Bab 5 Debaran Asing

Kana menatap nanar masakannya tadi malam yang terbuang sia-sia, padahal bahan makanan sedang melonjak naik. Dia tampak lesu dan bersalah, Kana membuang makanan itu ke dalam kantong kresek hitam. Selesai dengan itu dia membersihkan meja makan lalu menyiapkan sarapan ringan untuknya dan Alby. 

“Sedang apa?” Tanya Alby sambil duduk di meja makan. 

“Lagi bikin sarapan buat Kakak.” Kana menjawab singkat tanpa mengalihkan perhatiannya dari omelet yang sedang dia olah. 

“Makanannya yang di sini kemana?” 

“Sudah kubuang, maaf karena makanannya sudah basi.” 

“Jangan masak banyak lagi, kita hanya berdua di sini, meski aku Kaya tetap saja kamu tidak boleh membuang makanan. Banyak orang di luar sana yang kelaparan, kamu seharusnya bersyukur.” Suara Alby tampak tegas saat mengatakannya.

Kana mematikan kompor. Dia memutar tubuh dan melihat ke arah Alby yang menatapnya tajam. “Maaf jika aku membuang makanannya, aku tidak akan melakukannya lagi.” 

Jelas sorot kesal dan sedih tercampur di matanya. Dia menyajikan omelet itu kehadapan Alby. Setelahnya Kana berjalan menjauh menuju kamarnya di sana dia menangis bagai anak perawan yang baru saja diomeli sang ibu. Hatinya jujur sakit mendengar kalimat suaminya. Karena siapa dia masak dan membuang makanan. Dia hanya sedang berusaha menjadi istri yang baik, nanti jika dia tidak masak dikata istri tidak becus. Lalu harus seperti apa dia dalam bersikap. 

“Apa dia marah?” Tanya Alby saat melihat sekilas raut di wajah istrinya. Alby mengangkat bahu tak acuh dan melanjutkan sarapannya. Dia harus berangkat segera karena ada meeting penting. Dia tidak ada waktu meladeni suasana hati Kana, lagi pula bukan itu prioritasnya. 

Kana membasuh wajah dan memakai riasan tipis, dia segera menuju dapur untuk mengantar suaminya pergi. Tapi meja makan sudah kosong, Kana menghela napas pelan dan tersenyum kecut. 

“Apa yang aku harapkan?” 

Di kantor, Alby sedang berkutat dengan pekerjaannya. Seorang sekretaris masuk dan mengintrupsi. “Pagi, Pak. Pimpinan dari The One sudah tiba, meeting akan segera dimulai.” 

“Baik, terima kasih.” 

Alby segera bergegas membawa beberapa materi dan menuju ruang meeting. Langkahnya diikuti oleh Lita selaku sekretaris. Jika dilihat dari penampilannya Lita termasuk salah satu dari kriteria wanita yang disukai oleh Alby. Gadis itu mandiri, rapi dan pekerjaannya selalu bagus. Dia juga bukan dari kalangan wanita centil apalagi seperti sekretaris yang sering kena gosip karena berpakaian minim dan suka menggoda atasannya. 

“Lita, makan siang nanti batalkan saja, undur ke hari berikutnya. Saya ada kesibukan.” 

“Baik, Pak.” 

Lita membuka pintu ruangan, Alby masuk dengan gagah dan karismanya sebagai pemimpin jelas terlihat dengan nyata. Dia menyalami pimpinan The One sambil melempar senyuman hangat. 

“Senang kembali bekerja sama dengan Anda Pak Aryo.” 

“Saya juga senang, Pak Al.” 

“Mari kita mulai,” ujar Alby dan segera memulai meeting untuk pembahasan projek mereka yang kedua kalinya. 

Satu jam kemudian, meeting mereka sudah selesai. Pimpinan The One sangat puas dengan ide cemerlang dari Alby mengenai proyek mereka yang akan datang. Salah satu yang dia sukai dari Alby adalah sikapnya yang selalu profesional dan bekerja dengan maksimal. Ditambah dia memiliki sekretaris seperti Lita yang cekatan dan punya inisiatif tinggi sehingga Alby tidak pernah kerepotan. 

“Saya sangat menantikannya, semoga bisa terus bekerja sama dengan Anda Pak Al.” Pimpinan The One menjabat tangan Alby sebelum mengakhiri pertemuan mereka. 

“Saya juga menantikannya, Pak Aryo.” 

“Kalau begitu saya permisi.” 

