KEMARAHAN HERU

“Loh Nduk, memang Nak Bara tidak bilang ke kamu kalau sawah milik juragan, Ngadino yang luasnya itu hampir 4 hektar dibelinya dan diberikan kepada Bapakmu?” penjelasan pertama dari sang Ibu, membuat Anna memejamkan matanya.

   “Nak Bara kasihan katanya. Daripada Bapak cuma bantu-bantu panen sawah orang yang upahnya itu enggak besar. Kan lebih baik kalau punya sawah sendiri. Gitu loh!” sambung Ibunya.

    Lalu terdengar suara Nina dari arah belakang. Sang Ibu dan anak itu terdengar berbicara dengan logat jawa, yang mengatakan bahwa Bara meminta mereka untuk tidak memberitahu Anna. “Mba, maaf loh. Soalnya kata suaminya Mbak jangan  beritahu Mbak Anna, takut Mbaknya kepikiran. Mas Bara, juga sudah melunasi semua tunggakan biaya kuliah Nina.  Uang masuk untuk pendaftaran kuliah Angga juga,”

          Anna, semakin lemas mendengar semua itu. Semua sudah terjadi, tidak ada lagi yang dapat ia lakukan. Semuanya sudah diterima dengan baik oleh keluarganya, tanpa ia tahu.

                             ***

Heru, membuka dengan kasar pintu ruangan Bara. Dengan sorot kilat marah di matanya, Bara menebak-nebak apa yang membuat pria berparas dingin itu kini terlihat penuh amarah. Heru sangat baik dalam mengontrol emosinya sendiri, jelas hal ini tidak biasanya ia lihat.

   “Kau menginkari janjimu,” ucapnya geram. “Apa yang kau lakukan pada wanita tidak berdosa itu semalam, Bara!” sambungnya. Bara pun mulai mengerti alasan Heru tiba-tiba meletup marah pagi ini. Bara, tersenyum tipis lalu bangkit dari tempat duduknya. Berjalan mendekati Heru.

    “Aku bahkan lupa pernah berjanji!”

   “Bajingan!” teriak Heru, menarik kerah kemeja Bara dengan kasar. membuat rahang wajah pria itu mengeras seketika. “Dia hanya alat untukmu mendapatkan warisan bodoh itu, apa kau lupa. Huh!””

   Bara, menatap Heru dingin dan melepaskan tangan pria itu dikerahnya. “Kurasa kau salah paham satu hal Heru. Aku tidak benar-benar menyakitinya. Kami berdua menikmatinya, kau dapat tanyakan kepada,-“

   Kata-kata Bara terhenti saat tinju melayang ke wajahnya. Ia terhuyung ke sudut meja, menahan nafasnya agar amarah tidak menguar begitu saja. Dengan gerakan santai, ia membersikan darah yang keluar dari sudut bibirnya yang robek. Memandang Heru, dan dengan gerakan iba-tiba membalas pukulan Heru dua kali lebih menyakitkan.

     Heru, tersungkur ke lantai. Ia bangkti segera dan hendak kembali membalas. Namun Bara, memberikan kode untuk mereka berhenti dari kekonyolan ini. “Aku ada meeting pagi hari ini dengan seluruh jajaran direksi dan komisaris, apa kau lupa? Kau ingin aku bertemu dengan mereka dengan wajah penuh lebam seperti itu? Oh ayolah heru, sejak kapan kita bertengkar karena seorang wanita! Rasanya menjijikan sekali.”

    “Tapi dia berbeda dan kau tahu itu! Dia tidak seperti wanitamu yang lain, Anna adalah wanita baik-baik yang terperangkap dalam rencana kotor kita.”

     “Baiklah aku akui aku salah tidak dapat mengontrol emosiku semalam. Tapi semua sudah terjadi dan tidak dapat aku kembalikan seperti semula.” Tukasnya, “ Namun kau harus ingat Sesuatu Heru, bagaimanapun dia adalah istriku saat ini. wanitaku, dan aku tidak suka siapapun ikut campur dalam urusan pribadiku. Terserah jika kau mau  memilikinya usai kontrak ini selesai, tapi tidak sekarang!” Bara memberi nada penekanan yang jelas. “Tidak selama dia menjadi istriku.” Ujar Bara dengan jari telunjuk mengarah ke wajah Heru dengan tegas.   

-----bersambung-----

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top