9. Panas
Dalam permainan lanjutan kali ini, sebenarnya tidak ada pemenang. Hanya tentang siapa pasangan yang paling cepat menyelesaikan dua masakan diantara dua pasangan lain. Dan kini, kerusuhan tengah terjadi pada Amanda. Gadis itu memekik berulang kali saat uap panas mengepul mengenai permukaan kulit, tentunya saat gadis itu sedang berusaha mengaduk sup yang hampir matang.
"Ouh, sungguh, Senja. Kulitku terasa terbakar!" keluh Amanda, tetapi suaranya di kecilkan. Ia tidak ingin ada pasang telinga lain yang mendengar keluhannya. Manda juga tetap mempertahankan senyuman saat mengeluh, tentu karena kamera besar yang ada di hadapannya terus menyala. Ia tidak bisa menampilkan ekspresi kesal yang sebenarnya.
Senja melirik Amanda sebentar, lalu mengembuskan napas panjang. Pria itu memilih untuk tidak peduli, lantas melanjutkan kegiatannya memotong cabai dan beberapa iris bawang yang akan ia jadikan bumbu membuat tumis kangkung.
"Senja, jangan mencoba mengabaikanku. Kau tidak lihat bagaiman serasinya Masha dan Michel sekarang? Nilai kita bisa saja berkurang," paparnya. Kini Amanda berdiri dengan kedua tangan bertumpu pada meja, mengadahkan wajah guna menatap Senja yang lebih tinggi dibandingnya.
"Lalu, kau ingin aku peluk dari belakang seperti sebelumnya?" goda pria itu. Kini Senja menghentikan kegiatan mengiris bawang, ia ikut menumpukkan kedua tangan di meja sembari menatap pasangannya, Amanda.
Oh, Amanda baru menyadari jika tatapan Senja terlalu dalam saat ini. Ia langsung berdeham, lantas merasa pipinya bersemu begitu mendengar perkataan balasan dengan nada menggoda yang baru saja Senja udarakan.
"Jangan mengambil keuntungan dariku, lagipula tidak harus sampai memeluk bukan?" tanya Amanda. Ada nada kesal yang bisa Senja dengar. Setelah dirasa Amanda menyelesaikan dialog, pria itu langsung menaikkan satu alisnya.
"Jadi cara seperti apa yang kamu inginkan?" balasnya bertanya, tetap dengan nada menggoda yang amat ketara. Di meja sisi kanan, Marhsa dan Michel saling bersitatap dengan senyuman. Mereka beberapa kali memperhatikan interaksi Amanda dan Senja yang begitu tidak biasa. Tidak biasanya pasangan itu akur, biasanya keduanya akan bertikai karena memiliki pendapat yang berbeda.
Pertanyaan yang Senja udarakan langsung membungkam Amanda. Wanita itu mengerjap, lalu memilih kembali melanjutkan putaran tangannya di dalam panci bersisi sup. Tak mengindahkan keberadaan Senja yang kini terbahak kecil karena tingkahnya. Ini pasti karena pipinya yang bersemu! Amanda kesal sekarang.
"Sudah, hentikan tawamu! Aku ingin menjadi peserta terbaik kali ini. Jadi bekerjalah dengan benar!" seru Amanda. Gadis itu mengatakannya dengan wajah menunduk, tidak ingin kamera di depan meja melihat wajah kesalnya. Senja langsung tersenyum, tanpa bisa dicegah tangannya mengudara. Laki-laki itu mengusap puncak kepala Amanda yang kini tengah menghindari kamera. Lalu menepuknya pelan beberapa kali sebelum kembali menyibukan diri.
Amanda terpaku untuk kedua kalinya. Tak sadar, mulutnya terbuka. Sementara kedua matanya mengerjap merasa tidak percaya. Apa yang baru saja Senja lakukan? Itu tidak baik untuk jantungnya.
Setelah memeluknya dari belakang, kini pria itu mengusap kepalanya dengan gerakan sayang? Sungguh, Amanda tidak mengerti dengan Senja. Laki-laki itu selalu berubah-ubah sifatnya. Kadang menyebalkan, kadang begitu manis.
Amanda tidak tahu jika pemikiran itu juga ada pada pikiran Senja saat memikirkan sifatnya.
"Amanda, sudahi melamunya. Matikan kompor, dan sajikan sup itu," titahnya. Perkataan Senja langsung menyadarkan Amanda. Gadis itu berdeham untuk ke sekian kalinya, lalu menganggukkan kepala untuk dijadikan respon awal.
"Oh, sudah matang? Aku mengerti," balas Amanda. Suaranya terdengar gugup dan tidak serileks sebelumnya. Lagi-lagi Senja terkekeh sembari menggeleng-gelengkan kepala. Ekspresi wajah Amanda saat sedang gugup terlihat menggemaskan.
"Awh!" ringis Manda. Gadis itu langsung menjauhkan tubuh dari panci. Lantas memegangi jari telunjuk tangan kanannya sendiri. Amanda terlalu ceroboh, sebuah lap khusus yang ia gunakan tidak sepenuhnya menutupi telapak tangan. Alhasil panci super panas itu langsung mengenai jari tangan.
Senja menunda pergerakannya untuk mencuci kangkung yang akan ditumis, atensinya beralih pada pasangannya yang berdiri kaku sembari meniup jari tangannya sendiri. Senja mendekat, rupannya ringisan Amanda berhasil membuat dua pasangan lain mengehentikan aktivitas mereka.
"Kemarikan tanganmu," titah Senja. Namun belum sempat Amanda mengudarakan suara untuk menolak titahnya, laki-laki itu langsung mengambil alih cari telunjuk Amanda yang mulai melepuh.
Amanda ingin menarik jari tangannya kembali, tetapi Senja langsung menahan sembari menatap tajam ke arahnya. Nyali Amanda langsung mencuiut mendapati tatapan itu.
Ia membiarkan tubuhnya dibawa menuju wastafel, lalu menatap Senja yang kini menjulurkan jari tangannya yang melepuh agar terendam air dingin. Setelahnya, Amanda hanya memfokuskan atensinya pada raut wajah serius milik Senja yang tengah memberikan pertolongan pertama pada permukaan kulitnya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top