Bab 7 Pertemuan

Pagi itu Kana berhasil menggoda Alby habis-habisan. Pria itu pergi dengan wajah kesal dan sepanjang jalan mendumel. Wajahnya bisa di setrika saking kusutnya. Para bawahannya sampai dibuat heran siapakah kiranya yang membuat wajah atasan mereka menjadi seperti itu. Karena selama ini atasan mereka hanya menampilkan kesan datar, dingin dan tanpa ekspresi. Ini menjadi pemandangan yang sangat langka.

What’s up Bro! Nggak biasanya pasang wajah kusut.”

Angga datang sambil menyerahkan sebuah dokumen dan langsung diterima oleh Alby. Angga adalah sekretaris sekaligus sahabat masa kecilnya. Bersama Angga Alby bebas berekspresi, angga sosok sahabat yang selalu mendukung serta memahaminya. 

“Berani-beraninya dia mengerjaiku.” Decak Alby dan merebahkan diri ke sofa.

“Siapa sih yang sudah berhasil membuat atasanku sebegitu dongkolnya.” Angga bertanya dan ikut duduk.

“Kana.”

“Istri?” Angga bertanya singkat.

“Iya, baru kali ini aku dibuat kesal oleh wanita. Apalagi melihat wajahnya yang ah, aku benar-benar kesal kalau mengingatnya.”

Angga mengernyitkan dahi mendengar curhatan sahabatnya. Dia tahu siapa istri Alby, bahkan saat merencanakan menikah dengan Kana, Angga juga menjadi orang pertama yang tahu. Selain itu, berdasarkan kisah pernikahannya bersama Kana yang diceritakan oelh Alby, wanita itu jauh dari sosok jahil Sampai-sampai bisa membuat Alby kesal seperti sekarang.

“Menurut cerita yang kudengar, dia tidak seperti itu.” Sindir Angga sambil tertawa.

“Awalnya begitu, tapi entah apa yang merasuki jiwanya Sampai-sampai berani melakukan hal tersebut. Kamu tahu apa yang ia lakukan tadi malam?”

“Biar kutebak,” Angga menjeda ucapannya. “Dia memakimu?”

“Itu bahkan jauh lebih baik.”

“Dia menelanjangimu? Atau mengancammu? Atau jangan-jangan dia memperkosamu?”

Alby berdecak kesal mendengar kalimat asal-asalan yang diucapkan oleh sahabatnya. “Saat pulang, aku disambut pemandangan dirinya yang hanya memakai baju dengan bahan kemiskinan. Sudah miskin menerawang lagi, aku bsia melihat apa pun yang coba ditutupi oleh baju itu.”

Tawa Angga meledak seketika saat mendengar keluh kesah Alby. Tentu hal itu semakin membuat Alby bertambah kesal. Kusut di wajahnya kian bertambah.

“Bisa-bisanya lingerie dikatain baju kemiskinan hahahaha.”

“Sudahlah, berbicara kepadamu hanya menambah kadar kolesterol dan darah tinggi naik.”

“Oke, baiklah, terus apa yang membuat kamu sekesal sekarang?”

“Tentu saja ulahnya tadi pagi.”

“Ada apa dengan pagi itu?” selidik Angga jadi ikut penasaran. Jarang-jarang Alby bercerita panjang lebar begini.

Alby menghela napas panjang. Dia menimbang-imbang apakah harus memberitahu atau tempe, bukan maksudnya memberitahu ksiah memalukan tadi malam kepada Angga. Bisa-bisa dia jadi bulan-bulanan sahabatnya. Tapi jika tidak diceritakan juga akan jadi masalah karena dia tahu betul bagaimana Angga jika sudah penasaran.

“Tadi malam ada eccident kecil.”

“Terus.”

“Setelah Kana memakai pakaian yang tadi kamu bilang lingerie. Dia menungguku dengan tatapan menantang dan menggoda. Gila saja aku tidak pernah ada di posisi itu jelas sangat tidak nyaman.”

“Apa susahnya tinggal dimasukin aja.” Cerocos Angga yang memang raja memerawani anak gadis orang. Jelas pengalamannya tidak diragukan lagi.

“Lanjut?”

“Oke, silakan.”

“Aku mengatainya murahan.”

“Gila lo, istri sendiri dibilang murahan. Wah kalau aku jadi Kana mungkin udah kutendang pusaka milikmu.”

“Aku shock jadi panik. Selain itu aku juga tidak memiliki perasaan apa pun kepadanya.”

“Astaga, nggak ada gitu jiwa kelelakian lo aktif? Sumpah ya kalau aku ada disposisi itu pasti udah diikat habis.” Decaknya dan menatap kesal ke arah Alby. Ditatap demikian membuat Alby serasa tersangka kasus pelecehan.

