13. Tidak Menghiraukan
"Apa yang kalian berdua lakukan di depan penginapanku?" Michel bertanya untuk kali keduanya saat mendapati kebungkaman Amanda dan Senja. Pria itu menuruni undagan, lalu berdiri di samping Senja tanpa menurunkan kedua alisnya.
Senja menatap Michel balik setelah berdeham singkat, ia melirik ke arah pintu vila, lalu menemukan Marsha baru saja keluar dari dalam sana. Wanita itu mengenakan clemek, sepertinya sedang memasak.
"Amanda, sungguh itu kau?" Senyuman Marsha merekah saat mendapati wanita itu. Merasa dipanggil, Amanda mengadahkan wajah. Lalu tersenyum sembari melambaikan tangan kanannya. Senjka Marsha membantunya pulih dari sesak napas tempo hari, Amanda tidak lagi merasa harus menjaga jarak dengan gadis cantik itu. Yang perlu dijadikannya musuh yang benar-benar musuh adalah Bianca, Amanda merasa tidak sudi untuk berdekatan dengannya.
"Sebenarnya, kami datang untuk meminta bantuan," ujar Senja memberitahu Amanda langsung menganggukkan kepala untuk dijadikan tanggapan.
Lantas Marsha dan Michel saling bersitatap sembari mengerutkan dahi masing-masing. Bantuan?
"Kami kekurangan bahan makanan, ladang kami belum siap di panen. Tidak tahu apakah kalian memiliki bahan makanan lebih untuk diberikan pada kami," jelas Senja kembali. Peran Amanda kali ini, sepertinya hanya mengangguk anggukkan kepala saja. Lagipula Senja ini tipikal pria yang jelas bisa diandalkan, sangat pintar berbicara dalam keadaan apa saja. Jadi, Amanda merasa ia hanya perlu berperan pasi sampai mendapatkan makan siangnya. Lagipula tenaga yang ia punya sudah terkuras habis setelah berjalan jauh dari vila yang mereka tempati menuju vila yang Marsha tempati. Itu membutuhkan tenaga lebih, okay?
"Mungkin ada lebih untuk dua hari ke depan, tetapi aku sedikit ragu jika Amanda suka memakan pare," ungkap Marsha. Wanita itu menatap ke arah Amanda setelahnya. Amanda mendelik begitu mendengar nama pare terlontar. Oh ayolah, bahkan seumur hidupnya, Amanda tidak pernah mencoba. Ia hanya tahu jika sayuran itu memiliki rasa yang pahit.
"Jelas, aku tidak pernah memakannya," balas Amanda. Dagunya sengaja diangkat, sifat angkuh gadis itu kembali. Senja yang mendapatinya hanya bisa menghela napas panjang. Mau diapakan juga, pada akhirnya Amanda kembali pada sifat angkuh nan manja seperti sedia kala. Benar-benar menyusahkan.
Marsha tersenyum maklum, tidak mempermasalahkannya lebih panjang.
"Maka aku akan memberi kalian beberapa kangkung dan bayam. Untuk makan siang hari ini, mungkin kita bisa makan bersama di dalam," usul Marsha.
Michel mengangguk, "Marsha benar, akan membutuhkan waktu yang banyak jika kalian harus pulang dan memasak," balasnya memberi tanggapan.
Amanda langsung menatap Marsha dengan tatapan berbinar, sudah menyiapkan makan siang? Oh, ternyata Tuhan masih menyayanginya. Amanda memiliki orang-orang sekitar yang begitu baik.
"Bolehkah? Aku sudah sangat lapar sekarang," tanya Amanda. Wajahnya ia buat semelas mungkin. Senja hanya bisa memijat pangkal hidungnya sendiri. Yang tidak tahu malu memang Amanda, tetapi yang merasa malu juga dirinya. Untung saja Michel dan Marsha bukan orang yang mudah tersinggung atau mempermasalahkan.
"Tentu. Manda, ayo masuk lebih dulu. Bantu aku menyiapkan minuman untuk makan siang," pinta Marsha. Amanda langsung menganggukkan kepala dengan gerakan cepat. Hanya menyiapkan minuman bukan? Itu hal yang mudah. Asal ia bisa makan siang sekarang, segala hal akan Amanda lakukan.
Amanda berjalan melewati Senja, tidak menghiraukan keberadaan pasangannya. Ia masuk bersama Marsha sembari merekahkan senyumannya. Michel yang mendapati itu hanya bisa terkekeh kecil.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top