Bab 8 Makan Malam

“S-siapa dia?”

“Nggak liat lo, dia datang sama Kaivan, sudah jelas itu istrinya.” Celoteh Antonie.

“Gila, istri setjakep itu dianggurin. Matanya beneran melihat apa Cuma hiasan doang.” Sahut Angga ikut mengintrupsi.

“Bisa direbut nggak sih?” Tanya Niko dengan tatapan serius.

Sontak kepalanya dihadiahi pukulan maut dari kedua sahabatnya. Angga sendiri tampak tidak mau ikut campur dengan urusan mereka bertiga. Mengingat percakapan mereka sangat sensitif untuk kejantanannya, itu cukup melukai harga dirinya sebagai lelaki penyuka anak gadis berstatus jomlo.

“Bini temen sendiri mau lo embat, emang edan! Tapi gue juga mau sih kalau bisa.”

Kini giliran kepala Antonie yang dipukul oleh mereka berdua. Angga semakin tidak habis pikir dengan mereka berdua. Percuma saja memiliki wajah tampan kalau nyari perempuan saja tidak becus. Malah mau menikung istri sahabat sendiri. Sungguh kelaknatan yang tidak baik untuk dipelihara. 

“Ya elah sama aja kalian berdua.” Decak Dito sambil geleng-geleng kepala.

Alby menatap mereka dengan tatapan datar andalannya. Sedangkan mereka semua hanya terfokus pada Kana yang berjalan di belakang. Sesampainya di sana, Kana langsung tersenyum singkat dan mereka mempersilakan dirinya duduk. Kana tersenyum canggung karena teman-teman suaminya melihat ke arah nya terus sejak kedatangannya.

“Kenalin ini Kana istriku.”

“H-hay gue Antonie, disamping gue Niko yang di depan kamu namanya Dito, sedangkan yang disamping Kaivan namanya Angga.”

Mereka berempat berdecak kesal karena Antonie yang dengan lancang memperkenalkan diri mereka kepada Kana. Padahal mereka sudah menyiapkan kalimat perkenalan sendiri. Gagal sudah gara-gara Antonie yang kurang kerjaan.

“H-hay juga, saya Kana, salam kenal.”

Mendengar suara Kana yang mendayung dan merdu mereka berempat tidak bisa lagi berkata-kata. Angga melirik ke arah Alby. Mata keduanya bertemu kemudian Angga menggelengkan kepalanya heran. Bisa-bisanya atasan sekaligus sahabatnya mendiamkan istri secantik dan sepakat komplit begini. Wajahnya seolah berkata ‘kamu memang gila.’

Alby berdehem dan menatap mereka semua tajam. Memergoki sahabatnya menatap Kana dengan penuh damba menjadi salah satu hal yang tidak disukai olehnya. Dia segera mengeluarkan ultimatum tegas agar para sahabatnya tidak melewati batas.

“Jangan menatap istriku seakan kalian mau menerkamnya. Kalian tahu kan bagaimana tabiatku?”

Mereka bertiga sontak lebih menguasai diri dari sebelumnya. Lagi pula mereka tidak pernah bermaksud macam-macam hanya sebatas kagum saja. Mereka melihat ke arah Kana yang tampak tidak begitu nyaman karena perlakuan mereka barusan. Dengan segera salah atud ari mereka bertiga meminta maaf. Mereka juga tidak mau jika Kana sampai salah paham dna mengira mereka dari golongan pria mesum.

“Maaf Kana kami tidak bermaksud membuatmu kurang nyaman. Kami hanya terlalu sennag bisa bertemu denganmu.”

“A-ah, tidak apa-apa, aku hanya tidak terbiasa saja berada di tengah-tengah pria selain keluargaku.” Kana memberikan senyuman kecil sebagai tanda dia tidak masalah.

“Padahal ini pertemuan kita yang pertama tapi kesan yang kami tampakkan malah tidak baik. Sekali lagi maaf ya Kana.” Tukas Dito dengan menyesal.

“Sungguh aku tidak apa-apa. Jangan merasa sungkan.” Timpal Kana karena dia ikutan merasa tidak enak dengan situasinya.

“Mau sampai kapan acara minta maafnya? Aku sudah lapar.”

Alby mengintrupsi karena merasa jengah dengan kelakuan mereka semua. Tidak istri, tidak sahabat sama-sama merepotkan. Mereka berempat hanya tertawa kecil sedangkan Kana tampak menunduk karena malu. Dia melirik ke arah Alby yang tampak tidak berminat sama sekali untuk meliriknya. Padahal Kana sangat ingin dilirik lalu digenggam tangannya. Tapi kembali pada realita, suaminya memang tercipta kaku seperti sekarang.

“Tenang untuk makanan sudah kami pesan, tinggal menunggu kedatangannya aja.” Dito menimpali.