“Karena sejak lahir kita sudah berbeda watak. Amit-amit kayak kamu, perempuan keliling pinggang udah kayak hiasan.”

“Tapi hasrat gue sebagai lelaki tersalurkan Bro! Lo harus nyoba sesekali biar tahu rasa dan sensasinya saat bergumul sama kaum hawa. Apalagi Kana istri sah masa dianggurin.”

Alby terdiam seketika mencerna semua ucapan Angga barusan. Apa iya jika dia bergumul dengan Kana akan menciptakan sensasi seperti yang dikatakan oleh Angga. Dia tampak tidak begitu yakin, tapi sekaligus penasaran. Sensasi macam apa yang sedang dibicarakan oleh Angga.

“Terus alasan muka lo kusut di mananya? Masa iya Kana yang ngambek lo nya yang kecacingan.”

Alby menceritakan kejadian semalam dan pagi tadi, jujur melihat reaksi Angga yang tidak dia harapkan membuat Alby kesal setengah mati. Seharusnya dia tidak bercerita lebih mengenai kejadian itu. Lihat sekarang Angga malah menertawainya. Benar-benar tidak bisa dipercaya.

“Sumpah ya, istri lo menarik banget. Kenalin gue dong Al.” Tawa Angga masih menghiasi wajahnya. Dan dia sangat bersungguh-sungguh ingin bertemu dengan Kana.

Alby melempar map kosong ke arah Angga dan mengusirnya pergi. Pria dengan mata Cokelat terang itu melenggang sambil masih tertawa. Alby mendengkus lalu menghela napas panjang.

“Semua gara-gara Kana, sibiang kerok dalam hidupku.”

----

“Nanti malam kita makan di luar, ada yang mau diperkenalkan denganmu.”

“Siapa?” Kana bertanya karena bingung.

“Teman-temanmu. Pakailah pakaian yang sopan, jangan terbuka sana sini.”

“Tenang saja Kak aku tidak akan terlihat murahan di mata mereka.”

Alby berdehem dan berlalu ke kamar. Hari itu ia pulang sore karena dia tidak lagi lembur seperti sebelumnya. Selain itu karena acara makan malam bersama teman-temannya juga menjadi alasan dia pulang dengan cepat.

Kana memakai dres hitam, panjangnya sampai mata kaki, sedangkan lengan sampai siku. Karena konsep suaminya harus sopan jadi dia memilih dres tersebut. Tidak lupa wajah dia Poles tipis tapi tetap menampilkan kesan cantik dan anggun tanpa harus memakai riasan menor dan berat.

Dia mematut bayangan diri di cermin. Kana tersenyum puas melihat hasil riasannya. “Oke, sepertinya ini sudah sesuai dengan kesopanan versi Kak Alby.”

Kana melihat jam sudah menunjukkan pukul tujuh, dia menyemprotkan sedikit parfum kemudian mengambil tas selempang tanpa tali. Dia menghampiri Alby yang sudah menunggunya di ruang tamu.

“Ayok!”

Ajak Kana dan mendahului Alby menuju pintu. Pria itu tampak sedang terpana pada penampilan Kana yang belum pernah dia lihat sebelumnya. Biasanya Kana hanya menampilkan wajah natural. Dia baru menyadari jika memiliki istri berbadan seksi.

“Kak, ayok nanti kita terlambat.” Tegur Kana karena Alby masih berdiri tegap di ruang tamu.

“Ah, iya.”

Mereka segera menuruni lift. Alby sesekali mencuri pandang pada Kana. Menatap dada sintal yang sedikit berisi tapi tidak begitu besar. Tapi segera dia hempas jauh pikiran kotornya. Sampai di parkiran Kana dan Alby menaiki mobil Fortuner milik Alby dan melaju menuju restoran bintang tiga yang cukup terkenal.

Dito, Angga, Niko, dan Antoni sudah lebih dulu tiba. Mereka sama-sama tampil dengan ketampanan yang maksimal. Beberapa pasang mata melirik mereka diam-diam karena terpesona.

“Mereka lama juga ya datangnya.” Keluh Niko selaku orang yang paling tidak sabaran ia antara mereka berempat.

“Sabar dong, kan belum jam delapan. Kita aja yang datang kecepetan.” Terang Dito menenangkan hati Niko.

“Nah itu mereka!” tunjuk Angga pada sosok Alby yang lebih dulu memasuki restoran. Lalu diikuti oleh seorang wanita yang sangat cantik dan ayu.

Mereka berempat terperangah melihat ke arah datangnya Kana. Sungguh mereka tidak pernah melihat pemandangan seindah ini. Dito yang terkenal tidak gampang menyukai wanita, kali ini berbeda, dia terpana dengan kecantikan wanita yang berjalan di sisi Alby.

“S-siapa dia?”  

🦋🦋🦋🦋🦋

PADA KESEPONA KAN BUAYA DARTING 🐛🐛

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top