Bagaimana ini? b.


Senja yang merasa suara langkah kaki Amanda semakin jauh pun menoleh. "Heiii .... Bisa tidak kamu berjalan tak seperti siput, lambat sekali. Nanti kita kalah bagaimana? Kalau ada hukuman bagaimana?" teriaknya sambil memaki Amanda.

"Masa iya? Aku kan yang punya acaranya." Dia tetap saja berlagak sombong.

"Yang punya acaranya masa disiksa di sini!" Senja mengejeknya lagi.

"Hehh .... Nyebelin." Amanda meraih sebuah batu pantai dan ingin melempar Senja dengan batu itu.

Senja yang melihat tingkah kekanak-kanakan itu hanya melirik sinis. "Buruan jalannya kalau kamu tidak mau dimakan harimau atau dipatuk ular kobra."

Ditakut-takuti begitu Amanda langsung ketakutan. "Heh .... Tungguin. Takutttt ....." Jalannya kini lebih cepat, bahkan Amanda berlari untuk bisa menyusul Senja.

"Sepertinya kita sudah sampai." Langkah kaki keduanya kini sudah sampai di wilayah yang tidak memiliki pepohonan, tanahnya bukan tanah liat atau tanah merah, hanya tanah pasir dan sedikit banyak bebatuannya.

"Ini tempatnya?" tanya Amanda sambil mengatur napasnya lagi yang memburu.

"Iya nona si pemilik MND TV yang lemah." Dari tadi dia diejek saja, tak mendengar ada satupun kata pujian. Amanda cantik kek, Amanda baik kek, atau Amanda super duper kaya. Mon maaf Senja bukan teman parasit yang cuma numpang tenar saja, ya. Dia anti muji-muji orang demi minta dibayari ini itu.

"Hu, ha, hu, ha. Heh lo-" Amanda sedikit merasa sesak, dia usap dadanya pelan.

"Gue kan gak biasa jalan jauh." Paling jauh dari kamar ke dapur atau dari ruangannya di kantor ke ruangan ayahnya saja.

Terlihat ada beberapa orang yang datang mendekati mereka. Ladang ini memiliki luas enam puluh kali enam puluh meter. Tanahnya itu dominan pasir karena dekat ke pantai, pantas saja mereka hanya dibekali tanaman kentang dan ubi, dua sayuran ini kan bisa tumbuh di tanah berjenis apapun.

"Itu siapa?" tanya Amanda sambil memperhatikan setiap pasangan.

"Satu, dua, tiga, empat." Senja sampai menghitungnya.

"Jadi tiga pasang." Ini jika mereka juga dihitung.

"Weh yang itu ceweknya gempal sekali. Kalau yang satunya lagi cantik dan langsing." Amanda memperhatikan dua saingannya.

"Gempal juga setidaknya mungkin dia bisa diandalkan, tidak seperti kamu yang manja dan tidak punya keahlian." Senja melirik Amanda sinis. Dia ingin memilih wanita yang gempal saja, tangannya dan uratnya terlihat besar seperti pekerja keras. Amanda tangannya kecil, pembuluh darahnya juga kecil, kelihatan sekali jarang bekerja keras.

"Ada kok keahlianku." Dia angkat satu alisnya.

"Apa? Sebutkan?" Senja penasaran.

"Memarahi dan memerintah orang-orang!" Ini sih karena dia manja dan pemalas saja, merasa jadi bos dan semena-mena.

"Itu bukan keahlian, Nona!" Jelas Senja makin ilfil.

"Hai .... Kalian peserta juga?" sapa gadis cantik yang badannya langsing. Saat bersalaman ternyata tangannya terlihat kuat dan sedikit memiliki otot.

"Iya." Senja mengangguk sambil membalas jabatan tangannya.

"Kenalkan saya Marsha Timothy." Gadis ini berusia dua puluh enam tahun dan baru saja lulus kuliah, dia ikut acara ini agar bisa bekerja di televisi dan mengisi kegiatannya sebagai pengacara yang merupakan singkatan dari pengangguran banyak acara.

"Saya Senja!"

"Ini pasanganmu?" tanya Marsha sambil melirik ke arah Amanda.

"Iya. Namanya Amanda." Senja memperkenalkan pasangannya. Sayangnya Amanda diam saja bahkan mengarahkan wajahnyanya ke arah lain.

"Amanda? Maukah bersalaman denganku?" tanya Marsha sambil mengulurkan tangannya.

"Tidak mau." Dia menggeleng, tak mau berkenalan dengan orang sembarangan.

"Jangan bersalaman dengannya. Dia orangnya sombong." Senja pun membela Marsha.

"Oh." Marsha buru-buru menarik lengannya.

"Gue bisa gatal-gatal nanti." Amanda pun melirik Marsha sinis. Tatapan Manda agak tajam seolah tidak suka jika wanita ini memperhatikan Senja saja.

"Kenalkan saya Michel Danielo." Pasangan Marsha ini berkenalan dengan Senja. Pria yang berusia dua puluh delapan tahun ini baru saja terkena PHK, untuk melunasi hutang-hutang keluarganya dia cari pekerjaan dan akhirnya mendaftarkan diri untuk acara ini.

"Senja kau terlihat seperti penyuka alam. Berarti saingan yang berat juga." Jelas pria pengangguran ini tahu Senja anak penyuka alam. Otot Senja saja sangat terlihat jelas dan dari warna kulitnya saja sudah menandakan dia suka panas-panasan di alam.

"Tidak juga jika pasanganku wanita manja ini." Dia menunjuk Amanda.

"Apa katamu? Aku manja?" Amanda menunjuk dirinya sendiri sambil memelototi Senja.

Prok, prok, prok.

Gadis yang Amanda sebut gempal tadi mendekati mereka. "Hai Amanda Manuela Dermawan." Akhirnya ada yang mengenali gadis crazy rich televisi ini.

"Akhirnya ada yang mengenalku juga." Amanda membanggakan dirinya.

"Siapa yang tidak kenal pada gadis manja dan populer ini." Gadis ini bertepuk tangan dari tadi.

"Apa kau bilang?"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top