Sembilan: Baju


Vian masuk ke ruang osis diiringi oleh Nanda, Junet dan kedua teman ceweknya.

"P—permisi." Ucap Vian dengan sedikit canggung.

"Ah sini dek sini." Itu suara Reynand yang langsung melambai-lambaikan tangan seraya menepuk kursi disampingnya, mengisyaratkan agar Vian duduk disebelahnya. Lelaki manis kelas 10 itu pun segera berjalan canggung dan duduk disamping Reynand.

"Jadi kita manggil kalian semua buat bagi-bagi tugas kepengurusan. Atas saran dari beberapa pengurus terdahulu, kita berdua milih kalian-kalian ini buat jadi pengurus inti osis." Ujar Chandra membuka suara.

"Nah gue pribadi menunjuk Ega sebagai wakil kedua, karena dia keliatan paling waras dan sedikit dewasa dari yang lain." sambung Chandra to the point dan langsung bikin Junet sama Zahra menatap Ega dengan tatapan 'Serius lo yang dipilih bro?'

"Anu... Gue jadi apa ya?" tanya Nanda mengangkat tangan. Chandra menghela napas, "Lu jadi bendahara, lu kan orangnya pelit."

Menusuq.

"Zahra sebagai bendahara kedua, gue tau dia juga termasuk pelit. Semoga tetep pelit buat pengeluaran gapenting ya." suara seorang cowok yang lambang kelas 12 tertera di seragamnya. "Lu dipilih sama si Catur noh." Sambung Chandra.

"Terus Vian—"

"Vian jadi sekretaris!" ujar Reynand dengan semangat sambil natap cowok manis disampingnya, Vian langsung ambyar tanpa aba-aba.

"Kok Vian? Tulisan dia kan jelek." Celutuk Junet yang kini sudah ngemil kuaci dari tangan Arjuna.

"Ya kan biar sering ketemu," sahut Reynand dengan cengiran begonya. Vian sudah langsung memerah wajahnya, nampak dia shyshy dog saat ini.

"Junet jadi sekretaris dua. Alasannya sama kayak Reynand." Ujar Arjuna dan seketika Chandra menggeleng-gelengkan kepala. "Jadi lu berdua milih orang dengan alasan pribadi?" tanyanya dengan ekspresi mengerikan.

"Gue ngerasa nyaman aja pas sama Vian, jadi gapapa lah. Vian manis juga kok." Jawab Reynand dengan polosnya tanpa sadar membuat yang disamping sudah hampir mati kejang dengan mulut berbusa.

"Apa hubungannya dia manis atau enggak?" cibir Chandra. "Kerad juga lu Chan." Celutuk Nanda.

"Ada hubungannya, gue jadi fokus kalau yang nemenin Vian."

"Nah kan mulai gak nyambung."

Seterusnya percakapan itu nampak benar-benar abstrak, hanya Nanda dan Chandra yang bicaranya paling lurus. Reynand sibuk memuji-muji Vian karena anak tersebut pengertian dan manis sedangkan Arjuna juga sibuk menggoda Junet dengan jurus-jurus gombal receh no jutsunya, tak ketinggalan pula Catur dengan Zahra yang sudah mulai ke alam masing-masing. Tinggal Ega yang sesekali cekikikan mencek ponselnya.

"Lu dari tadi muji-muji Vian mulu. Lu homo ya?" celutuk Chandra agak bercanda. Dia agak gemas melihat bagaimana ekspresi Reynand ketika berbicara dengan Vian ataupun ekspresi malu-malu Vian ketika dipuji oleh Reynand.

"Iya Chan, kan Homo itu artinya manusia. Homosapiens."

Rasanya Chandra ingin menampol Reynand dengan ular sanca.

"Maksudnya lu suka ya sama Vian, aduh bego!"

"Suka? Iya! Gue suka sama Vian." Ujar Reynand antuasis dan seketika semua mata tertuju pada Reynand dan Vian.

Keadaan Vian sekarang? Tidak baik sama sekali. Merah sempurna karena malu, dia tidak menyangka Reynand akan berkata seperti itu.

"Kak—"

"Vian kan baik, manis, gak pelit, pengertian lagi. Pokoknya gue suka banget temenan sama dia."

Oke sip, satu pelajaran yang bisa Vian tangkap.

Jangan terlalu terhadap dengan kata-kata ambigu Reynand.