Setelah kepergian pimpinan The One, Alby kembali ke ruangannya untuk menyelesaikan pekerjaan yang sudah menumpuk. Banyak berkas yang harus dia periksa sebelum dia acc. Dia tidak suka ada kelalaian atau kesalahan sedikit pun yang nantinya akan berdampak pada perusahaan.

****

Pernikahan Kana dan Alby sudah berjalan selama seminggu. Tapi mereka belum juga melakukannya. Kana merasa bimbang apa ada yang salah dengan dirinya. Apa dia kurang menarik di mata Alby. Kana melengos mengenaskan di sofa. Harus dengan cara apalagi agar Kana bisa memikat hati Alby. Jujur Kana ingin keturunannya memiliki gen Alby karena pria itu bibit unggul yang harus dilindungi. 

“Apa aku sosor aja Kak Alby? Mana tahu dia khilaf.” Kana menggeleng horor. “Bisa-bisa aku tinggal nama.” 

“Apa dia lebih suka melihatku tanpa busana?” Kana lagi-lagi menggeleng. “Terakhir aku memakai lingerie seksi bukannya tergoda malah kena ceramah.” Desahnya.

Kana mengacak rambutnya karena pusing harus melakukan apa. Dia teringat akan misi yang diberikan oleh ibu mertuanya. Kana mendadak semangat, dia harus bisa menaklukkan hati suaminya. Kana memantapkan hati, dia tidak akan menahan diri lagi, Alby sudah menjadi suaminya, apa yang harus dia takutkan? Kana menjentikkan jemarinya karena ada ide cemerlang datang tak diundang. 

“Mari kita mulai! No lesu-lesu club.” Teriaknya membara. “Kak Alby aku akan membuatmu jatuh cinta kepadaku! Liat aja nanti, akan kubuta mata Kakak hanya terpaku padaku.” 

Teriakan penuh semangat, membuat seseorang di kantornya tersedak saat minum kopi.

Hmprut ....

“Pak, apa Anda baik-baik saja?” Lita sebagai sekretaris tentu khawatir. Selama dia bekerja dengan Alby baru kali ini pria itu tersedak saat minum. 

Alby menganguk sambil masih beberapa kali terbatuk dan merasa pedas pada bagian dalam hidungnya. “Siapa yang sedang membicarakanku siang-siang begini.”

Alby bergumam kecil lebih kepada menggerutu kesal. dia bangun dari meja, sambil menunggu Lita membersihkan mejanya yang terkena semburan kopi. Dia menuju balkon dan membiarkan udara menerpa wajahnya. Bayangan Kana tiba-tiba muncul dan membuat Alby kaget. 

“Astaga! Lagi-lagi,” ujarnya terlihat kesal. 

Alby teringat dengan raut wajah Kana yang tampak murung. Dia jadi kepikiran sedikit, Alby mengambil ponsel yang dia letakkan dalam saku jasnya. Menggulir layar hingga matanya menemukan satu nama bertuliskan Si Kana. Alby menekan tombol panggil dan menunggu jawaban. Dia hendak mematikan saat tidak kunjung dijawab. Namun, sebuah suara terdengar di seberang. 

“Halo, siapa?” 

Alby menjauhkan ponsel dari telinganya dan melihat nama yang tertera di ponselnya. Dia kembali meletakkan ke telinganya. “Kana!” 

“Kak Alby, kyaaaa demi apa aku ditelpon.” 

Alby berdecih mendengar suara riang istrinya. Sepertinya Alby terlalu khawatir. Dia menggeleng dan mengusir wajah Kana dari ingatannya. 

“Simpan nomornya.” Alby mematikan panggilan sepihak.

Kana menatap ponsel dengan senyum mengembang sempurna. Dia baru ingat kalau selama ini tidak menyimpan nomor suaminya sendiri. Kana yang antusias mendapat telpon dari Alby untuk pertama kali segera memberi nama penuh emot love. Kak Suami. Kebahagiaan bagi wanita memang sesederhana itu. 

Alby pulang sekitar pukul sembilan malam. Matanya terperangah melihat penampilan Kana. Ada desiran aneh yang melintas di hati serta jantungnya saat melihat pemandangan tersebut. Rahangnya hampir jatuh karena Kana. 

“A ...apa yang kamu lakukan?” suara Alby tampak terbata.

Kana tersenyum penuh misteri. Misinya untuk menaklukkan sang suami akan dimulai dari malam ini.

🦋🦋🦋🦋🦋

Seperti biasa ya Miss berharap dukungan kalian. Jangan lupa vote dan komen yahhhh. Tengkyu Misser 🐌🐌

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top