SEPERTI RATU

Anna, disambut oleh beberapa orang pembantu berseragam biru muda begitu mobil yang ditumpanginya bersama Bara masuk ke dalam rumah berpagar tinggi. “Selamat datang Nyonya,” sambut mereka dengan ramah. Sedangkan Anna hanya tersenyum tipis. Tidak tahu harus membalas apa, atau tidak tahu harus bagaimana.

    “Antarkan dia ke kamarnya,” perintah Bara. Lalu beralih kepada Anna, “Beristirahatlah, kau pasti lelah. Mereka akan membantu menyiapkan segala kebutuhanmu di rumah ini.”

   Lagi-lagi Anna hanya tersenyum tipis. Tidak lama seseorang keluar dari dalam rumah. Seorang pria yang begitu sangat Anna kenal. “Selamat datang kembali Pak.” Ujarnya memberi salam kepada Bara. Heru tidak sedikitpun mau melihat Anna.

         Mereka berjalan masuk dengan cepat, meninggalkan Anna dengan beberapa orang pembantu yang masih setia tersenyum ramah kepadanya.

    "Mari ikut saya Nyonya." kata salah satu seorang pembantu, kalau ditaksir usianya pastilah sudah hampir 50 tahunan lebih. Mungkin dialah pembantu paling senior dirumah ini. “Anna, bi. Panggil saja aku Anna"    

    Wanita tua itu pun kembali tersenyum ramah. "Tuan akan marah jika saya memanggil Nyonya seperti itu." balasnya setengah berbisik. Anna merenggut, apakah sebegitu  mengerikannya Bara?!

     Begitu ia sampai di kamarnya, Anna lagi-lagi mereasa benar-benar sedang berada di negeri dogeng. Bagaimana tidak! Kamarnya bahkan lebih luas dari rumahya sendiri. Dua buah lemari kaca ukuran besar ada disana. Sebuah  meja rias dengan kaca yang besar berada tepat di depan tempat tidurnya.

   Anna, membuka lemari baju dan melihat bahwa lemari itu bahkan sudah terisi dengan perlengkapan yang dapat dikatakan ‘sempurna’ mulai dari baju tidur, dress, pakaian kasual, formal dan non formal. Anna membuka lemari satunya lagi dan menemukan deretan koleksi tas dan sepatu bermerk yang tidak pernah ia berani bermimpi akan memilikinya.

   Anna, beralih menuju kamar mandi yang juga luasnya membuatnya takjub. Bathup berwarna putih terletak disana. Segala macam keperluan mandi tersedia dengan rapi disana. Anna, menarik nafas panjang. Apakah ini anugerah atau justru kutukan untuknya.

      “Pesan tuan, nyonya jangan memakai baju lama nyonya lagi, pakai yang sudah disediakan disini." Anna, hanya terdiam mendengarnya. Sepeninggal pelayan itu, ia menunduk. Merasakan airmata yang mulai merembes membasahi pipinya.

     Anna melangkah masuk ke dalam kamar mandi dengan perlahan. Memperhatikan petunjuk penggunaan air hangat dan air dingin. Tangannya memutar keran air, mengatur suhunya hingga ia mendapatkan apa yang ia mau. Tidak panas juga tidak dingin, tapi hangat.

     Kakinya melangkah ke dalam bath up yang mulai terisi setengah. Duduk memeluk lututnya sambil meratapi apa yang baru saja terjadi di dalam hidupnya. Sungguh ia tidak pernah menduga akan seperti ini. sedikitpun tidak pernah ia membayangkan akan tinggal di rumah sebesar ini dengan segala perlengkapan mewahnya.

      Impiannya adalah tinggal di rumah yang sederhana bersama Heru dan beberapa orang anak yang akan menghiasi rumah itu dengan tawa. Kini impian itu kandas begitu saja, dan rasanya semua tidak akan pernah bisa kembali berjalan dengan normal.

Tidak akan pernah!

     Ingatannya kembali saat-saat kebersamaannya dengan Heru 5 bulan terakhir. Satu persatu bayangan muncul yang membuat dadanya semakin sesak. Isakannya yang pertama lolos begitu saja ketika mengingat saat moment romantisnya bersama Heru. Isakannya yang kedua terdengar semakin menyakitkan tatkala ia mengingat saat Heru melamarnya. Apa kau mau menjadi kekasihku dan menikah denganku, Anna? Menjadi istri sekaligus ibu dari anak-anakku kelak?     

      Semuanya adalah kebohongan. Semua kata manis yang ia ucapkan hanya kebohongan, umpan untukknya. Heru tidak pernah mencintainya sedikitpun. Bahkan pria itu kini tidak berani memandangnya sama sekali. Semuanya palsu. Anna, menutup wajahnya. Isakan demi isakan pun mulai lolos satu persatu.

-----bersambung-----

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top