Mereka melakukannya bukan tanpa alasan. Mengingat makanan yang disajikan bisa menunggu hingga puluhan menit. Dito dan lainnya berinisiatif memesan makanan terlebih dahulu sambil menunggu kedatangan Kana dan Alby. Lagi pula Alby tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan apa pun. Sedangkan untuk Kana, mereka tidak tahu apakah memiliki alergi atau tidak. Makanya menu yang mereka pesan beragam. Agar Kana bisa memilih sesuai seleranya. Benar saja, tidak lama berselang beberapa makanan mulai disajikan.

“Kak, aku ke kamar mandi dulu, permisi.” Izinnya pada Alby karena Kana kebelet buang air kecil.

Alby hanya menganguk singkat sebagai jawabannya. Dia kembali melanjutkan aktivitasnya mendengarkan para sahabatnya berbacot ria. Entah apa pembahasannya dia malah tidak begitu fokus. Pikirannya malah melayang pada Kana.

Kana sudah selesai dari toilet, segera kembali sambil tergesa-gesa. Dia tanpa sengaja menabrak seseorang sehingga minuman yang dipegang oleh si wanita tumpah mengenai bajunya. Terlihat dari raut wajahnya, wanita itu tidak senang. Dia menatap Kana dengan kesal.

“Maaf, Mbak saya tidak sengaja.”

“Maaf, maaf, emangnya dengan maaf baju saya bisa bersih lagi! Kamu tahu nggak berapa harga bajunya!” teriak si wanita dengan marah.

Alby dan teman-temannya mendengar suara ribut dari pojok restoran. Dia melihat istrinya sedang dimarahi oleh wanita berambut pirang. Dia menghela napas, masalah apalagi yang sekiranya dibuat oleh Kana Sampai-sampai berurusan dengan wanita seperti itu. Alby tidak mau ambil pusing dengan Kana. Sedangkan para sahabatnya tampak ingin menolong tapi dicegat oleh Alby. Jadinya mereka hanya menonton.

“S-saya akan membayar biaya untuk loundry nya Mbak, saya benar-benar minta maaf.”

“Sialan, lo pikir baju gue bisa di loundry sembarangan? Hah! Lo harus ganti sialan!”

“S-saya akan Menggantinya, berapa yang harus saya berikan Mbak.”

“30 juta!”

“Apa? Baju Mbak semahal itu?” Tanya Kana dengan raut wajah syok. Bawa uang dari mana dia sebanyak itu.

Wanita itu berdecih melihat reaksi Kana. “Harga baju gue lebih malah dari harga diri lo! Sialan bisa-bisanya gue ketemu sama lo, bikin sial aja!” makinya.

“Van, sebaiknya kamu menolong istrimu. Dia tampak dicerca.”

“Iya, Van. Gue nggak tega ngeliatnya,” ujar Niko ikut menimpali ucapan Dito.

Alby tidak menanggapi mereka dan memilih tak acuh. Dia memperhatikan Kana sekali lagi, sudut bibirnya sedikit tertarik. Dia tersenyum penuh arti.

Mendengar hal itu Kana yang awalnya sabar, kini sudah kehabisan stok kesabaran. Dia melihat ke arah wanita itu dengan tajam. Kana melihat baju yang katanya seharga 30 juta benar-benar kekurangan bahan. Dia tidak yakin harganya segitu. Kana tersenyum remeh dan menarik kerah si wanita.

“Aku diam bukan karena aku takut kepadamu! Aku hanya merasa bersalah karena sudah menyenggolmu. Tapi kamu mengabaikan permintaan maafku dan malah memakiku sesuka hatimu. Aku sudah lama tidak melakukan hal kejam kepada orang lain. Apa kamu mau merasakannya?” Kana bertanya sambil memamerkan senyuman evil-nya. 

“A-apa lo ngancam gue, gue bisa laporan lo ke bokap gue! Berani lo!” tantang si wanita yang merasa sudah di atas awan.

“Coba saja kalau berani! Bukan saya yang malu tapi kamu. Saya sangat tahu pakaian yang kamu kenakan harganya berapa?” ejek Kana telak membuat si wanita ciut. Nyalinya ternyata tidak segarang warna rambutnya.

“Jangan kurang ajar jika kamu tidak siap menanggung akibatnya. Jangan juga bersikap kurang ajar pada orang yang sudah meminta maaf! Atau kamu akan menyesalinya!”

Wanita itu segera pergi dari sana dengan tergesa-gesa. Dito, Niko, Antonie dan Angga yang sejak tadi menjadi pemerhati dibuat takjub dengan Kana. Sedangkan Alby hanya tersenyum singkat.

“Jadi lo udah tau siapa Kana?”

🦋🦋🦋🦋🦋

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top