KENYATAAN
Apa yang selanjutnya terjadi diluar dugaan siapapun. Sepotong kejadian demi kejadian seolah diputar ulang dan kepingan keganjilan seolah menjadi lengkap seperti kepingan puzzle yang menempati tempatnya, hingga menjadi gambar yang jelas.
Anna, duduk di barisan belakang bersama kerabat dekatnya. Menunggu ijab dan kabul itu selesai dilaksanakan. Ia hanya dapat memandangi punggung Heru dari belakang. Namun suaranya terdengar begitu ganjil. Suaranya berbeda.
Suara pria yang baru saja menyebut nama lengkapnya dalam acara paling sakral disepanjang hidupnya. Anna, bangkit tanpa sadar dari tempatnya semula, mengikuti nalurinya. Ia merasa ada yang tidak beres sejak semalam Heru, calon suaminya tidak dapat dihubungi sama sekali.
“An, belum selesai ijab kabulnya. Sabar dong!” Anggina, sahabatnya lekas menarik tangan Anna agar Kembali duduk di tempat duduknya semula. Kepalanya mencoba menjangkau jarak pandang yang agak jauh ke depan. Dimana Heru, Bapak, penghulu dan dua orang saksi berada di panggung pelaminan.
Sedangkan Anna, berada di barisan bangku belakang bersama rombongan keluarga dan kerabat dekat. Sejak pagi tadi, ia bahkan belum sempat bertemu tatap dengan calon suaminya. Setibanya di dalam ruangan Gedung yang dapat ia lihat hanyalah punggung belakang Heru, yang ia rasa berbeda dari biasanya.
Akhirnya terdengar suara yang mengudara melalui speaker, mengatakan “Sah… sah” penghulu mengajak semua yang ada disana untuk mengangkat tangan ke atas. Memanjatkan doa pernikahan lalu memanggil sang mempelai wanita.
Anna, berjalan perlahan dituntun oleh Anggina juga Ibundanya. Jantungnya berdebar tidak karuan, hingga tiba di atas pelaminan dan bersanding Bersama pria yang baru saja menyandang status ‘suami’ untuknya. Anna, terperanjat bukan main saat wajah yang ia lihat saat ini bersanding dengan dirinya bukanlah Heru kekasihnya. Melainkan orang lain yang tidak ia kenal sama sekali.
Baru saja ia hendak berkomentar, pria itu sudah lebih dulu memajukan tubuhnya dan mencium kening Anna. Membuat Anna, semakin bingung dibuatnya. Jelas-jelas ia menatapnya dengan tatapan protes. Anna seketika menoleh ke arah Anggina yang juga berekspresi sama sepertinya.
Namun masalahnya adalah, setiap orang yang berada disana terlihat baik-baik saja. Seolah tidak ada yang salah dengan pernikahan ini. Bahkan kedua orang tuanya tidak menunjukkan gelagat yang aneh. Hanya Anna dan Anggina-lah yang tahu bahwa ada yang tidak beres dengan pernikahan ini.
***
PLAK...
satu tamparan tepat mengenai wajahnya bagian kanan. Anggina, bersiap melayangkan tamparan keduanya namun kali ini berhasil ditangkap dengan sigap olehnya. Ia menatap Anggina tanpa ekspresi
"Sudah, cukup! Aku sudah menerima 2 kali tamparan darimu." ujarnya dengan nada tertahan lalu menghempaskan tangan Gina dengan kasar.
"Cukup kau bilang!” sahut Anggina marah “100 kali tamparan pun tidak akan pernah cukup untuk membalas perbuatan keji yang kau lakukan pada Anna!" teriaknya sambil mendorong tubuh Heru, memukul dadanya hingga Heru akhirnya berhasil menangkap kedua tangan Anggina.
“Aku hanya melakukan tugasku.” Jawabnya datar.
Anggina menatapnya nanar, berjalan terhuyung ke belekang “Kau benar-benar bajingan rupanya. Bahkan setelah semua ini terjadi kau bahkan tidak merasa bersalah pada Anna! Apa salahnya? Mengapa kau tega menipunya seperti ini?” wanita yang biasanya terlihat kuat itu terlihat menitikkan air mata.
"Hanya 1 tahun Gina, maka semuanya selesai. Anna akan mendapatkan balasan yang sesuai untuk ini. Bara bersedia menanggung semua biaya sekolah adiknya, kebutuhan semua keluarganya bahkan setelah semua ini selesai ia akan memberikan sedikit hartanya untuk Anna." Heru, mencoba menenangkan Gina dengan semua iming- iming tersebut.
Anggina tertawa sinis, “Kau pikir dia wanita seperti itu yah? Betapa rendahnya penilaianmu terhadapnya!” Anggina menggeleng tidak percaya. “Aku akan menuntut kalian, lihat saja.” Anggina hendak pergi dari hadapan Heru setelah mengatakan hal itu.
Tetapi Heru menangkap lengannya dengan cekatan. Menatap irish mata wanita itu dengan tajam dan berkilat marah “Jangan macam-macam! Kuperingatkan kau. Kau tidak tahu sedang berurusan dengan siapa saat ini?” ancam Heru dengan serius.
Anggina menepis tangan Heru, “Lalu kau pikir aku harus diam saja melihatmu menjualnya pada pria kaya? Kau kira dia wanita murahan?”
"Aku tidak menjualnya"
"Lantas apa namanya! Kau telah menipunya, kau menipunya dengan telak. Kenapa harus Anna?!! Ah iya,, ya,,ya. Karena dia yang paling polos diantara seluruh teman wanitamu, begitu kan"
"Aku akan menuntut kalian dan melayangkan gugatan atas pernikahan ini.” Anggina maju dan mengetuk dada Heru dengan telunjuknya. “Kau juga tidak tahu sedang berurusan dengan siapa Tuan Heru!” Ia menatapnya dengan berani, Gina berbeda dengan Anna, ia terlalu keras kepala untuk diberitahu secara baik-baik
-----Bersambung-----
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top