Bab 9 Bumerang Memilukan
Kana langsung merebahkan diri setelah pulang. Sedangkan Alby bergegas mandi karena merasa gerah. Padahal dia juga sudah mandi saat mereka pergi tadi. Sambil menunggu Alby keluar dari kamar mandi, Kana bangun dan mengganti pakaian dengan baju dinasnya. Ya walau pun tidak pernah berhasil, tapi mana tahu kalau dia konsisten momen itu akan datang juga. Kana optimis meski Alby sering mematahkan hatinya.
“Menggoda suami sendiri dapat pahala kan ya? Iya nggak sih? Kayaknya iya deh?” Kana bertanya-tanya pada diri sendiri. Jujur dia tidak begitu mendalami agama islam, hanya tahu dasarnya saja.
Derit pintu kamar mandi terbuka pun terdengar di telinga Kana. Dia segera memperbaiki cara tidurnya agar bisa mengundang hasrat suaminya. Kana sedikit mengacak-acak rambut dan tersenyum menggoda.
“Astaghfirullah,” ujar Alby saat melihat ke arah Kana. “Biar apa sekarang?”
“Kak, kita sudah hampir sebulan menikah, masih juga belum melakukannya. Kakak nggak takut dosa apa mengangguri istri kayak aku.” Decak Kana, mana tahu kalau bawa-bawa dosa suaminya bisa takut dan segera melakukannya.
Alby berdecak kesal. “Aku lebih takut lagi bila berhubungan denganmu membayangkan wanita lain.”
Jantung Kana langsung terasa nyeri saat mendengar kalimat yang begitu entengnya keluar dari mulut sang suami. Apa Alby memang tipe laki-laki yang tidak pernah memikirkan ucapannya bisa melukai hati lawan bicaranya? Apa Alby memang sebodoh amat itu kepadanya? Kana melengos tidak berdaya setelah mendengar kalimat tersebut. Perlahan dia membalik tubuhnya dan langsung menutup mata. Kana hanya berharap kesedihannya bisa segera sirna begitu ia membuka kembali matanya esok.
“Memang harus di ultimatum dulu baru bisa diam.”
Alby menggelengkan kepalanya, dia tidak begitu peduli dengan perubahan sifat Kana yang tadinya begitu semangat dan ceria tiba-tiba berubah murung dan langsung tidur. Alby masih memiliki banyak hal yang harus dia pikirkan daripada memikirkan isi hati Kana.
“Kak, kenapa hatimu sekeras batu, bahkan batu saja bisa berlubang ditetesi air. Kenapa Kakak tidak bisa melihatku sekali saja sebagai wanita. Setidaknya bernafsu sedikit saja terhadapku.”
Kana hanya bisa menumpahkan segalanya pada saat ia menangis. Meski ia tidak menyukainya, tapi dengan menangis hatinya merasa lega. Sebagian dari bebannya bisa dia buang.
“Apa aku menyerah saja?”
Kana menggeleng keras. Dia tidak ingin kehilangan Alby. Mencintainya beberapa tahun sebelum mereka menikah membuat Kana sangat ingin memilikinya. Tapi sesudah dimiliki, ternyata dia tidak bisa memilikinya. Jangankan hati, ragamnya pun tidak mampu dia miliki seinci pun. Kana tersenyum miris dengan kisah rumah tangganya.
“Apa yang harus aku lakukan supaya bisa memiliki Kakak dalam hidupku?”
------
Kana sudah memikirkan segala cara untuk bisa menggaet suaminya. Dia ingin hamil, tapi bagaimana caranya jika suaminya sjaa enggan untuk menyentuh. Belum lagi mertuanya sering bertanya mengenai kehamilannya. Andai Kana bisa mengatakan yang sebenarnya, tapi kenyataannya ia hanya bisa bungkam seribu bahasa.
“Ya Tuhan apa yang harus aku lakukan, jika seperti ini terus rumah tanggaku bisa saja hancur.” Desah Kana kebingungan. Dia sudah melakukan beberapa trik dari teman-temannya tapi satu pun tidak ada yang berhasil.
“Apa aku ikut les cara membangkitkan hasrat suami? Perlukah? Bagaimana kalau nggak berhasil, bisa-bisa nanti buang duit.”
Kana mengacak rambutnya frustrasi. “Apa aku sosor dia? Atau serang langsung? Tapi kalau tidak berhasil juga aku pasti malu.”
“Kenapa hidupku sedramatis ini, memiliki suami tapi nggak bisa dimiliki sama sekali. Sebenarnya Kak Alby itu milik siapa sih?” Jujur Kana jadi penasaran dengan keteguhan suaminya. Bisa-bisanya tidak terhasut dengan penampilannya selama ini. Padahal kalau pria lain sudah habis Kana sejak dulu.
“Tunggu, aku masih punya satu ide gila, haruskah kucoba?” Kana penuh pertimbangan dengan ide gilanya ini. Karena salah langkah semuanya bisa berakhir.
