8

Follow Ig @sitihawa95
Untuk melihat moment sweet dan sad Arlan dan Alya😊

...

Hari minggu adalah hari teramainya cafe tempat Alya bekerja. Karena di hari minggu banyak orang yang bersantai sambil menikmati akhir pekan, dengan kumpul bareng keluarga, kerabat atau sahabat.

Dan biasanya cafe tempat Alya akan disewa untuk acara tertentu. Seperti hari ini, cafe tempatnya disewa untuk acara ulang tahun salah satu anak anggota partai tarnama. Maka Alya mau tidak mau harus masuk kerja karena shiftnya memang masuk pada pagi hari di hari biasa.

Alya tentu tak bisa menolak karena ia juga memang libur di hari minggu. tidak apa lah, jarang-jarang juga ia masuk diakhir pekan. Pikir Alya.

"A, Teteh titip anak-anak ya." itu bukan permintaan tapi perintah yang tidak bisa ditolak Agung.

"Emang Teteh mau ke mana, hari minggu begini?" Agung yang sedang mencuci motornya menjawab tanpa melihat Alya.

"Teteh mau kerja Gung. Di kafe ada yang ngadain acara," balas Alya yang sedari tadi menonton Agung mencuci motor.

"Bawa aja sih Teh, biasanya juga dibawa," Agung malas dititipi dua monster itu.

Alya terdiam, membawa anak-anaknya ke sana? Pasti nanti kedua anaknya, terutama putrinya akan meminta apa yang dilihat oleh Illa. Karena di sana akan diadakan pesta ulang tahun yang meriah dan sudah pasti itu menghabiskan biaya yang tidak sedikit.

Sedangkan ulang tahun kedua anaknya hanya ia rayakan berempat saja. Dengan nasi tumpeng tanpa adanya kue tart dengan hiasan tokoh kartun kesukaan mereka dan acara tiup lilin. Memikirkan itu hati Alya kembali terasa diremas. Dirinya belum mampu membahagiakan anak-anaknya.

"Illa jangan mainin airnya! Aa cepak ngambilnya bolak balik!" teriak Agung kesal. Karena air untuk mencuci motor yang ia ambil dari dalam di buang-buang oleh Illa.

Alya tersadar dari lamunannya dirinya harus segera berangkat. Tidak mau memikirkan apa yang tidak penting walau sebenarnya ia selalu memikirkannya.

"Titip ya A, nanti Teteh bawain makan enak. " Alya memakai sepatunya. Jagain, jangan dihilangin adik kamu, Asalamualaikum." pamit Alya.

Agung yang sedang menjauhkan airnya dari Illa seketika merasakan akan adanya badai setelah kepergian Alya. Dirinya yang keren ini harus dititipi dua anak kecil menggemaskan namun seperti boneka chucky baginya. Apa kata para gadis yang melihat nanti.

"El! itu sabun buat nyuci motor! Bukan buat ngepel lantai ...! Ya Allah, bisa gila gue, bisa nggak keren lagi gue, dititipin nih dua minion!" jerit Agung dramatis sambil menggulingkan tubuhnya di rumput.

El dan Illa yang melihat kakak bulenya itu seperti orang gila baru hanya mengedipkan matanya dan meneruskan kegiatan mereka.

...

Suasana cafe sangat ramai saat ini, dengan para tamu undangan yang memenuhi ruangan cafe para orang tua dengan gaya sosialitanya. Bahkan penampilan anak-anak mereka pun tak kalah dengan para orangnya.

Acaranya sangat meriah, apalagi saat sesi tiup lilin dan potong kue. Dengan ukuran kue yang melebihi tinggi anak yang sedang ulang tahun tersebut, membuat anak itu kesusahan untuk memotong kue sehingga dibantu oleh orang tuanya. Anak itu diangkat papanya sehingga tinggi anak itu melebihi tinggi kue.

Alya yang melihat itu rasanya ingin mengis saat ini juga. Dirinya teringat anak-anaknya. Belum pernah kedua anaknya merasakan digendong seorang ayah apalagi mendengar ucapan selamat ulang tahun dari ayah mereka. Pasti anaknya akan sangat bahagia jika mendapatkan ucapan itu.

Dan saat tiba waktunya untuk menyuapi potongan kue pertama, Alya benar-benar tidak kuasa menahan tangisnya. Dirinya pamit ke belakang menuju kamar mandi. Mengurung dirinya di dalam kamar mandi mengeluarkan tangis yang ia tahan.

"Potongan selanjutnya buat siapa, sayang?" tanya ibu anak tersebut.

"Buat om Lan, Ma," jawab anak yang baru berusia lima tahun itu.

"Makasih sayang." kata orang yang disuapi anak itu.

"Sama-sama, Om." balas anak itu.

...

"Kalian tunggu disini ya, jangan kemana - mana. Kalau nggak, kalian bakal dimakan nenek ompong!" perintah Agung pada kedua adiknya.

Hehehe, mana ada nenek ompong bisa gigit enak bener ya bisa ngibulin bocah.

