Sandal Putus
Baru setengah jalan menuju warung tiba-tiba sandal Riana putus. Dalam gandengannya si kecil Lana menatap polos, ia seolah bertanya kenapa bundanya berhenti.
"Yahhh sandal bunda putus."
"Nta beliin ayah aja agi bun." Riana balas dengan senyuman.
Tidak masalah bagi Riana harus bertelanjang kaki ke warung toh jarak dari rumahnya paling bekisar lima menitan. Sepulang dari warung suaminya Ringgala baru ingin berangkat kerja. Ia menscan penampilan istrinya sampai bertemu dengan pemandangan kaki tanpa alas. Di tangan sebelah kiri Riana masih ada sandal putus tadi, Riana berharap sandal itu masih bisa dijahit.
"Sengaja diputusin biar dibelikan yang baru kan?" Sudah Riana duga, candaan Gala membuat ia baper.
"Nggak ayah, sandal bunda emang putus kok." Si kecil Lana memberi pembelaan.
Tidak ingin Lana dengar nyanyian orang tuanya yang bernada sumbang, mengusir segala keharmonisan, Riana menyuruh Lana masuk ke dalam kamarnya.
"Aku aja beli baju baru enam bulan sekali. Kenapa kamu ya sandal putuslah, make up habislah, uang bulanan kurang, susu Lana dan masih banyak lagi."
"Cukup! Kalau Mas merasa keberatan besok-besok jangan dipenuhi lagi permintaanku. Maaf sudah merepotkan."
"Kayak gitu cara kamu ngomong sama suami?"
Salah lagi, salah terus. Sebenarnya permintaan terbesar Riana hanya satu, kelembutan Gala yang tidak pernah ia dapatkan. Gala manis jika sedang meminta hak biologisnya, Gala lembut saat Riana memenuhi perminta-permintaannya. Lepas dari itu semua hanya umpatan, teriakan bahkan kekasaran. Mulut Gala sudah setara boncabe level paling tinggi. Kalau sudah mengumpat hati Riana remuk redam.
"Ia aku minta maaf, Mas." Egois dalam rumah ini hanya milik Gala, Riana diciptakan untuk mengalah, mengalah dan mengerti, tapi tidak pernah diperlakukan sebaliknya.
Sialnya, air mata Riana berkumpul saat masuk kamar, dapati si kecil Lana tetidur sendirian. Akhir-akhir ini anak itu sedikit susah makan karena tumbuh gigi, di usia dua setengah tahun Riana merasa Lana butuh susu tambahan untuk penunjang berat badan, tapi Gala duluan marah-marah saat Riana memberi usul. Laki-laki itu naik pitam saat tahu uang bulanan Riana sudah habis sebelum bertemu tanggal gajihan.
"Maafin bunda ya Sayang." Riana ratusan kali minta maaf, sebab dalam pernikahan ini bahagia yang mampir di hatinya mungkin kisaran tiga puluh persen, selebihnya kedukaan-kedukaan yang mengiris hati lebih berwarna daripada kelap kelip ceria.
Saat Riana menjahit bibirnya untuk menahan segala emosi demi ciptakan kerukunan rumah tangga, ada Lana tempat pelampiasan emosi tak sengaja saat anak itu mulai rewel, bertingkah malas mandi, menolak makan dan tidak tidur sampai larut malam. Emosi Riana yang menumpuk akhirnya terlampiaskan pada Lana. Ia marahi anak itu, sehabisnya ia menyesal lalu menangis sesengukan. Benar memang, ibu yang tidak bahagia akan mempengaruhi anak-anaknya.
***
"Mana Lana?"
Kalau ditebak dari nada suaranya mood Gala sudah berubah baik. Air mukanya pun tidak tampak sedang dalam mode marah.
"Lagi main di kamar. Mas mau makan yang tadi pagi atau mau aku buatin apa?"
Gala harus banyak-banyak bersyukur saat istri lain mungkin malas memasak, Riana dianugerahi sesuatu yang tidak dimiliki semua perempuan yaitu hobi memasak. Juga Riana patut ucap Alhamdulillah berkat hobi memasaknya bisa memenuhi selera lidah Gala. Sebab Gala sangat mengedepankan pelayanan. Pulang minimal ada teh dingin di kulkas, makanan sudah tersaji, intinya dilayani bagai raja, sampai urusan ambil air minum pun harus Riana yang turun tangan. Kalau tidak ada saja umpat-umpatan kecil dari suaminya itu.
"Mas capek ya seharian kerja." Sambil menunggu makanan dihangatkan, Riana hampiri Gala yang duduk di depan televisi.
"Iya nih, leher Mas pegal. Kamu juga capek ya." Sebenarnya Gala bisa baik, bisa romantis, bisa seperti pria yang sangat menyayangi istrinya di dalam moment-moment tertentu.
"Iya, ternyata kita sama-sama capek." Akhirnya Riana merebahkan kepalanya di atas paha Gala.
"Maaf ya udah marah-marah. Nanti hari minggu kita jalan beli sandal baru."
Riana sudah paham sifat Gala. Tingkahnya bagai roller coaster yang tidak bisa ditebak. Mungkin dalam sehari Gala gonta ganti mode dari senyap sampai ceria.
"Nggak usah Mas. Nanti cari tukang jahit aja." Riana lebih dulu baper. Ia seolah sadar diri sudah merepotkan Gala.
"Marah ya sama Mas?"
Cepat Riana menggeleng. "Uangnya simpan aja buat beli susu Lana."
"Buat susu Lana ada kok. Jadi nanti kita beli sandal baru aja ya. Mas tahu kok sandal itu udah nggak bisa dijahit. Maaf ya Sayang." Acakan tangan Gala di puncak kepala membuat Riana membeku. Matanya berkaca-kaca, hatinya dibuat Gala terombang ambing, sebentar-sebentar merasa paling menderita dalam rumah tangganya, lalu tiba-tiba dibuat menjadi yang paling bahagia dalam satu detik, membingungkan.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top