8. Apa Gunanya?
Lokasi tempat mereka melanjutkan permainan kali ini ternyata tepat di pesisir pantai. Amanda bisa mendengar desiran ombak yang pecah tatakala mengenai batu karang. Wanita itu menmeluk tubuh, mencoba menghalauy angin malam walau itu tidak cukup berpengaruh.
Dari arah utara, Senja memperhatikan pasangannya dengan raut wajah tak terbaca. Laki-laki itu sempat mengembuskan napas, lalu berniat menemani Amanda. Namun salah seorang juru kamera yang datang membuat Senja mengurungkan niatnnya.
Karena kali ini mereka tidak ada di dalam rumah, pihak stasiun televisi mengirimkan dua juru kamera untuk merekam interaksi dan kegiatan tiga peserta malam ini.
Pengumuman dengan alat bantu pengeras suara yang baru saja terdengar mengundang atensi Amanda, sejenak wanita itu menyipitkan pandang, lalu merekahkan senyuman begitu mengenali salah satu juru kamera yang ditugaskan oleh ayahnya.
Senja mengangkat alis begitu mendapati Amanda berlari menerjang pasir putih pantai dengan flat shoes-nya. Begitu menyadari arah pandang Amanda pada juru kamera, Senja langsung menahan pergelangan tangan kanan wanita itu agar menghentikan langkah kedua kakinya.
"Apa sih!" sentak Amanda. Wanita itu berusaha melepaskan cengkraman senja, tetapi malah berakhir sia-sia. Amanda pasrah saat tangannya ditarik menuju dua peserta pasangan lain yang sudah berdiri pada meja masing-masing.
"Senja, lepas!" Amanda berseru, merasa tidak terima saat mendapati Bianca menatapnya dengan pandangan remeh. Pastinya, lawannya itu merasa jika ia sangat sulit diatur, dan itu menyusahkan Senja. Walau memang itu yang terjadi seebnarnya, Amanda enggan mengakuinya.
"Jangan bertingkah kali ini, tolong bantuanamu agar permainan kali ini berjalan dengan baik," peringat Senja. Mendengar itu, Amanda langsung cemberut. Dengan sangat terpaksa mengikuti langkah kaki Senja yang membawanya menuju meja kosong milik mereka, letaknya berada di tengah antar dua peserta lain.
Lima menit lagi rekaman di mulai, dua juru kamera yang ditugaskan hanya meletakan beberapa kamera di sisi-sisi yang bagus, lalu akan ditinggalkan. Ralat, mereka membiarkan kamera bekerja selayaknya CCTV.
"Bang Adnan!" Amanda berseru memanggil sembari melambaikan tangan. Senja memutar bola mata, percuma juga ia menahan gadis itu. Pada akhirnya, Manda memanggilnya juga. Dugaan Senja sebelumnya memang seperti ini, Amanda mengenali salah satu pria yang memegang kamera.
Pemilik nama yang merasa di panggil, langsung melambaikan tangan balik, lalu tersenyum manis. Ia tidak balik menyapa Amanda karena ini masih dalam lingkup bekerja.
Sebagai juru kamera, Adnan sering diminta untuk menghandle urusan potret memotret keluarga Amanda. Itu yang membuat gadis itu berani mengundangnya. Adnan sendiri tidak bisa bercakap lebih, ia tidak ingin Amanda membuat iri peserta lain karena statusnya sebagai putri tunggal pemilik stasiun televisi pada acara ini.
"Hahaha. Lihat, Manda? Kau baru saja diabaikan," ejek Bianca. Wanita dengan riasan menor itu menatap Amanda dengan pandangan meremehkan. Ada sedikit tatapan iri yang bisa Amanda lihat, dan itu membuatnya langsung tersenyum miring.
"Katakan saja jika merasa iri," balasnya kesal.
Sebelum perseturuan besar kembali terjadi, Senja langsung mengubah posisi. Kini pria itu berdiri di samping kanan Amanda, memblokir akses pandang kedua gadis yang tak pernah akur itu. Mendapatinya, Amanda mengembuskan napas kesal. Ia menatap lurus ke depan sembari menunggu meja di siapkan.
Belum sempat merasa tenang, Amanda tiba-tiba teringat sesuatu. Satu menit sebelum kamera dinyalakan, Amanda mengadahkan wajah menatap Senja yang lebih tinggi di bandingnya.
"Sial, Senja. Aku baru ingat jika aku tidak bisa memasak," umpatnya kecil. Suara Manda bahkan lebih didengar sebagai sebuah bisikkan.
Senja menatapnya tanpa terkejut, ia sudah tahu. Lagipula ia tidak berharap lebih dengan kemampuan nona manja itu. Amanda tidak bisa diajak kerja sama. Jadi Senja memilih untuk bergantung pada dirinya sendiri. Persetan dengan status gadis itu sebagai putri pemilik stasiun televisi, jika tidak bisa diandalkan apa gunanya?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top