Mereka saat ini sedang ada di taman kota karena si kembar merengek minta diajak main. Agung bingung jika mengajak dua perusuh itu ke mall yang pastinya akan minta ini itu, tahu sendiri lah dia harga mainan di mall bisa untuk membeli lima mainan yang ada di pasar. Akhirnya Agung memutuskan mengajak kedua anak kembar itu ke taman kota karena di sana sudah pasti tidak ada mainan mahal. Kalaupun ada, pasti harganya murah dan bisa ditawar pikir Agung.

"Iya, tapi jangan lama-lama pelginya." balas Illa yang tengan menjilati es krim. Padahal es krimnya di cup gelas dan ada sendoknya tapi malah dijilati oleh Illa banar benar ajaib.

"Nggak lama kok, angkel cuma mau pipis bentar doang." jawab Agung menyebut dirinya sendiri uncle tapi dengan ejaan huruf yang salah.

"Ya udah buluan pelgi nanti ngompol lagi." polos El sambil memakan es krim yang di taruh pada plastik bungkusnya padahal es krimnya bergagang tapi malah dibuang stiknya yang bisa di tukarkan dengan hadiah jika beruntung.

Bener-bener adek gue, ajaibnya ngalahin keajaiban dunia.

"Jangan kemana-mana, disini aja." kata Agung mirip Sule di acara salah satu tivi swasta.

...
Ciiiittt!

Aaaaaa!

"Duh ..., mereka kemana sih? Kan, tadi udah gue suruh diam di tempat!" Agung sedari tadi mencari kedua adik kembar pengantin itu. "Gimana kalau mereka hilang, bisa dihancurin muka ganteng gue jadi mukanya si Joker." rancau Agung sambil terus berjalan. "El, Illa, kalian di mana?" sepertinya Agung berbakat menjadi model iklan di tivi karena slogan-slogannya dengan fasih terucap dari mulut Agung.

Semua tempat sudah ia telusuri mulai dari kolong meja pedagang makanan sampai gerobaknya pun ia tengok, tapi kedua boneka chucky itu belum juga ketemu. Agung lelah, Agung putus asa, muka ganteng bulenya jadi mirip ciripa yang kehilangan tuannya.

"Om, bagusan punya Dedek kan balonnya?"

Agung mendengar suara yang sangat familiar di telinganya ini, bahkan suara itu hampir membuat gendang telinga Agung pecah saat mengadzaninya dulu. Agung yang sedang jongkok di dekat tempat sampah mengira jika kedua adikanya ada disana langsung bediri dan berlari cepat saat matanya melihat kedua minion itu tengah duduk di kursi memegangi tali balon dengan seorang lelaki dewasa.

Jangan sampe adek gue jadi korban pedofil!

"El! Illa!" teriak Agung dari kejauhan. "Kalian kemana aja! Aa nyariin dari tadi. Bisa mati dicincang Aa sama bunda kalian kalau kalian berdua hilang!" cecar Agung pada kedua adiknya. Bahkan ia melupakan jika dirinya harus di panggil uncle jika sedang berada di luar.

El dan Illa yang melihat Agung mengomel hanya melongo pasalnya Agung membawa bawa botol plastik yang sudah penyok.

"Maaf, anda ini siapanya mereka?" tanya laki-laki yang sedari tadi hanya diam itu.

Agung menatap tajam ke arah laki-laki yang duduk di samping kedua adiknya. Agung berkacak pinggang tangannya menunjuk wajah laki-laki itu.

"Mas ini pedofil ya?! mau jadiin adik kembar saya korban ya!" tuduh Agung.

Laki-laki yang ditunjuk agung dengan botol pengok itu berdiri menatap Agung dari atas sampai bawah.

Apa benar bule gila ini kakak dari kedua anak ini?

"Saya menemukan mereka saat menyebrang jalan sembarangan! Hampir tertabrak mobil saya jika saja saya tidak cepat menginjak rem. Lain kali dijaga dengan benar adiknya! jangan ditinggal sembarangan, apa lagi mereka masih kecil! Bagaimana kalau sampai diculik!" jelas laki-laki itu dengan nada tegas dan dingin.

"Eh, maaf kalau gitu, tadi saya panik banget, Mas." Agung menggaruk belalang kepalanya yang tidak gatal sama sekali.

Aduh salah tuduh gue!

"Aa kenapa malahin om ini? Om ini baik tau!" Illa yang dari tadi melihat kakaknya itu marah-marah mendekati kedua laki-laki tampan itu.

"Illa sayang. Yang cantik kaya Syahrini, montok kaya sekuisi ..., kenapa main di jalan sayang?" tanya Agung lebay berjongkok mensejajarkan tingginya dengan Illa.

"Mau susul Aa." itu El yang menjawab dirinya juga ikut mendekat ke adik dan kakaknya.

"Maafin Aa ya, tadi Aa kebelet banget soalnya." Agung memeluk kedua adik nakalnya tapi sangat ia sayangi.

"Makanya pake pempels bial bisa pipis dimana aja." ujar Illa dengan polos sepolos polosnya anak kecil.

