Part 7 Tentang Prasangka


"Alya, kalau tante jodohin sama Alif mau, nggak?" Perhatian dua insan yang tadinya ke arah Fathimah, langsung beralih. Apalagi Alya yang namanya disebut oleh Husna. Matanya sempat membeliak, karena saking terkejutnya.

"Alya sama Alif, Tan? Hehehe tante pasti becanda, kan? Gimana mau dijodohin, kita kalau ketemu aja kayak tom and j*rry kan? Hehehe."

"Tapi hasil istikhoroh Ummi dan tante Husna baik untuk hubungan kalian." Alya kembali menoleh ke arah sang ummi.

"Ummi Sayang. Ummi kan tahu, kalau hati Alya masih terluka. Masak Ummi tega memberi beban hati baru untuk Alya. Alif juga merasakan hal yang sama. Iya, kan, Lif?"

Alif mengangguk perlahan, membenarkan ucapan Alya.

"Justru itu, Sayang. Kami rasa, dengan kalian menikah dan hidup bersama. Kalian akan bisa saling mengobati satu sama lain," ujar Fathimah, mengutarakan niatannya untuk membantu agar anak gadisnya itu segera move on.

"Lagian, kalian sudah berteman sejak kecil. Untuk rasa sayang, pasti sudah sama-sama kalian rasakan, kan?" ucap Husna mengungkapkan pendapatnya.

Alya terdiam mendengarkan dua perempuan yang saling mendukung untuk perjodohan ini. Namun, bukan berarti ia mengalah sekarang. Ia diam karena sibuk memikirkan jalan agar bisa menolak perjodohan ini tanpa menyinggung siapa pun.

Mana mungkin aku menikah sama Alif. Dia itu hanya teman kecilku yang sudah aku anggap seperti kakak aku sendiri, enggak bisa lebih dari itu.

Apalagi, akhir-akhir ini kalau kita ketemu sering banget berantem kayak kucing ama tikus. Enggak banget dong kalau pernikahan hanya berisi pertengkaran. Lagian, tak ada cinta di antara kami, bagaimana bisa kami merajut mahligai rumah tangga yang berhiaskan sakinah, mawaddah warohmah?

"Al." Merasakan sang ummi mengusap punggung tangannya, Alya langsung tersadar dari pikirannya yang sibuk sendiri.

"Kenapa, Mi?"

Fathimah menghela napas lalu tersenyum. "Nak Alif tidak keberatan dengan perjodohan ini. Lalu kamunya gimana, Nak?"

Mulut Alya sedikit menganga mendengar hal yang tak disangka, ia pikir Alif juga keberatan dengan perjodohan. Kenapa malah?

"Beneran kamu setuju, Lif?" tanya Alya, belum puas jika ia tidak mendengar sendiri dari tersangkanya.

"Insya Allah, Al."

Alya yang merasa terpojok seorang diri, tiba-tiba merasakan kepala pusing. Bingung harus bagaimana menanggapi perjodohan ini. Mau langsung menolakpun pasti tiga orang ini tak serta merta menerima. Pasti akan lebih panjang pembahasannya nanti.

"Gimana, Al?" tanya Husna lalu mempersembahkan senyum yang menyiratkan harapan, agar Alya mau menjadi menantunya.

Bukannya menjawab, Alya malah memegangi pelipisnya sembari berdesis pelan. "Boleh nggak? Alya minta waktu untuk menjawab hal ini? Alya mendadak pusing nih, Tan, Mi."

"Hmmm ya sudah, kalau gitu kamu minum obat lalu istirahat, gih." Ummi sangat paham betul melihat gelagat Alya yang shok mendengar perjodohan yang kesannya mendadak. Padahal kenyataannya, sudah jauh-jauh hari sebenarnya Fathimah dan Husna berniat ingin berbesanan.

"Maaf ya semua. Alya pamit dulu."
Setelah mendapat anggukan, Alya pun segera berlalu dari hadapan mereka.
Setibanya di kamar, setelah minum obat. Bukannya langsung istirahat, Alya malah mondar-mondir sambil menggerutu, "Alif apa-apaan, sih. Main setuju aja dengan perjodohan ini. Apa dia nggak mikir, gimana nasib sebuah rumah tangga tanpa adanya saling cinta. Cinta itu nggak bisa dipaksakan, bagaimana caranya pernikahan akan tercipta rasa saling nyaman? Apalagi kebahagiaan, dari mana ia akan datang? Kalau udah gitu, apa gunanya pernikahan? Yang ada nanti malah hati semakin galau dan tercipta rumah tangga yang menyiksa lahir dan batin."

