15
***
Alya tengah sibuk mengelap meja yang baru saja di tinggal pergi oleh pengunjung. Menengok ke samping melihat jam yang di tempelkan pada sebuah dinding dengan bentuk menara Effiel sudah hampir jam sebelas. Itu artinya anak-anaknya sudah menunggu selama dua jam dan saatnya untuk menjemput mereka.
Dari luar pagar TK Alya melihat anak anaknya terlihat sangat asik bermain dengan mainan yang tidak pernah Alya lihat sebelumnya. Menghampiri mereka, Alya penasaran darimana mereka mendapatkan mainan itu.
"El, Illa," panggil Alya yang berjalan ke arah mereka.
"Bundaa ... " teriak Illa melambaikan tangannya.
Setelah Alya sudah berada di dekat kedua anaknya, Alya terus memperhatikan mainan yang sedang dipegang dan di mainkan oleh El dan Illa. Mainan - mainan itu terlihat masih baru. Dari mana mereka mendapatkan mainan ini?
"Ini mainan punya siapa sayang?" tanya Alya memegang salah satu boneka berbie milik Illa.
"Punya Dedek, Bun," jawab Illa yang sibuk menyisiri rambut bonekanya.
"Kalian dapet ini dari siapa?" tanya Alya, pasalnya mainan - mainan ini terlihat mahal.
"Ini dari om balon, Bunda," jawab Illa.
"Om balon? Siapa itu El?" tanya Alya pada putranya.
El yang hanya diam saja ketika di tanya Alya merasa takut. Takut jika bundanya akan marah dan kecewa padanya karena sudah berbohong. Bahwa sudah beberapa hari terakhir mereka sering bertemu dengan laki - laki asing yang membuat mereka nyaman dan sangat menyayangi El dan adiknya.
"El, Bunda tanya? Siapa itu om balon? Kenapa dia kasih mainan banyak dan mahal seperti ini?" tanya Alya kembali dengan menatapa El penuh sambil mengangkat salah satu mainan.
El menunduk takut. Ingin menjawab tapi dia sudah janji pada Arlan agar tidak memberi tahu bundanya bahwa mereka sering bertemu. "Om yang waktu itu ketemu sama Bunda, pas kita di marahin mamah Cello," cicit El.
Alya kaget mendengar penuturan putranya. Jadi om balon itu Arlan, Alya tidak menyangka jika selama ini Arlan menemu mereka di belakang dirinya. Dan anak-anaknya sama sekali tidak memberi tahunya sama sekali.
Seketika itu juga Alya menjadi khawatir takut jika Arlan akan mengambil mereka. Cepat - cepat Alya menurunkan Illa dari kursi, dirinya harus segera pulang. Illa merengek ingin memebawa mainannya sedangkan El yang merasa bersalah hanya diam saja. Bahkan mainannya pun tidak disentuhnya, El tahu jika Alya kecewa padanya.
Melihat Putrinya yang menangis dan putranya yang menunduk takut membuat Alya tidak tega. Merasa bersalah karena telah membuat mereka bersedih. Dengan berat hati Alya membolehkan mereka membawa pulang mainannya.
...
...
...
Alya melamun, dirinya tidak bisa tidur. Maka ia hanya duduk disisi ranjang samping Illa, tangannya mengusap sayang kepala mereka bergantian. Di tariknya selimut sampai menutupi separuh tubuh El dan Illa lalu menatap mereka begantian.
Wajah El yang sangat mirip dengan Arlan, wajah Illa yang perpaduan antara dirinya dan Arlan tapi lebih dominan ke wajah Arlan. Membuat perasaan Alya tidak tenang. Di lihat dari sisi manapun jika mereka di sandingkan bersama pasti orang yang melihat mereka sudah pasti tahu bahwa mereka adalah ayah dan anak.
"Kenapa kalian harus mirip dengan ayah kalian? Bunda yang mengandung kalian, Bunda yang melahirkan kalian, Bunda juga yang mengurus kalian. Tapi kenapa kalian tidak mirip dengan bunda? Kenapa harus mirip dengan dia? Orang yang tidak mengharapkan kalian." ucap Alya pelan takut mengganggu tidur mereka. Air matanya sudah jatuh tidak tertahankan lagi.
"Apa sebegitu bencinya aku, sampai mereka harus mirip dengan mu Ar-" Alya tidak sanggup untuk menyebut nama Arlan, lidahnya seakan sudah kaku untuk menyebut nama itu.
Ada spoiler tentang Agung di cerita Arlan Alya. Penasaran kan? Cusss langsung beli pdf nya di play book Batik Publisher
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top