***

Hari ini adalah hari pelantikan di SMA Nusa Bangsa, nampak anak-anak yang akan dilantik sudah berpakaian rapi begitu pula dengan anak-anak yang akan dilepaskan jabatannya. Anak yang nampak pusing kesana kemari adalah Vian, dia terlihat sesekali merengek kearah Nanda karena bajunya melorot atau ikat pinggangnya yang tidak pas.

"Saoloh Vian~ Lu selama ini hidup gimana sih?!" omel Nanda seraya membenarkan baju Vian yang sudah tidak karuan bentuknya. "Gue lupa ngambil baju di laundry, ini bajunya gak digosok, huwaaa.. Nandaa~" rengek Vian dengan mata yang sudah berbeling-beling.

Kemudian datanglah tiga orang anak cewek yang sudah sangat familiar dimata Nanda beberapa minggu ini. "Itu si Bulan kenapa? Lu apain hah?!" tanya Junet menyelidik seraya mengarahkan sesuatu berwarna merah ke arah Nanda.

"Eh kutil jerapah, ini sepupu lu bajunya gak digosok, liat noh kucel kayak gembel." Cibir Nanda tak mau kalah dan berakhir dengan Vian yang kian histeris.

"Utututu~ Jangan nangis dong, nanti cancie nya ilang." Junet langsung berlari dan seolah mengusap air mata Vian. Ega dan Zahra langsung geleng-geleng kepala, sudah biasa menikmati pemandangan drama seperti ini.

"Untung tadi gue bawa gosokan, lepas baju lu cepet kita gosok bentar." Perintah Junet dan langsung mendapat sentilan di dahinya oleh Vian. "Eh bego, masa iya gue lepas baju?!" protesnya. "Aelah An, kek anak perawan aja lu. Lagian cowok gapunya tt juga perasaan." Semprot Junet dengan frontal dan selanjutnya adalah dia mendapatkan bekapan dari Ega.

"Lu kalo ngomong inget-inget. Dia punya, tapi rata." Ternyata kadar bego Junet dkk itu sama.

"Pinjem sarung aja di ruang osis." Usul Zahra dengan semangat, "Jadi pengurus osis belom malah seenak jidat ngambil barang-barang disana, emang diizinin?" tanya Nanda yang sedari tadi hanya bisa melihat drama tidak jelas yang diperankan empat temannya.

"Suruh kak Juna bawain sarung coba, bilangin dari Junet. Dia kan penguasa ruang osis." Celutuk Ega dan langsung disambut anggukan oleh Zahra, cewek berperawakan tinggi itu kemudian mengambil ponselnya dan mengetik cepat. "Woy! Kenapa pake nama gue?!" histeris Junet namun sayang dia sudah terlambat.

Dan benar saja tak perlu menunggu lama, datanglah seorang cowok tinggi membawa selimut. SELIMUT! Catat. "Jun, katanya lu merinding ya?" tanyanya dengan mata melotot dan langsung mendapat tempelengan oleh Junet. "Enak aja! Gue sehat gini kok kak, ini kok selimut?" tanyanya heran.

"Kata Zahra elu kedinginan, jadi gue bawain selimut."

Squad penuh kebegoan bertambah satu orang dan Nanda hanya bisa menepuk jidatnya.

"Zahra bego." Ujar Ega seraya menyentil Zahra yang hanya bisa memberikan cengiran.

"Yaudah ah serah, nih An cepet lepas baju lu terus pake selimut. Gue yang gosok mumpung lagi bawa setrika uap." Perintah Junet seraya melempar selimut ke arah Vian dan langsung ditangkap lelaki manis itu. Kemudian Vian pun segera melakukan perintah dari sepupunya.

Sementara Vian bergelung dengan selimut, Junet menyetrika baju tersebut sambil berdiri dengan setrika berwarna merah miliknya. Benda yang tadi dia todongkan ke arah Nanda.

"Junet tuh ya hobinya beli benda-benda gajelas." Celutuk Vian tentang sepupunya. "Ini tuh benda berguna, gue beli pas liat ini di emensi tipi, dari pada gue capek pake gosokan yang kudu bolak balik baju mending gue beli ginian." Balas Junet tak mau kalah.

Lalu baju tersebut pun diserahkan kepada Vian dan langsung dipakai kembali oleh lelaki manis tersebut.

"Nah udah selese, ayo ke lapangan!"

.

TBC

.

Niatnya mau up ini kmren barengan Bad Romance tapi apalah daya tangan saya gak kuasa :")

Sabtu [21:21]
Kalsel, 17 Maret 2018
Love,
B A B Y O N E

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top