Gila aja, gue? Bule ganteng pake pempers terus ngegembung di bagian depan ..., heeuu! Bisa dikira kena Raja singa gue sama cewek gebetan gue.

"Makasih ya Mas, udah mau nolongin adik saya." ucap Agung tulus.

Agung yang kini duduk di bangku taman dengan seorang laki-laki yang menolong adik-adiknya merasa risih, karena takut dikira pasangan banana makan pisang yang sedang mengasuh anak-anak mereka.

"Iya sama-sama." balas laki-laki itu.

"Kenalin, nama saya Agung, yang cowok itu El dan yang cewek Illa. Mereka kembar. " Agung memperkenalkan dirinya dan juga kedua adiknya.

"Nama saya ..."

***
Lusa kita bakal ngadain reuni sekolah . Gue harap lo hadir kali ini. Kita semua kangen, awas sampe lo gak dateng, jangan anggep kita temen lagi titik!

Sudah puluhan kali pesan dari sahabatnya Arga itu masuk ke dalam poselnya dengan isi yang sama. Tapi tidak ada niat untuk Arlan membalasnya. Dirinya masih belum melupakan kejadian tentangnya dan Alya jika harus kembali lagi ke tanah air.

Alran kini menjadi orang yang sukses. Menjadi Eksekutif muda, seorang CEO dari perusahaan ternama di Asia. Impiannya kini telah tercapai, lulus dengan nilai sempurna dan menjadi penerus kekayaan orang tuanya tidak membuat hidup Arlan bahagia seperti apa yang ia harapkan.

Bayangan tentang Alya yang mengandung anaknya terus saja menghantui pikiran Arlan selama lima tahun ini. Mungkin ini memang saatnya dirinya untuk menemui Alya dan meminta maaf. Walau mungkin Alya tidak akan mau memaafkannya.

***

"Akhirnya ...! Kita kumpul bareng lagi setelah sekian lama kita terpisah! " suara Arga yang terlalu semangat membuatnya menjadi pusat perhatian.

"Malu Panjul! Biasa aja dong lo!" kesal Dion yang melihat tingkah sahabatnya itu.

"Apa lo! Gue bosen ketemu sama lo terus tiap hari!"

Karena memang hanya Arga dan Dion yang tidak melanjutkan kuliahnya di luar Negeri.

"Lo berdua tuh ya, masih aja suka ribut." Andi yang dari tadi diam akhirnya membuka suara.

"Makanya itu, gue kangen sama kalian berdua. Karena yang bisa gue ajak ribut cuma si playboy cap teri gepeng itu!" balas Arga sewot melirik Dion.

Dion yang sudah biasa mendengar nyinyiran dari Arga hanya memutar bola matanya malas lalu ia melirik Arlan yang dari tadi hanya diam saja.

Mereka berempat memang telah berpisah selama lima tahun dan banyak yang berubah dari mereka. Arlan yang sudah menjadi CEO tersohor, Andi yang kini menjadi pengecara handal, Dion yang menjadi pembisnis batu bara, dan Arga yang mejadi penerus orang tuanya menjalankan bisnis. Karena dia adalah anak laki-laki satu satunya.

"Lan, lo dari lima tahun yang lalu nggak berubah, ya?" Arlan yang ditanya Dion hanya menatap sekilas lalu kembali pada smartphone-nya.

Dan ketiga sahabatnya itu hanya menggelang kan kepalanya menatap Arlan. Sudah biasa jika seorang Arlan hanya akan menjawab pertanyaan yang menurutnya penting saja.

Sedangkan yang ditatap asik dengan dunianya sendiri, memikirkan kejadian yang baru saja ia alami. Bertemu dengan kedua anak yang wajahnya mirip dengannya.

Kenapa wajah mereka mirip sama gue? Apa lagi anak laki-laki yang bernama El itu, mirip banget sama gue. Persis saat gue masih kecil dulu.

"Papah ...! " suara teriakan anak kecil memecahkan lamunan Arlan.

"Sayangnya Papah ..., udah mainnya ?" Andi mengambil tubuh anaknya yang bernama Steve Rogers yang ia ambil dari nama tokoh Captain America. Andi benar-benar menykai tokoh itu, sampai anaknya ia beri nama tokoh favoritnya. Tokoh cipataan Marvel tersebut.

Anak kecil yang namanya sangat western tapi wajahnya pribumi asli itu adalah anak Andi dan Andin. mereka menikah setelah setahun Andi di Singapura, Andi takut Andin ada yang merebut. Kan sayang Cintanya, yang sudah lama seperti kredit motor itu masa harus putus di tengah jalan karena bayarannya yang mandet. Maka dengan segala usaha yang dilakukannya, akhirnya Andi bisa membayar cicilan cintanya dengan ijab kabul dan seperangkat alat sholat.

Arlan yang melihat interaksi ayah dan anak itu merasakan seperti ada yang meremukan hati dan jantungnya dengan Palu yang sangar besar.

Apa gue dan anak gue bakal kayak gitu, jika anak gue masih hidup? Alya maafkan aku.

Bersambung...

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top