. Mark menarik pergelangan kaki Nova, lantas melancarkan satu pukulang mematikan yang langsung mengenai ulu hati Nova. Sontak gadis itu langsung terlempar sejauh lima meter hingga nyaris tersungkur ke lantai. Beruntung ia berhasil menguasai diri dan mendarat dengan kedua kakinya.

Rasa sakit mendera ulu hati Nova hingga membuatnya memuntahkan darah segar. Kakinya yang dicengkeram oleh Mark juga berdenyut-denyut nyeri. Kekuatan orang itu memang tidak main-main. Beruntung Nova sudah berhasil menembak bahunya. Kalau tidak, mungkin tulang rusuk Nova bisa remuk hanya dengan satu pukulan tersebut.

"Nova Fornax! Out!" tiba-tiba Yen berseru dari pinggir lapangan.

Nova tersentak tidak terima. "Bagaimana bisa ... ," desisnya sembari menoleh ke lantai. Rupanya benar. Satu kaki Nova sudah berada di luar garis arena tempur. "Sialan," gumam gadis itu sembari menyeka darah dari mulut lalu meludahkannya.

Di sisi lain lapangan, Mark langsung meninju udara, bersorak gembira dan merayakan kemenangan kecil itu dengan berlebihan. Nova mendengkus kesal menyadari dirinya harus kalah dari orang menyebalkan seperti itu.

"Apa kau tidak ingin mengatakan sesuatu padaku?" tanya Mark sembari berjalan mendekati Nova yang sudah menyimpan kembali senjatanya.

Nove melirik pemuda itu dengan sinis. Senyuman Mark membuatnya semakin terganggu. "Baik. Maafkan aku. Puas?" sergah Nova ketus.

Mark tertawa bahagia. "Apa kau tahu kalau suasana hatiku tadi benar-benar buruk. Aku pergi ke perpustakaan untuk menenangkan diri, tapi rupanya bertarung denganmu lebih menyenangkan. Suasana hatiku membaik berkatmu," ujarnya dengan tawa membahana.

Nova tidak mempedulikannya dan hanya berjalan keluar arena tempur tanpa berkomentar.

"Hei, kenapa kau ketus begitu? Apa kau marah? Bagaimana kalau kita berteman? Apa lukamu baik-baik saja? Aku hanya memukulmu dengan pelan tapi kenapa kau mengeluarkan banyak darah? Tubuhmu perlu dilatih lebih banyak lagi," cerocos Mark sembari menyusul Nova dan merangkulkan lengannya ke bahu gadis itu.

Nova mengernyit kesal lantas menepis rangkulan Mark. "Menyingkir, Manusia," desisnya penuh rasa penolakan.

"Jangan galak begitu. Pertarungan tadi benar-benar menyenangkan. Rasanya seperti mengejar tikus kecil yang sulit ditangkap. Kau memberi sensasi baru dalam gaya bertarungku. Kita harus sering-sering berlatih bersama setelah ini," ujar Mark terus sok akrab.

"Apa itu pujian? Aku merasa seperti sedang dihina," tukas Nova. Mark hanya tertawa keras dan terus mengikuti Nova hingga gadis itu kembali ke pondoknya. Sepertinya kali ini ia sudah terlibat dengan orang yang merepotkan. 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top