MALAM YANG TERKOYAK
🌹🌹Area dewasa bocil minggir dulu yaaaah 😘😘😘🌹🌹🌹
🌹🌹🌹
Biasanya dia tidak pernah menemukan Bara atau Heru pulang sebelum jam 11 malam. Sehingga ia sedikit kaget menemukan Bara yang juga baru pulang seperti dirinya. Anna melirik jam tangannya, pukul 10 malam. Percakapannya dengan Anggina menjadi sangat a lot karena wanita itu juga keras kepala.
Anna memilih berjalan dengan cepat dan masuk ke dalam kamarnya. Ia tidak menghiraukan keberadaan pria itu. Biasanya Bara tidak perduli apa yang dilakukan wanitanya diluar sana, tapi kali ini berbeda. Rasanya ia begitu marah melihat Anna baru pulang selarut ini. Entahlah kenapa ia merasa seperti itu, mungkin karena ia merasa memiliki ikatan atau semacamnya.
“Panggil Anna kesini.” Perintahnya pada sang bibi. Bara duduk dengan satu kakinya menopang ke atas kakinya yang satu. 15 menit ia menunggu di ruang tamu, tapi wanita itu tidak juga kembali keluar menyambutnya.
Dengan gerakan takut-takut bibi berlari secepat mungkin untuk memanggil majikan barunya. Rupanya Anna sedang mandi, agak lama sebelum akhirnya wanita itu menghampiri Bara. “Ada apa kau memanggilku?” Tanyanya, sedikit takut. Ekspresi wajah bibi yang membuatnya jadi ikut takut.
Bara melihatnya dari ujung rambut sampai ujung kepala. Anna, memakai daster lusuhnya yang memiliki kerah sedikit rendah. Rambutnya basah dan tergerai. Wajah Anna memang sangat natural, dan Bara merasa penampilan wanit itu saat ini seperti tengah menggodanya.
“Pukul 10 malam dan kau baru pulang? Tidak biasanya, apa yang kau lakukan diluar sana?” Tanya Bara beruntun. Anna melihat kea rah Bibi, hatinya membatin ‘darimana pria itu tahu bahwa dia tidak pernah pulang selarut ini’
“Aku, ada sedikit urusan di luar.” Sahut Anna. Ia merasa kesal telah dimata-matai.
Mendengar jawaban acuh dari Anna membuat pria itu merasa tidak dihargai. Tidak ada yang berani padanya sebelum ini. tidak kecuali Anna, yang berani menamparnya dan bersikap acuh.
Bara masih menatapnya tanpa berkedip. Aura mengerikan seketika menyelimuti ruangan itu. “Kuharap kau tidak lupa dengan statusmu sekarang, Anna.” Bara mengingatkan. “Bukankah kau seharusnya meminta ijin terlebih dulu dariku. Aku tidak suka jika wanitaku suka berkeliaran di luar sana pada malam hari!“
‘wanitaku!’ perkataan Bara barusan membuat Anna spontan tertawa geli. Anna memberanikan diri, mendongak menatap tatapan Bara yang terlihat berkilat karena marah. “Bukankah kau yang mengatakan bahwa semua ini hanyalah pernikahan sandiwara, yang akan berakhir dalam 1 tahun! Aku, tidak mengerti kenapa sekarang kau menganggap kalau pernikahan ini sungguhan. Bukankah ini salah! Aku tidak pernah berniat menikah dengan dirimu? Kenapa kau menganggap bahwa kita adalah suami istri sungguhan?!“ rentetan ocehan Anna yang tanpa dapat dicegah olehnya meluncur begitu saja.
Tekanan dari Anggina hari ini sudah cukup membuatnya pusing. Ditambah protes Bara yang seolah berpikir mereka sungguhan suami-isteri.
Ucapan Anna barusan sudah cukup untuk membuat darah Bara mendidih, namun pria itu masih tetap tenang menghadapinya. Ternyata wanita ini bukanlah wanita penurut seperti dugaannya. “Aku ingin membatalkan pernikahan ini. Aku,-”
PRANG,,,,
Perkataan Anna terpotong oleh gelas pecah yang sengaja dilempar oleh Bara. Anna spontan mundur ke belakang Nafasnya tertahan saat melihat Bara berdiri dari duduknya dan mulai berjalan menghampirinya.
“Baiklah, jika memang itu yang kau inginkan! Tapi bukankah setidaknya aku berhak mendapatkan sesuatu atas apa yang telah aku keluarkan untukmu dan juga keluargamu!”
Ucapan Bara menyentak Anna, ia mulai menduga pasti ada sesuatu yang terjadi di belakangnya. Apa yang telah pria itu berikan kepada keluarganya tanpa sepengetahuannya.
