Salah Kostum?
Amanda mendengus, ia menatap Senja dengan mata bengkaknya. Dengan sangat terpaksa, gadis itu bangkit dari posisi terduduknya. Amanda bergegas menyusul Senja yang sudah cukup jauh, tetapi ia memilih untuk memberi jarak. Amanda berjalan tiga langkah di belakang Senja.
Mereka berjalan menyusuri ladang yang mulai tumbuh bahan makanan, membiarkan kemilau keemasan pada langit menciptakan bayangan pada tubuh mereka. Amanda tidak peduli, tetapi pria di hadapannya menyukai.
Senja menatap bayangannya dengan Amanda yang tampak berdekatan walau antar keduanya tercipta jarak tiga langkah. Ia tersenyum, cahaya kemilau itu bernama senja, sama seperti namanya.
Saat Amanda melihat pintu vila yang mereka tempati, wanita itu langsung mempercepat kedua langkah kaki. Ia menerobos Senja, berjalan mendahului sang pria dengan kedua kaki dihentak-hentaknya. Lalu masuk ke dalam vila dengan raut wajah masam sembari bergegas menuju kamar mandi. Berniat membersihkan diri. Satu hari berada di luar ruangan membuat Amanda merasa tubuhnya kotor. Bahkan, baju mahalnya ternoda tanah basah dari ladang. Itu membuatnya kesal.
Senja menggeleng-gelengkan kepala, "Sifatnya sama sekali tidak bisa diprediksi. Aneh, sangat aneh," gumamnya. Senja sedang berusaha menilai Amanda. Selain menyusahkan, gadis itu juga membingungkan. Suasana hatinya berubah-ubah, Senja tidak bisa memprediksi kapan suasana hati Manda membaik.
Namun sepertinya ada yang perlu disyukuri, tetapi Senja belum menyadari. Bahwa keberadaan Amanda, cukup ampuh membuatnya tertawa. Yah, walau sedikit menyusahkan.
***
Amanda merasa tidak rela karena harus berbagi kamar dengan Senja. Namun karena acara ini sudah resmi dirilis, serta kamera pengawas yang selalu aktif, ia hanya bisa mengikuti permainan. Kini, setelah hari beranjak malam. Harapan Amanda untuk bisa bersantai di atas ranjang pupus setelah Senja mengingatkan ada satu permainan lanjutan sebelum mereka beristirahat di hari pertama.
Memasak, begitu yang Senja jadikan jawaban saat Manda bertanya.
"Huh, kau tidak akan kedinginan dengan pakaian seperti itu, Manda?" Senja bertanya. Laki-laki itu mengerutkan dahi saat Amanda keluar dari Vila hanya dengan dress sifon berlengan pendek. Dan lagi, panjangnya tidak sampai ke mata kaki. Dengan semilir angain malam, Senja tidak yakin gadis itu bisa bertahan.
Pertanyaan Senja langsung ditanggapi Amanda dengan dengusan tidak suka. Wanita itu bersedekap dada, lalu berdiri angkuh menghadap pasangannya.
"Aku terbiasa seperti ini, kau keberatan?" Gadis itu bertanya dengan nada angkuh, kedua alisnya terangkat sempurna. Senja hanya bisa mengembuskan napas, Amanda terlalu keras kepala.
"Aku hanya memperingatimu karena angin malam di pesisir pantai tidak cukup baik untuk kesehatan. Apanya yang merasa keberatan," kesal Senja. Pria itu berjalan meninggalkan Senja yang menatapnya tak percaya di depan pintu Vila.
Amanda menatap kepergian Senja dengan raut wajah tidak terima, lalu tertawa sumbang dengan posisi kedua tangan yang setia bersedekap di depan dada.
"Dia mengabaikanku? Dia?" Amanda bertanya dengan nada tidak terima, lalu menunjuk pada wajahnya.
Walau dengan rasa kesal luar biasa, Amanda memilih berjalan menyusul Senja. Ini kedua kalinya pria tinggi itu meninggalkan Amanda, dan jelas tidak manusiawi.
"Senja! Tidak sopan meninggalkan gadis cantik sepertiku sendirian!" seru Amanda. Kini gadis itu berjalan tepat di samping pasangannya. Senja tidak menanggapi, pria itu hanya melirik sang gadis dengan pandangan tanpa minat. Setelahnya, ia terbahak.
Bagaimana tidak, sekarang Amanda menyesali keputusannya untuk keluar vila dengan dress tipis ini. Yang dikatakan Senja benar, udara pesisir pantai sangat sangat tidak aman. Kini, ia kedinginan.
"Sudah kukatakan bukan? Dressmu lebih cocok dipakai saat musim panas, malam ini kau benar-benar salah memilih kostum, Amanda."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top