BARA MEMILIH!

Tidak biasanya Bara serumit ini. Sebelumnya selalu mudah mencari wanita tipe Bara, namun entah mengapa kali ini Heru seperti kehabisn akal sama sekali.

2 minggu yang lalu saat ia menawarkan beberapa kandidat yang pas menurutnya namun Bara menolaknya, ada saja yang kurang di mata pria itu.

"Jangan yang itu, cari yang lain. Terlalu mencolok untuk menjadi isteriku. Cari yang lebih sederhana" Begitu katanya.


Lalu di lain waktu Heru kembali membawakan apa yang diinginkan Bara namun lagi-lagi ditolaknya. Ia bahkan masih ingat bagaimana ekspresi frustasi majikannya itu ketika ia menawarkan wanita sederhana seperti yang ia minta.



Bara mengangkat Alisnya, memijit pelipisnya lalu menggeleng menjauhkan beberapa helai foto dihadapannya "Tidak. Terlalu sederhana dan terlihat kampungan. Cari yang bisa mengimbangiku, Heru!" ujarnya geram.



Kini, Heru meletakkan foto yang ia dapatkan dari hasil Reuni 2 hari lalu ke atas meja Bara. Berharap dalam hati pria itu akhirnya menjatuhkan pilihannya kepada salah satu wanita di foto itu.



"Wanita paling kanan, Anggina. Berasal dari keluarga terhormat. Ayahnya seorang purnawirasan TNI Angkatan darat. Ibunya seorang dokter di salah satu rumah sakit pemerintah. Lulusan Sarjana komunikasi, bekerja sebagai penyiar radio di radio swasta. Pintar bahasa asing, cantik dan menawan." Heru menjelaskan panjang lebar berharap majikannya ini tertarik.



Bara, mendelik kearah Heru "Kau bercanda, Huh!" Bara, menggeleng. "Aku tidak ingin berurusan dengan seseorang yang terlibat ataupun pensiunan militer. Hanya akan menyusahkan saja nantinya."



"Lanjutkan," sambung Bara.



"Paling kiri bernama Maya, wanita paling cantik diantara yang lain. Energik, seksi dan pintar. Ia bekerja sebagai serketaris di sebuah perusahaan asing." Melihat majikannya hanya diam dan mendengarkan, Heru menjadi semakin bersemangat menjelaskan soal Maya, "Memiliki tinggi badan diatas rata-rata, dengan tubuh proporsional, berkulit putih dan,- "



"Aku tidak mau!" selanya," Dari wajahnya aku sudah dapat menduga kalau dia gadis penggoda," Bara menilai sesuka hatinya. Lalu matanya menatap wanita di samping Anggina. Bara menunjuk dengan telunjuknya, "Siapa dia?"



Heru terdiam sesaat, sebelum kembali menjelaskan. "Anna, Pramestyawati. Seorang karyawati di bank swasta. Mahasiswi tingkat akhir jurusan ekonomi di salah satu universitas swasta Jakarta." Heru menjelaskan dengan cepat. "Tidak ada yang spesial dari dirinya."



"Jelaskan tentang dirinya." Bara menyandarkan bahunya ke belakang dengan gerakan santai. "Anak pertama dari 3 bersaudara, Ayahnya pensiunan buruh yang saat ini menjadi petani, ibunya hanya pedagang kecil di kampung. Sederhana dan ramah."



Bara mengangguk kecil, mengambil foto itu dan mengamatinya. Cukup lama pria itu mengamati gambar yang ada di foto, sebelum akhirnya memberikan titah terakhir kepada Heru. "Aku mau dia! Entah bagaimana caranya, kau atur agar diam au menikah denganku selama satu tahun. Janjikan dia harga yang pas, yang akan dia dapatkan saat perjanjian ini selesai."


Entah mengapa Heru sedikit merasa ciut mendengar perintah majikannya ini. Ia merasa tidak tega melihat Anna, harus menjadi umpan dari Bara. Wanita itu terlalu baik untuk perjanjian konyol semacam ini.


"Jika saya boleh tahu, perjanjian apa saja yang akan tertulis di dalam kontrak sehingga saya bisa membujuknya."



Alis mata Bara sedikit terangkat. Ia belum memikirkan hal ini sebelumnya. "Entahlah, aku tidak tahu. Bagaimana menurutmu?"



"Apa yang bisa kita janjikan kepadanya?"



Bara mengangkat bahunya santai, "Mungkin sebuah rumah besar, uang dengan nilai yang besar dan mobil."



"Lalu bagaimana dengan perjanjian pernikahan? Mengingat semua ini hanyalah sandiwara."



Mata Bara menyipit, "Jangan bertele-tele Heru, katakan maksudmu dengan jelas."



"Kalian akan tinggal dirumah terpisah, kamar terpisah atau bagaimana?" jawab Heru, "Apa yang tidak boleh ia lakukan, dan apa yang bisa ia lakukan selama menjadi istri sah-mu?"



Bara, menghela nafas panjang. "Dia harus tinggal di rumah utama, itu salah satu isi surat wasiatnya. Dan aku tidak akan berbagi kamar pribadiku dengannya. Jalani hidup seperti biasanya, dengan batasan dia tidak boleh ada affair dengan pria lain selama terikat denganku. Itu saja!"



"Bagaimana kalau dia menolak semua yang kita tawarkan!"



"Aku tidak perduli bagaimanapun caranya," Sahut Bara dengan santai. "Itu semua menjadi urusanmu." Sambungnya.


Heru keluar dari ruangan Bara. Anehnya, mengapa ia merasa tidak rela saat Bara menjatuhkan pilihan kepada Anna.

-----Bersambung-----
New version

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top