Keinginan b
"Kalau keinginan kamu setinggi itu, apa susahnya memenuhi keinginan ayah yang mudah itu? Kamu cuma ikut reality show aja," ujar Gustav enteng dengan nada yang meremehkan Amanda.
"Oh my God! Aku nggak suka ada di layar kaca. Mana reality show gitu kan keliatan muka bantal, muka buluk, muka belum mandi." Amanda selalu on fire dan tak pernah memperlihatkan muka bantalnya di layar kaca.
"Halaaah, banyak alasan! Kamu tinggal memilih, ikut reality show atau nggak usah rayain ulang tahun." Gustav memalingkan wajah agar Amanda semakin tertekan.
"Papi nyebelin, ih!" Amanda merengut maksimal.
"Terserah, keputusan ada di tangan kamu, Manda," sahut Gustav tegas,
Nyali Amanda menciut juga melihat ketegasan sang ayah. Apa boleh buat, ia ingin pesta ulang tahun ke-25 nanti berlangsung meriah. Gadis cantik itu menghela napas dan berpikir sejenak. Terus terang, ia tidak kehilangan muka di depan teman-teman hedonnya.
"Tapi masa Manda jadi pemain, sih, Pi?" Rasa ragu kembali mengganggu Amanda.
"Kamu sekali-kali nurut sama Papi, deh. Belum ada lho anak pemilik stasiun televisi main di acara miliknya sendiri. Keren kamu kalau ikut acara ayah. Dijamin bakal dapat banyak pujian." Gustav mengeluarkan jurus andalan. Amanda pasti akan merasa terbang ke awang-awang dan merasa menjadi nomor satu. Ia tahu benar, anak itu haus pujian.
"Masa, ih?" Amanda pun menjadi antusias. Terlihat nomor satu di hadapan orang banyak memang tujuan hidupnya. Amanda tergabung dalam geng anak-anak sultan yang berteman dengan artis papan atas. Tentu ia ingin mencari muka agar semakin disanjung.
"Iya lah! Bayangkan betapa cantiknya anak Gustav Dermawan main di reality show program terbaru MND TV." Gustav sampai bertepuk tangan antusias. Jurus itu ternyata berhasil.
"Ya udah, asal pestaku dibuat meriah dan ada artis Koreanya." Amanda akhirnya menyerah, mau ikut acara reality show tersebut.
"Papi undang juga semua artis top Indonesia bila perlu." Gustav tentu mempunyai banyak nomor kontak manager artis.
"Oke, Papi. Aku mau ikut." Mereka pun saling berjabatan tangan.
"Silahkan tanda tangan." Pria paruh baya itu memberikan map berwarna biru yang sudah ia baca tadi.
"Eh, kontraknya udah ada?" tanya Amanda heran. Itu berarti rencana ini sudah disiapkan jauh-jauh hari.
"Ini yang Papi baca tadi."
"Mana pulpen?" tanya Amanda, berlagak sombong. Gayanya seperti artis yang akan menandatangani kertas dari fans.
"Nggak mau baca dulu?" tanya Gustav sambil mengangkat satu alisnya. Hatinya girang karena akhirnya sang anak jatuh juga pada perangkapnya.
"Nggak usah, biar cepet liat Cha Eun Woo!" Tanpa banyak berpikir dan membaca kontrak sama sekali, Amanda pun membubuhkan tanda tangan di atas materai 6000, lalu menuliskan nama Amanda Manuela Dermawan di bawahnya.
Setelah menandatangani dokumen tersebut, Amanda meminum segelas orange jus hingga tandas. Ia tidak tahu apa yang terjadi, namun ia merasa sangat lemah dan mengantuk. Beberapa menit kemudian, gadis ayu itu pun kehilangan kesadaran.
Mengingat kejadian kemarin itu, Amanda menggeram. Ia kini harus menghadapi kenyataan bahwa ia telah berada dalam acara My Roommate. Berarti kemarin ia tertidur oleh obat yang ada dalam minuman dan sekarang sudah berada di tempat acara ini. Hebatnya lagi, ia tak tahu lokasi tempat syuting ini berada di daerah mana. Acara ini sungguh di luar bayangannya.
Seketika ia ingat pria yang ia pegang-pegang di kamar tadi. "Kalau nama acaranya My Roommate, berarti partner satu kamar, satu rumahku adalah pria tadi?"
Amanda mendadak pusing. "Papiiiiiii!"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top