Merasa capek dengan dirinya yang memerankan setrika. Alya kemudian duduk lalu menghela napas. "Ummi juga, nih. Ngapain, sih pakek ada acara jodoh-jodohin gini. Udah tahu anaknya habis patah hati. Sekarang malah dijodohin dengan anak tetangganya sendiri. Kayak nggak ada cowok lain yang lebih ganteng aja."

Alya kembali menghela napas lalu mendaratkan kepalanya ke bantal. Matanya terpejam beberapa saat, niatnya ingin menenangkan hati yang sempat berantakan. Malah muncul bayangan wajah Rama yang mempersembahkan senyum untuknya.
Seketika Alya langsung membuka mata, kenangan masa lalu langsung menghiasi pikirannya. Salah tingkahnya dia saat tidak sengaja saling tatap. Rama yang sering memberi perhatian diam-diam, sehingga saat ia mengalami kesulitan, tiba-tiba menyodorkan apa yang ia butuhkan.

Seperti saat Alya yang kala itu ditugaskan untuk menjadi MC acara sekolah. Alya yang belum terbiasa melakukan itu, pusing menyusun teks MC yang tepat untuk acara lomba PORSENI antar kecamatan. Pada saat itulah, Rama mengirimkan teks yang sudah ia ketik rapi melalui chat.

"Aku sangat merindukanmu, Bang. Apakah kamu juga merindukanku di sana? Atau malah sekarang kamu sedang berbahagia memikirkan calon istrimu?" Air mata Alya tiba-tiba menetes tanpa bisa dicegah. Mengingat ia yang dicinta akan bersanding dengan perempuan lain.

Bunyi nada dering ponsel, menyadarkan Alya yang kembali bersedih mengenang masa lalunya. Melihat nama yang tertera di layar ponselnya, seketika pikirannya kembali mengingat perjodohan tadi.
Buru-buru ia terima panggilan itu, kemudian berkata, "Akhirnya kamu telepon juga, apa--"

"Oh ... jadi dari tadi kamu nungguin telepon dari aku?" Seperti biasa, Alif suka memotong ucapan Alya dengan nada mengejek.

"Ish, PD banget kamu. Apa sih maksud kamu menerima perjodohan ini? Kita kan sama-sama nggak ada rasa. Sama-sama sedang patah hati. Atau ... apa kamu diam-diam naksir aku ya?"

"Ish, kamu kali yang ke-PD-an. Sudah jelas kan kalau aku itu hanya cinta sama Sarah. Gimana bisa coba malah naksir kamu."

"Nah, kalau gitu ngapain kamu terima. Seharusnya kamu tolak, dong. Aku juga sampai sekarang masih cinta sama Bang Rama. Atau jangan-jangan kamu menerima perjodohan ini biar kamu bisa mengusili aku tiap hari? Mau ngerjain aku tiap hari sampai puas tanpa batas waktu? Atau kamu mau menyiksa aku? Atau kamu mau jadiin aku pembantu kamu?"

"Astaghfirullahal'adzhim. Udah nyerocos, nggak pakek disaring, malah pakek prasangka buruk. Nggak takut dosa?" ucap Alif membuat Alya sontak mengatup mulutnya rapat-rapat. Sebab, kalimat terakhir laki-laki itu mengingatkan Alya, bahwa prasangka buruk itu adalah hal yang dilarang oleh Allah sebagaimana tercantum dalam Al Quran surat Al Hujurat ayat 11 yang artinya "Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa ...."

"Astaghfirullahal'adzhim. Iya-iya maaf. Kamu sih ngeselin. Aku kan shok dengan perjodohan ini. Mana kamunya nggak ngasih kabar apapun sebelumnya. Aku yakin kamu pasti tahu lebih dulu perjodohan ini sebelum kemari, kan?" Hati Alya kini mulai melunak, caranya bicaranya pun mulai tenang, tidak terdengar emosi lagi.

"Kamu tenang dulu, Put. Aku bakalin jelasin semuanya ke kamu. Tapi nggak sekarang, ya. Besok kita ketemuan di taman, jangan lupa ajak Azizah."

"Kenapa nggak sekarang?"

"Sudah malem, sudah waktunya istirahat."

Alya melihat ke arah jam yang bertengger di dinding, jarum pendeknya telah menunjuk ke angka sepuluh. Ia pun menjawab salam Alif sebagai penutup panggilan itu.

.
.
.
.
Bersambung

Gimana part 7 ini?
Makin penasaran gk?

Masih bisa dipesan dengan harga segini ya

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top