“Setidaknya sebelum kau membatalkan pernikahan ini. biar kuajarkan terlebih dahulu bagaimana seharusnya bersikap kepada suamimu!” Bara berkata lirih di telinganya. Membuat Anna bergetar hebat karena takut.
Dengan sekali hentakan, Bara menarik Anna ke dalam pelukannya. Mencium bibir wanita itu dengan kasar. Tentu saja Anna melawan karena telah dilecehkan, tapi tenaga mereka jelas tidak seimbang ditambah oleh Bara yang sedang dikuasai amarah.
Bibi hanya dapat mengalihkan pandangannya ke arah lain. Bara melepaskan Anna untuk sesaat, menatap manik wanita itu yang terlihat marah dan basah. Tapi tidak ada belas kasihan untuknya yang sudah berani menentang. Bara mengangkat tubuh Anna dengan mudah ke atas bahunya. Membawanya ke kamar pribadi miliknya di lantai atas. Gerakan perlawanan Anna jelas percuma, dia bukan lawan yang seimbang.
Bara, menurunkannya dengan kasar ke atas tempat tidur. Membuka segala pakaian yang melekat ditubuhnya dengan cepat. Membuat Anna beringsut ke sudut tempat tidur dengan takut dan gemetar. “Tidak! Aku minta maaf, sungguh,-“ Anna mencoba meminta maaf agar pria itu memberinya ampun. Tapi wajah Bara yang sekarang, bukanlah wajah yang biasanya ia lihat.
Bara, membuka ikat pinggangnya. Melepaskan celana penutupnya yang terakhir. Membuat Anna spontan menutup matanya dan berusaha turun dari tempat tidur. Sayang, gerakan Bara lebih cepat lagi. Ia menarik ujung pergelangan kaki Anna hingga membuat wanita itu kini berada tepat dibawahnya.
Dasternya sudah hampir terkoyak, kulit putih bersih terpampang di wajah Bara, membuat gairah pria itu semakin sulit dipadamkan. “Bara, tunggu! Aku minta maaf, sungguh.” Ia kembali mengiba. Bara, mengoyak seluruh daster nya. Menyisakan pakain dalam yang melekat di tubuh Anna.
“Bibiiiiii………, tolong,” teriak Anna penhuh isak tangis dan tentu saja percuma. “Siapa saja , tolongg!”
Siapa yang berani masuk ke dalam kamar Bara? Bara menyeringai puas melihat Anna putus asa. Bibirnya mulai menyentuh leher jenjang Anna, dengan gerakan memutar hingga saatnya ia kembali merasakan bibir ranum wanita itu.
Anna memukul dadanya, dan lagi-lagi percuma. Anna menggelengkan kepala sekuat mungkin, hingga saat ia berhasil melepaskan pagutan bibir Bara ia berteriak “Her…. Heru, tolong aku!”
Teriakannya yang terakhir malah membuat Bara semakin marah. Itu adalah usahanya yang terakhir, meski ia tahu semuanya sia-sia. Sentuhan Bara semakin menjadi-jadi. Kekuatan Anna pun hampir habis untuk melawan. Hingga bagaimanapun ia mencoba menolak, hormon dopamine ditubuhnya mulai bereaksi.
Bagaimanapun Anna, menangis tapi tak kuasa ia menahan desahan yang keluar akibat reaksi hormon itu. Semua itu hal yang wajar jika tubuh manusia disentuh begitu intens, bahkan jika ia membencinya sekalipun.
Bara, menyeringai puas saat ia tahu ialah pemegang permainan saat ini. setelah dirasanya Anna cukup siap menerima dirinya seutuhnya, Bara menyatukan tubuh mereka. Anna menjerit kesakitan, tangannya spontan menghalau tubuh Bara agar menjauh. Namun pria itu malah memeluknya erat dan memberinya sedikit rangsangan agar sakitnya berkurang.
“Hei, rileks Anna,” suara Bara terdengar parau. “Aku tidak akan menyakitimu, percayalah.” Bisikanya yang terakhir membuat Anna sedikit rileks sehingga sakitnya berkurang. Bara sungguh tidak tahu kalau wanita ini benar-benar masih perawan suci.
Ini adalah kali pertama ia bercinta dengan seorang wanita yang masih perawan. Karena itu ia tidak ingin menyakitinya lebih dalam dan menimbulkan trauma mendalam bagi Anna kelak. Bara, tidak pernah merasakan nikmat bercinta seperti ini sebelumnya. Rasa-rasanya, ia yakin bahwa ia akan kecanduan oleh Anna.
-----bersambung-----
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top