GENG REMPONG
Begitu masuk kerja seperti semula, seluruh teman-teman kantornya memberikan ucapan dan juga hadiah atas pernikahannya dengan Bara. Beberapa dari mereka merasa kecewa karena Anna menikah di kampung sehingga mereka tidak bisa datang saat acara pernikahannya.
“Jadi, kapan dong An kita adakan acara kecil-kecilan syukuran pernikahan kamu?” tanya Mbak Rita, rekan kerjanya.
“Acara apa Mbak maksudnya?” Anna balik bertanya.
“Ya, acara makan-makan dong An. Kamu ajak suami kamu juga, sekalian dikenalin ke kita semua. Kan kita juga mau tahu dong seperti apa sih suami kamu,” godanya. Mbak Rita usianya lebih tua 3 tahun darinya, namun ia masih menikmati kesendiriannya alias belum menikah.
Anna, sudah selesai merapikan mejanya. Biasanya mereka memang seperti ini, baru akan mengobrol dan bercanda saat jam pelayanan bank sudah selesai. “Kapan-kapan saja yah Mbak, orangnya juga lagi sibuk sepertinya” Jawab Anna. Mencoba menghindar.
“Memang suami kamu kerjanya apa An?” Sekarang Fitri, teller bank lantai dua, ikut menimbrung. Kerja apa? Bara kerjanya apa, ia juga tidak tahu. Selama 1 minggu menikah, mereka bahkan belum berbincang sama sekali. Bahkan mengenai perjanjian pernikahannya saja belum sempat mereka bahas karena Bara begitu sibuk dan jarang dirumah.
Duwi, yang juga bekerja sebagai teller bank tiba-tiba mendekat ke arah Anna. “Jadi, bagaimana rasanya An?” tanyanya penasaran. Duwi ini sudah berusia 25 tahun seperti dirinya, baru berencana menikah tahun depan dan sudah sangat penasaran perihal malam pertama. Dahi Anna bekerut bingung “Apanya?!”
Duwi, lagi-lagi menyenggolnya “Alaaah, kamu An pura-pura polos. Ya itunya lah, bagaimana rasanya? Sakit kah, atau,, ehm ehmmm ?!” Kini bukan hanya Duwi, tapi juga Fitri dan Rita yang mulai mendekatinya. Wajah Anna seketika memerah setelah tahu maksud dari pertanyaan Duwi. “Emmm,, maksud kamu malam pertama?!” Bisiknya pelan. Membuat ketiga wanita itu semakin merapatkan barisannya.
“Iyaaa,..“ sahut Duwi lagi, mulai tidak sabar “Gimana sih, katanya sakit yaah?” Anna bingung mau menjawab apa, karena dia sendiri belum merasakannya dan seketika berharap dalam hati semoga Bara tidak memintanya melakukan hal itu karena ia tidak mau. Ia tidak mau merelakan hal yang begitu berharga untuk penipu dan penjahat seperti Bara. Ia ingin melakukannya dengan cinta. Meskipun Ia sadar Bara suaminya yang sah.
“Waduhh… belum tahu. Kan Beluman?” Jawabnya polos.
“Hah…. Kok bisa belum. Kan sudah hampir 1 minggu kamu nikah?”
Anna mencoba mencari alasan. “Iya, Kan pas akad nikah itu lagi halangan Mbak. Baru bersih tadi pagi nih”
“Oooohhhh,,,” Ucap ketiga wanita itu tanpa sadar. Anna menghela nafas dan langsung menyambar tas nya. “Pulang duluan yah, sudah ditunggu suami dirumah soalnya.” Elaknya. Jelas saja ia berbohong, mana mungkin Bara menunggunya. Tapi setidaknya ia bisa lolos dari rentetan pertanyaan teman-temannya.
Ia segera masuk ke dalam mobil dimana sudah ada Anggina disana menunggunya. Mereka memutuskan untuk bertemu hari ini, karena Anggina terus memaksanya. “Kenapa sih kamu malah bersikap pasif seperti ini, An? Apa jangan-jangan kamu sudah mulai tertarik atas tawaran menggiurkan dari pria kaya itu?” tanya Anggina marah atas sikap Anna yang malah dinilainya tidak melakukan perlawanan sama sekali.
“Bukan begitu Gin. Hanya saja, Bara itu bukan orang sembarangan yang dapat aku lawan dengan mudah! Dia mengancam akan melakukan sesuatu pada Nina dan semua yang berani mengancamnya. Aku tidak ingin kamu juga ikut masuk ke dalam masalahku!”
“Aku bisa meminta bantuan dari ayahku, Anna. Kamu lupa yah, keluarga kami berlatar militer! Kita pasti dapat membalas perlakuan mereka kepadamu.”
Anna, menunduk bimbang. Dia hanya tidak ngin melibatkan keluarga Gina dan membahayakan wanita itu juga. Bukankah kata Bara ia hanya perlu bertahan 1 tahun? Lagipula pria itu jarang dirumah, ia yakin 1 tahun akan cepat terlewati.
“Anna,…” Anggina memanggilnya. Anna menggeleng pelan, “Biar kupikirkan dahulu. Aku hanya tidak ingin keluargaku menjadi terlibat dalam bahaya.”
-----bersambung-----
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top