Keinginan a.
Kaki Amanda tanpa permisi dengan lancang ia taruh di atas lutut sang karyawan. Amanda ingin mempertegas statusnya, dia karyawan VVIP dari kalangan orang kaya dan yang ada di hadapannya ini adalah gadis pelayan yang dari kalangan orang biasa.
Harga diri gadis ini seakan dicabik-cabik, dia bersujud membersihkan kaki dan sepatu heels yang Amanda kenakan. Pokoknya harus bersih daripada suruh ganti rugi, kan sepatunya mahal.
Setelah bersih Amanda bangun dan memilih-milih barang, dia lemparkan sembarang dan langsung ditangkap oleh karyawan baru yang sekarang ia tugaskan untuk melayaninya.
"Apa sih di dunia ini yang tidak bisa kubeli dengan uang?" kata Amanda, gadis berusia 25 tahun anak crazy rich jakarta yang memiliki stasiun televisi lokal. Dengan percaya dirinya ia bilang hal ini pada sahabatnya yang sesama orang kaya juga. Mereka duduk bersebelahan menunggu barangnya yang tengah dibungkus rapi.
"Hoaaahh! Gue suka gaya loe!" Mereka berdua tersenyum senang setelah membeli harga diri seorang pelayan dengan uang. Ya, pelayan tadi yang habis bersih Amanda marahi dan Amanda hina.
Kegiatan hari ini tidak selamanya mulus. Amanda kaget saat mendapat pesan dari asistennya yang menyuruh dia untuk segera kembali ke kantor.
"Gue balik kantor dulu, ada kode darurat."
Siang itu, Amanda disuruh datang ke kantor karena sang ayah sedang marah besar dan mencari Amanda sebagai penanggung jawab sebuah acara. Ia menurut tanpa prasangka apa pun, walau sebenarnya hari itu ia sedang ingin bermalas-malasan.
Anak dan ayah pun duduk berhadapan di sofa empuk model terbaru. Ruangan bos besar tentunya sangat luas dengan latar bertuliskan MND TV yang merupakan singkatan dari Media Nusantara Dinata TV. Media televisi ini telah memiliki banyak program acara yang terkenal edukatif, informatif, dan menghibur.
Gustav, ayah Amanda, telah selesai membaca sebuah berkas dan kemudian meletakkannya di atas meja. Berkas tersebut ditutup menggunakan map berwarna biru.
"Kemana saja kamu? Kok acara yang kamu pegang malah berantakan?" Pria paruh baya ini menghela napas panjang.
"Ah itu karena karyawannya pada telat, Pi! Maaf ya!" Bukan komplain yang ingin dia dengar melainkan kabar baik yang sedang ia tunggu.
Pria yang karismatik itu menyilangkan tangan di depan dada sembari menatap putrinya. Dengan kalem, ia berucap, "Papi akan mengabulkan permintaanmu buat mengundang Cha Eun Woo dan membuat pesta semeriah mungkin. Kalau perlu, kita siarkan pula secara langsung di stasiun televisi Papi."
Dalam rangka ulang tahun Amanda, ia merencanakan sebuah acara sesuai selera sang putri. Amanda kala itu minta pesta ulang tahun paling meriah dan mendatangkan banyak artis, terutama artis Korea kesukaannya, yakni Cha Eun Woo. Ia pikir, walau hanya acara ulang tahun, tapi bila bisa viral dan mendatangkan keuntungan serta prestise bagi perusahaan, mengapa tidak?
"Yeayyy ... akhirnya!" Amanda jelas senang bukan main. Ia sudah minta dari jauh-jauh hari, tapi sang ayah sepertinya tak setuju. Ia sempat berpikir barangkali permintaannya mendatangkan artis K-pop papan atas itu terlalu berat untuk dipenuhi sang ayah. Permintaan itu telah ia sampaikan satu bulan yang lalu. Selama itu pula ia menunggu tanpa kejelasan sehingga sempat pupus harapan. Ia bahkan sempat menangis atau mengancam akan mogok makan demi memaksa sang ayah.
"Makasih banget! Papi emang ayah terbaik!" seru Amanda.
"Tapi dengan satu syarat!" ucap Gustav dengan mimik serius.
Baru saja hati Amanda melambung tinggi ke awang-awang, langsung jatuh ke daratan. Ternyata kali ini ayahnya mempunyai syarat. Apakah hanya syarat tanpa ketentuan?
"Kenapa pakai syarat segala?" tanya Amanda kecewa. Ia sampai menghela napas dan duduk menyilangkan kaki sambil manyun.
Gustav telah memikirkan matang-matang rencana besarnya ini dari jauh hari. Ia bahkan berdiskusi dengan salah satu teman dekatnya. Rencana ini tidak boleh gagal.
"Syaratnya gampang, Manda. Kamu harus ikut reality show terbaru Papi." Gustav tengah menyiapkan acara terbaru yang akan ditayangkan sebentar lagi. Ia sengaja menyisakan satu slot pasangan pemain, khusus untuk anaknya dan anak sahabatnya.
Amanda mengerjap keheranan. "Maksud Papi, aku jadi bagian tim untuk mengurus acara itu?" Biasanya, Amanda ditugaskan jadi penanggung jawab saja. Ia hanya tahu beres. Semua kerumitan pekerjaan diserahkan kepada bawahan. Toh mereka ada dan digaji untuk membantunya, bukan? Ia tinggal tanda tangan, memeriksa sejenak, lalu ACC atau tidak tergantung suasana hatinya.
Gustav tersenyum lebar penuh arti. "Bukan."
Melihat ekspresi Gustav yang tidak biasa itu, Amanda yakin tugasnya kali ini tidak akan mudah.
"Lalu apa tugasku, Yah?" Gadis ini mengerutkan dahi. Masa iya ia harus menjadi kacung dalam acara tersebut?
"Jadi pemainnya!" ucap Gustav dengan enteng. Senyum kemenangan semakin lebar tersungging di bibirnya.
Tentu saja Amanda kaget. Ia sudah biasa berada di balik layar dan menikmati uang hasil acaranya, bukan jadi pemain di layar kaca. Pasti ayahnya diam-diam mempunyai rencana lain.
"Hah? Papi itu acara reality show, lho," protes Amanda.
"Iya. Kamu keberatan? Kalau kamu tidak setuju, kita bikin acara pesta ulang tahun sederhana aja di rumah." Kali ini Gustav mengancam.
"Nggak mau, iiiiih! Temen aku ngejek, masa iya anak yang punya MND TV ulang tahunnya nggak disiarkan? Kan aku malu, Pi. Gengsi tau. Mana temen-temen request ada babang Cha Eun Woo juga. Kapan lagi ada artis Korea di pesta ulang tahunan!" Amanda protes panjang lebar. Ia model orang yang tidak suka diolok-olok. Ia ingin menjadi orang yang paling beda, tak mau pesta ecek-ecek dan pasaran karena teman-temannya juga sekelas sultan.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top