“Sesuatu yang gila akan selalu ada risikonya. Apa aku bisa menanggungnya nanti?” Kana kembali bertanya karena hatinya lagi-lagi galau. Mungkin idenya terdengar gila, tapi setidaknya dia bisa merasakan euforia disentuh oleh Alby walau hanya sekali. Kana sangat mencintai Alby bahkan tidak pernah berubah sedikit pun, meski selama ini dia hanya menerima penolakan dari suaminya.
Tiga hari kemudian, Kana kembali menyambut suaminya dengan pakaian dinas andalannya. Bedanya malam itu Kana menyiapkan minuman untuk suaminya. Alby yang notabenenya cuek tidak ingin ambil pusing. Dia menerima air tersebut dan meminum beberapa teguk. Kana tersenyum puas, saat itu hanya satu yang dia pikirkan.
“Kak, mau kubantu melepas bajunya?” Tanya Kana saat dia merasa suaminya risih dan terlihat tidak nyaman.
“Tidak perlu,” ujarnya, beberapa kali Alby memegang tengkuk lalu melihat ke arah Kana dengan tatapan tajam.
“Apa kakak butuh sesuatu?” Kana kembali bertanya, hatinya mulai menjerit senang karena reaksi obatnya mulai terlihat. Alby terlihat kepanasan, tatapannya tidak fokus, dan beberapa kali dia menatap Kana dengan tatapan nafsu.
“A-apa yang kamu masukkan ke dalam minumannya?” Tanya Alby masih berusaha menetralkan pikirannya yang mulai semberawut. Di matanya Kana tampak begitu menggairahkan. Bahkan lingerie yang biasa dikenakan oleh Kana terlihat murahan di matanya. Kali ini tatapan Alby pada Kana jauh berbeda. Wanita yang kini berdiri dihadapannya, terlihat begitu seksi, menggoda dan menggairahkan hasrat yang selama ini tidak pernah tersalurkan.
Kana mendekat sambil melenggak-lenggokkan tubuh. Alby menyambut Kana penuh gairah. Reaksi obat yang Kana berikan sudah bereaksi sepenuhnya. Dia mulai mencumbu Kana dengan kasar. Kana yang tidak siap menerima serangan Alby terlihat kesulitan mengimbangi keganasan suaminya. Bahkan Alby dengan kasar merobek lingerie yang Kana kenakan membuat wanita itu tersentak. Raut ketakutan jelas terlihat di wajahnya. Alby tersenyum sinis melihat itu.
“Bukankah selama ini, ini yang kamu mau?” Pertanyaan itu jelas mengandung sirat sinis.
“T-tapi tidak seperti ini,” ciict Kana.
“Lalu seperti apa? Oh apakah seperti ini?” Alby meremas bukit kenyal milik Kana kasar, lalu menggigit ujung putingnya membuat wanita itu mengelinjang kesakitan.
“Kak, sakit, hentikan!” teriak Kana, tanpa terasa dia menangis.
“Kenapa? Bukankah ini yang kamu mau selama ini Kana.”
Tatapan Alby penuh bara hasrat dan nafsu sudah menguasai dirinya. Dia dengan kasar melepas celananya. Dia bisa merasakan Alby junior sudah mengeras. Kana menggeliat hendak melepaskan diri saat junior Alby menyentuh pangkal pahanya. Dia menggeleng takut sambil menangis.
“Kak, aku tidak mengingkan hubungan intim seperti ini. Ini salah,” ujar Kana berharap Alby menghentikan aksinya.
Alby tersenyum miring, dia memegang kasar paha Kana hingga wanita itu berteriak. Dengan kasar dia membuka pangkal paha Kana dan mengarahkan Alby junior yang sudah siap diajak bertempur. Kana memberontak sekuat tenaga sambil menjerit. Tapi tenaganya kalah dengan tenaga Alby. Dengan kasar pria itu menerobos lembah surgawi yang tidak pernah tersentuh oleh apa pun selama ini. Kana terus menjerit karena rasa sakit yang dia rasakan terasa amat menyakitkan.
“Kak Alby hentikan!” teriaknya.
“Ini yang kamu mau selama ini, jadi terimalah dia.” Kekeh Alby dengan mata membara.
“Kakak, hentikan, kumohon hentikan.”
Alby tidak menggubris rintihan Kana. Dia terus melakukan penetrasi hingga Alby junior bisa menyentuh kedalaman lembah surgawi milik Kana. Pria itu merasakan kenikmatan yang tiada tara, rasa yang baru dia rasakan. Alby junior membuang bulir kehidupan di dalam sana. Kana tampak tidak berdaya di bawah kungkungan suaminya. Alby jatuh tertidur disamping Kana.
“Bukan begini yang aku impikan Tuhan.” Isak an yang begitu pedih, tidak ada yang tersisa darinya yang sudah tidak memiliki harga diri lagi.
🦋🦋🦋🦋🦋
Ditunggu kelanjutannya ya Missue 🌮🌮🌮 kasih Miss semangat dong Missue. Makasih ya 🍟🍟
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top